bab 2 fix

29
BAB II METODE KEGIATAN PBL 2 2.1 Tahapan Problem Solving Cycle Masalah Kesehatan 1. Pengambilan data sekunder dan hasil PBL 1, analisis (deskriptif, analitik )- Fasilitasi Advokasi Pembuatan instrumen, survei dan analisis (kuantitatif- kualitatif, deskriptif-analitik) - Fasilitasi-Advokasi Partisipasi – bekerja sama Partisipasi Pengorganisasian , mobilitasi , dll Penyusunan instrument monev Fasilitasi- partisipatif Pembagian Tugas & tanggungjawab Analisis solusi dan kelayakan- Fasilitasi Monitoring , evaluasi kegiatan intervensi Implementasi intervensi Penyusunan PoA untuk intervensi Identifikasi , prioritas dan analisis kelayakan solusi Identifikasi , analisis , dan prioritas penyebab masalah KIA Identifikasi , analisis dan prioritas masalah KIA Evaluasi Program Intervens i

Upload: dewi-mulyaningsih-dewi

Post on 23-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: bab 2 fix

BAB II

METODE KEGIATAN PBL 2

2.1 Tahapan Problem Solving Cycle Masalah Kesehatan

1.

Metode yang digunakan dalam kegiatan Pengalaman Belajar

Lapangan 2 (PBL-2) adalah metode survey dengan pendekatan Cross

Sectional berdasarkan tahapan community diagnosis. Community diagnosis

diartikan sebagai sebuah deskripsi atau gambaran mengenai kesehatan warga

Pengambilan data sekunder dan hasil PBL 1, analisis

(deskriptif, analitik )- Fasilitasi Advokasi

Pembuatan instrumen, survei dan analisis

(kuantitatif-kualitatif, deskriptif-analitik) - Fasilitasi-Advokasi

Partisipasi – bekerja sama

Partisipasi Pengorganisasian ,

mobilitasi , dll

Penyusunan instrument monev

Fasilitasi-partisipatif Pembagian Tugas &

tanggungjawab

Analisis solusi dan kelayakan-Fasilitasi

Monitoring , evaluasi kegiatan intervensi

Implementasi intervensi

Penyusunan PoA untuk intervensi

Identifikasi , prioritas dan analisis kelayakan solusi

Identifikasi , analisis , dan prioritas penyebab masalah

KIA

Identifikasi , analisis dan prioritas masalah KIA

EvaluasiProgramIntervensi

Page 2: bab 2 fix

negara (masyarakat dan penduduk) dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kesehatan masyarakat setempat baik secara kuantitatif dan kualitatif.

Diagnosa komunitas pada umumnya mengarah kepada identifikasi dan

kuantifikasi dari masalah-masalah kesehatan dalam komunitas secara

menyeluruh dengan mengidentifikasi korelasi atau hubungannya dengan

tujuan untuk mengetahui faktor risiko atau keutuhan komunitas akan

pelayanan kesehatan. Pendekatan Cross Sectional yang merupakan rancangan

penelitian dimana variabel independen dan dependen diambil dalam periode

waktu yang sama. Dimana analisis data bersifat deskriptif (kualitatif dan atau

kuantitatif).

Variabel independen yang diambil secara garis besar sesuai dengan

konsep H.L. Blum yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku, dan pelayanan

kesehatan dikombinasikan dengan teori L. Green yaitu faktor predisposing,

enabling, dan reinforcing. Sedangkan variabel dependen adalah status

kesehatan yang direpresentasikan dengan besarnya angka kematian balita

yang ada di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Selain

dengan metode Cross Sectional juga menggunakan metode studi pustaka,

observasi, dan diskusi dalam kelompok. Beberapa metode tersebut

diharapkan dapat saling melengkapi untuk mengidentifikasi permasalahan

kesehatan sesuai dengan konsep H.L. Blum dan L. Green. Metode tersebut

dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan serta

memberikan alternatif pemecahan masalah dengan siklus pemecahan masalah

(Problem Solving Cycle).

