asuhan keperawatan pada fraktur

42
ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR A. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2002). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. Berdasarkan sifat fraktur. a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Upload: dwi-pratiwi

Post on 02-Oct-2015

97 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

vvvv

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR

A. PengertianFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2002). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:1. Berdasarkan sifat fraktur.a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.b. Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:1) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)2) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.3) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.4. Berdasarkan jumlah garis patah.a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).6. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.7. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.8. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.

B. Etiologi dan Patofisiologi1. Etiologia. Trauma langsungTrauma langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur terbuka dengan garis melintang atau miringb. Trauma tidak langsungTrauma tidak langsung biasanya menyebabkan patah di bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vector benturan. Trauma tidak langsung juga menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya benturan. Misalnya jatuh dengan tangan berjulur yang menyebabkan fraktur klavikula.c. PatologisDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor yang mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. 3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah

2. Patofisiologi

C. Manifestasi KlinisManifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulangb. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderng bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melengketnya ototc. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 hingga 5 cm (1-2 inci)d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang diamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit yang terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

D. Pengkajian Keperawatan1. Data Subyektifa. Identitas KlienNama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku, pendidikan, no register, diagnose medis

b. Keluhan UtamaPada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri. 2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.c. Riwayat Penyakit1) Riwayat Penyakit SekarangPengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain2) Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang3) Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara geneticd. Riwayat PsikososialMerupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat

2. Data Obyektifa. Keadaan UmumMeliputi keadaan sakit pasien (akut, kronik, ringan, sedang, berat), tingkat kesadaran, dan tanda-tanda vitalb. Pemeriksaan Sistem IntegumenTerdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan. c. KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala. d. LeherTidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.e. WajahWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tidak oedema.f. MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)g. TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.h. HidungTidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.i. Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.j. ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.k. Paru1) InspeksiPernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.2) PalpasiPergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.3) PerkusiSuara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya. 4) Auskultasi Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.l. Jantung1) InspeksiTidak tampak iktus jantung.2) Palpasi Nadi meningkat, iktus tidak teraba.3) AuskultasiSuara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.m. Abdomen1) InspeksiBentuk datar, simetris, tidak ada hernia.2) PalpasiTugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.3) PerkusiSuara thympani, ada pantulan gelombang cairan.4) AuskultasiPeristaltik usus normal 20 kali/menit.n. Inguinal-Genetalia-AnusTak ada hernia, tak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB.o. Pemeriksaan KardiovaskulerKlien fraktur mengalami denyut nadi meningkat terjadi respon nyeri dan kecemasan, ada tidaknya hipertensi, takikardi perfusi jaringan dan perdarahan akibat traumap. Pemeriksaan Sistem MuskuluskeletalTerdapat fraktur, nyeri gerak, kekakuan sendi, bagaimana tinus ototnya, ada tidaknya atropi dan keterbatasan gerak, adanya krepitusq. Pemeriksaan Sistem Gastro IntestinalTidak ada perubahan yang menonjol seperti nafsu makan tetap, peristaltik usus, mual, muntah, kembungr. Pemeriksaan Sistem GanitourinariaTidak ada perubahan yang menonjol seperti produksi urin, warnaurin, apakah ada hematovia/tidak, adakah disuria, kebersihan genitals. Pemeriksaan Sistem EndokrinTidak ada perubahan yang menonjol seperti ada tidaknya pembesaran thyroid/struma serta pembesaran kelenjar limfe.t. Pemeriksaan Sistem PersyarafanAda tidaknya hemiplegi, pavaplegi dan bagaimana reflek patelanya

3. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan RadiologiSebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.b. Pemeriksaan Laboratorium1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.c. Pemeriksaan lain-lain1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

E. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berrhubungan dengan agen cedera fisik 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka fraktur terbuka3. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak ade kuatnya ketahanan primer4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).5. Resiko syok (hipovolemi)6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penekanan atau penyumbatan pada pembuluh darah periferF. Intervensi KeperawatanNODiagnosa KeperawatanTujuanIntervensi

1Nyeri akut b/d agen cedera fisik

NOCa Pain Level,b Pain control,c Comfort levelKriteria Hasil :a Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)b Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeric Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)d Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurange Tanda vital dalam rentang normalNICPain Managementa Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasib Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananc Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasiend Evaluasi pengalaman nyeri masa lampaue Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampauf Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungang Kurangi faktor presipitasi nyerih Ajarkan tentang teknik non farmakologii Evaluasi keefektifan kontrol nyerij Tingkatkan istirahatk Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasill Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2Kerusakan integritas kulit b/d luka fraktur terbuka (NOC :v Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil :a Integritas kulit yang baik bisa dipertahankanb Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguanc Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulangd Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC : Pressure Managementa Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgarb Hindari kerutan padaa tempat tidurc Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan keringd Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekalie Monitor kulit akan adanya kemerahanf Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekang Monitor aktivitas dan mobilisasi pasienh Monitor status nutrisi pasieni Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

3Risiko infeksi berhubungan dengan tidak ade kuatnya ketahanan primerNOC :v Immune Statusv Risk control