Dalam pengambilan data primer, digunakan kuesioner untuk menggali

informasi dari responden. Sedangkan untuk data sekunder menggunakan data

yang berasal dari Data Topografi dan Monografi Desa Klampok, Bidan Desa

Klampok dan Puskesmas Wanasari untuk menemukan masalah yang

berhubungan dengan status kesehatan masyarakat daerah bersangkutan. Data

primer maupun data sekunder tersebut dapat dijadikan variabel dependen,

metode cross sectional ini diharapkan dapat digunakan untuk menganalisa

permasalahan kesehatan sesuai dengan konsep H.L Blum yang dipengaruhi

Page 3: bab 2 fix

oleh empat faktor yaitu perilaku, lingkungan, genetik, dan pelayanan

kesehatan dan teori L. Green yaitu faktor predisposing, enabling, dan

reinforcing. Setelah dianalisa, selanjutnya dilakukan identifikasi faktor risiko.

Selain dengan metode Cross Sectional juga menggunakan metode studi

pustaka. Kedua metode tersebut diharapkan dapat saling melengkapi untuk

mengidentifikasi permasalahan kesehatan sesuai dengan konsep Teori Blum

dan Green. Metode tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi

penyebab masalah kesehatan serta memberikan alternatif pemecahan masalah

dengan siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle). Dalam

menentukan prioritas masalah kita menggunakan dua metode yaitu metode

MCUA dan metode Delbeq.

Prioritas masalah dengan metode MCUA (Multiple Criteria Utility

Assesment), sebagai berikut:

1. Menentukan masalah-masalah Kesehatan Masyarakat

Masalah-masalah kesehatan masyarakat tersebut, didapat dari data-data

yang kami peroleh dari Profil Puskesmas Wanasari dari bulan Januari

2012 hingga bulan September tahun 2014.

2. Menentukan kriteria

Kriteria dalam hal ini, berguna untuk penilaian masalah-masalah

kesehatan masyarakat yang nantinya dapat ditemukan nilai

tertinggi/prioritas masalah kesehatan. Kriteria yang kami gunakan

dalam matriks MCUA ini adalah sebagai berikut

a. Besar/luas masalah

Kriteria ini mengandung maksud, tinggi rendahnya prevalensi

kejadian masalah kesehatan masyarakat.

b. Tingkat Urgensi/kegawatan

Hal ini mengandung maksud, seberapa pentingnya suatu masalah

kesehatan/penyakit untuk segera mendapat penanganan dari tenaga

kesehatan.

Page 4: bab 2 fix

c. Trend/Kecenderungan

Hal ini mengandung maksud, seberapa besar frekuensi suatu

masalah kesehatan/penyakit tersebut naik atau turun dalam kurun

waktu tertentu.

Metode Delbeq memprioritaskan masalah dengan cara memberikan

bobot yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0-100

dengan kriteria:

- Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk

yang ada kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan

masyarakat dan instansi terkait.

- Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan

mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu.

- Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang diperlukan untuk

mengatasi masalah baik dari segi instansi yang bertanggung

jawab terhadap penyelesaian masalah atau dari masyarakat yang

terkena masalah.

- Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu

serta cara atau metode dan teknologi penyelesaian masalah seperti

tersediannya kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan (juklak),

petunjuk teknis (juknis) dan sebagainya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:

- Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10).

- Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor

masing-masing masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi

bobot yang telah disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam

menentukan besarnya bobot dan skor yang dipilih reratanya.

- Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya

berdasarkan jumlah skor yang tertinggi sampai terendah.

Page 5: bab 2 fix

Penentuan bobot tiap kriteria untuk masalah kesehatan adalah

sebagai hasil dari kesepakatan tiap anggota kelompok. Jika suatu

kriteria semakin dianggap penting, maka bobotnya semakin besar.

Adapun bobot yang telah kami berikan pada tiap kriteria berdasarkan

hasil kesepakatan, adalah sebagai berikut:

Tingkat Urgensi/kegawatan : 25 %

Besar/luas masalah : 30 %

Trend/kecenderungan : 45 %

3. Memberi nilai dari tiap butir masalah

Nilai dari tiap butir masalah ini, yang nantinya akan dikalikan dengan

masing-masing kriteria, dan akhirnya akan ditemukan nilai tertinggi

sebagai prioritas masalah kesehatan masyarakat.

Page 6: bab 2 fix

Tabel 2.1 Nilai-nilai tiap butir masalah

Populasi adalah kumpulan atau keseluruhan anggota dari objek

penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam

penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu ibu yang memiliki

balita di desa Klampok. Jumlah responden yang digunakan dalam

pengambilan data adalah dengan menggunakan metode random sampling dari

total ibu yang memiliki balita di desa Klampok, Kecamatan Wanasari,

Kabupaten Brebes, yaitu sebanyak 92 ibu yang memiliki balita di desa

Klampok.

2.2 Tahapan Community diagnosis

2.2.1 Identifikasi Masalah KIA

Mengenali permasalahan kesehatan khususnya KIA yang

berada di masyarakat harus didasarkan pada data, fakta, informasi,

baik secara langsung (dengan data primer) maupun tidak langsung

Kriteria Nilai tiap butir masalah kesehatan

1. Besar/luas masalah 1 = Tidak besar

1= Kurang besar

2= Cukup besar

4= Sangat besar

2. Tingkat

Kegawatan/kepentingan

1= Tidak penting

2= Kurang penting

3= Cukup penting

4= Sangat penting

3. Trend 1 = Tidak trend

2 = Kurang trend

3= Cukup trend

4 = Sangat trend

Page 7: bab 2 fix

(menggunakan data sekunder). Metode untuk mengidentifikasi

masalah KIA dapat dilakukan dengan cara menganalisis kesenjangan

(gap analysis) antara target suatu program yang seharusnya dicapai

(standar yang telah ditetapkan) dengan capaian pelaksanaan program

itu sendiri melalui indikator yang ada. Cara untuk mengidentifikasi

masalah KIA dapat juga dengan mengidentifikasi dan menganalisis

kecenderungan dari sebuah data informasi maupun masalah kesehatan

khususnya pada ibu hamil, bayi dan balita yang mungkin menjadi

lebih buruk atau lebih parah kondisinya dari waktu ke waktu (trend

analysis). Selain itu, masalah dapat juga diidentifikasi dengan cara

membaca, melihat, mendapatkan sebuah outbreak atau Kejadian Luar

Biasa (KLB) suatu penyakit atau kasus pada suatu masyarakat di

wilayah tertentu. Berdasarkan UU No 4 Tahun 1984, KLB merupakan

timbulnya atau meningkatkan kejadian kesakitan atau kematian yang

bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu

tertentu. Guna meyakinkan bahwa masalah tersebut sampai sekarang

masih menjadi permasalahan khususnya pada angka kematian balita

maka perlu dilakukan survei langsung pada masyarakat dan atau orang

kunci. Tujuannya adalah untuk melakukan konfirmasi mengenai

banyaknya, kegawatannya, distribusinya (orang, tempat, waktu) dari

penyakit yang telah terdaftar pada data sekunder. Masalah KIA yang

ada dipilih dan dipastikan masalah tidak terlalu luas maupun terlalu

umum, sehingga akan memudahkan untuk merumuskannya.

Hal pertama kali yang dilakukan untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan di Desa Klampok adalah mencari data sekunder ke

Puskesmas Wanasari (berupa: laporan bulanan kematian bayi dan

balita, buku laporan PWS KIA puskesmas dari periode Januari 2012 -

September 2014, profil desa Klampok dan kohort balita). Dari data

sekunder tersebut diperoleh informasi 3 besar masalah kesehatan di

Desa Klampok yaitu angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan

angka kematian balita.

Page 8: bab 2 fix

2.2.2 Prioritas Masalah KIA

Data yang bersumber dari pelayanan kesehatan diolah serta

dianalisis menjadi sebuah informasi yang berguna terkait masalah

KIA yang ada di wilayah tersebut. Berbagai masalah kesehatan

tersebut telah didaftar dan mungkin akan banyak permasalahan

kesehatan. Diperlukan analisis dalam memilih masalah KIA yang

betul-betul dirasakan masyarakat, sehingga nantinya dapat diambil

sebuah tindakan yang tepat. Demikian halnya, tidak semua

permasalahan KIA harus diselesaikan semua, mengingat terbatasnya

sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian diperlukan metode yang

cepat dan tepat dalam memprioritaskan masalah KIA dengan

mempertimbangkan aspek-aspek kegawatan masalah, besarnya

masalah, luas distribusi penyakit, kecepatan penyebaran,

menimbulkan dampak politis,menimbulkan keresahan atau kepanikan

masyarakat, sesuai dengan program atau tidak, serta pertimbangan lain

yang mungkin ada.