Kriteria Hasil :a Klien bebas dari tanda dan gejala infeksib Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksic Jumlah leukosit dalam batas normald Menunjukkan perilaku hidup sehatNIC :Infection Control (Kontrol infeksi)a Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lainb Pertahankan teknik isolasic Batasi pengunjung bila perlud Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasiene Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tanganf Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtang Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindungh Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alati Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umumj Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencingk Tingktkan intake nutrisil Berikan terapi antibiotik bila perluInfection Protection (proteksi terhadap infeksi)a Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokalb Monitor hitung granulosit, WBCc Monitor kerentanan terhadap infeksid Batasi pengunjunge Saring pengunjung terhadap penyakit menularf Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresikog Pertahankan teknik isolasi k/ph Berikan perawatan kuliat pada area epidemai Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainasej Ispeksi kondisi luka / insisi bedahk Dorong masukkan nutrisi yang cukupl Dorong masukan cairanm Dorong istirahatn Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resepo Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksip Ajarkan cara menghindari infeksiq Laporkan kecurigaan infeksir Laporkan kultur positif

4Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).NOC :v Joint Movement : Activev Mobility Levelv Self care : ADLsv Transfer performanceKriteria Hasil :a Klien meningkat dalam aktivitas fisikb Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitasc Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindahd Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)NIC : Exercise therapy : Ambulation Latihan Kekuatana Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutinLatihan untuk ambulasib Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.c Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walkerd Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.e Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.f Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuhg Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi rodaLatihan Keseimbanganh Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.i Perbaikan Posisi Tubuh yang Benarj Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.k Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

5Resiko syok (hipovolemi)NOC Syok prevention Syok managementKriteria Hasil :1. Nadi dalam batas yang diharapkan2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan3. Frekuensi napas dalam batas yang diharapkan 4. Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan 5. Natrium serum dbn6. Kalium serum dbn7. Klorida serum dbn8. Kalsium serum dbn9. Magnesium serum dbn10. PH darah serum dbnHidrasi 1. Indicator :2. Mata cekung tidak ditemukan3. Demam tidak ditemukan4. TD dbn5. Hematokrit dbnSyok Prevention 1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan3. Monitor suhu dan pernapasan4. Monitor input dan output5. Pantau nilai labor :6. HB, HT, AGD, dan elektrolit7. Monitor hemodinamik invasi yang sesuai8. Monitor tanda dan gejala asites9. Monitor tanda awal syok10. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan preload dengan tepat11. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas12. Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat13. Berikan vasodilator yang tepat 14. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok15. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syokSyok Management1. Monitor fungsi neurologis2. Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr Lavel)3. Monitor tekanan nadi4. Monitor status cairan, input, output5. Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan6. Monitor EKG7. Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk meningkatkan akurasi pembacaan tekanan darah8. Menggambar gas darah arteri dan memonitor jaringan oksigenasi9. Memantau tren dalam parameter hemodinamik (misalnya CVP, MAP, tekanan kapiler pulmonal/arteri)10. Memantau factor penentu pengiriman jaringan oksigen (misalnya PaO2 kadar hemoglobin SaO2, CO), jika tersedia11. Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan/ atau tonometry lambung12. Memonitor gejala gagal pernapasan (misalnya rendah PaO2 peningkatan PaCO2 tingkat, kelelahan otot pernapasan)13. Monitor nilai laboratorium (misalnya CBC dengan diferensial) koagulasi profil, ABC, tingkat laktat, budaya dan profil kimia14. Masukkan dan memelihara besarnya kobosanan akses IV

6Ketidakefektifan perfusi jaringan periferNOC :1. Circulation status2. Tissue Prefusion : cerebralKriteria Hasil :Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :a Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkanb Tidak ada ortostatik hipertensic Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:a Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuanb Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasic Memproses informasid Membuat keputusan dengan benar.Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter.NIC : Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)a Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpulb Monitor adanya paretesec Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasid Gunakan sarung tangan untuk proteksie Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggungf Monitor kemampuan BABg Kolaborasi pemberian analgetikh Monitor adanya tromboplebitisi Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi

G. Implementasi1. Reduksi fraktur (setting tulang)Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi terbuka dilakukan dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi alat fiksasi interna (ORIF) dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam untuk memepertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.2. Imobilisasi fraktur.Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi ekterna (OREF), meliputi: pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin, dan tehnik gips atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna (ORIF) yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur yang dilakukan dengan pembedahan.3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsiSegala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Latihan isometricn dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan aliran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.

H. Evaluasi 1. Nyeri yang dirasakan pasien dapet berkurang. 2. Pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang3. Integritas kulit pasien dalam keadaan baik dan pasien mampu mempertahankannya. 4. Pasien memahami proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang5. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi6. Pasien mampu mencegah timbulnya infeksi.7. Aktifitas fisik klien meningkat8. Vital sign dalam batas normal.

Daftar PustakaAnggita. 2009. Asuhan Keperawatan Fraktur Femur. Available on : http://www.academia.edu/8069893/ASUHAN_KEPERAWATAN_FRAKTUR_FEMUR. Diakses tanggal 28 Februari 2015Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria M. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Six Edition. America: ELSEVIER. Mansjoer, Arif, dkk. 2002.Kapita Selekta. Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Asculapius. Fifth Edition. Amerika: ELSEVIER. .Moorhead, Sue. Dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth edition. America: ELSEVIER. NANDA International.2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta: EGC. Putrii, H.T. 2010. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Fraktur. Available on : http://www.academia.edu/6942703/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DENGAN_FRAKTUR. Diakses tanggal 28 Februari 2015Wahyu, F. 2005. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Fraktur. Available on : http://www.academia.edu/7017209/LAPORAN_PENDAHULUAN. Diakses tanggal 28 Februari 2015