2.2.3 Faktor Risiko Terkait Masalah KIA

Walaupun masalah KIA sudah didapatkan, namun faktor risiko

terkait masalah KIA itu sendiri belum diketahui. Faktor-faktor risiko

dapat berdiri sendiri dalam mempengaruhi kejadian suatu masalah

KIA atau faktor tersebut saling terkait sehingga menimbulkan

permasalahan kesehatan atau outcome KIA. Oleh karena itu,

diperlukan proses penelusuran faktor-faktor risiko yang terkait

masalah KIA dengan cara yang sistematis dan berdasar pada teori,

data atau fakta serta logic thinking. Berdasarkan konsep H.L Blum

yang dapat dimanfaatkan untuk membuat kerangka dalam

mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya

masalah KIA antara lain dengan metode analisis diagram peta pikiran

(mind map diagram).

Page 9: bab 2 fix

.

2.2.4 Identifikasi Faktor Risiko Terkait Masalah KIA

Guna memenuhi keakuratan data serta ketersediaan data terkait

faktor risiko masalah KIA, maka dilakukan survei untuk

mengidentifikasi faktor risiko yang terkait masalah KIA. Kegiatan

identifikasi faktor risiko yang terkait masalah KIA dapat dilakukan

dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan instrumen survei

yang valid dan reliabel berdasar kerangka faktor risiko masalah KIA.

Langkah yang dilakukan terkait kegiatan survei masalah KIA berguna

untuk mengidentifikasi faktor risiko yang betul-betul ada di

masyarakat. Subjek atau objek sebagai sasaran, dalam hal ini adalah

ibu hamil yang sedang didiagnosis dalam kurun waktu tertentu beserta

perilaku,pelayanan kesehatan, lingkungannya dan genetiknya. Data

penderita penyakit yang sedang didiagnosis dalam masyarakat dapat

diperoleh dari data KIA Puskesmas, bidan desa dan data pendukung

gambaran lokasi setempat.

2.2.5 Alternatif Penyelesaian Masalah KIA

Prioritas faktor risiko masalah KIA telah teridentifikasi. Guna

menanggulangi dan mencegah permasalahan kesehatan yang

berlangsung, maka diperlukan alternatif penyelesaian (solusi) masalah

KIA. Dalam mengidentifikasi dan menganalisis alternatif solusi,

sebaiknya mempertimbangkan kondisi nyata yang ada di masyarakat

atau lapangan. Selain itu diperlukan pula keterlibatan dari pihak lain

(Puskesmas dan Desa) yang terkait (sesuai kebijakan yang ada,

relevansi program, ketersediaan sumber daya, kecepatan mengatasi

masalah, kemudahan untuk diterapkan) sehingga diharapkan solusi

yang diberikan telah mengakomodir kebutuhan dari berbagai pihak,

sehingga dapat berjalan dengan baik. Metode yang dapat

dipergunakan untuk mengidentifikasi alternatif solusi adalah dengan

cara brainstorming dan penggunaan how-how diagram. Hal demikian

Page 10: bab 2 fix

harus didasarkan atas bukti atau data dan informasi yang kuat.

Kemudian dipilih tiga terbesar atau lebih yang merupakan alternatif

solusi terbaik terkait faktor risiko masalah KIA tersebut. Sedangkan

dalam menilai prioritas solusi dan kelayakan solusi (kekuatan yang

mendukung dan menghambat sehingga alternatif rencana solusi dapat

berjalan atau tidak) dapat didekati dengan metode force field analysis.

Sehingga diharapkan solusi yang ditawarkan akan tepat dan dapat

dikerjakan dengan sumber daya yang tersedia.

2.3 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

Kegiatan PBL-2 Kelompok 2 dilaksanakan mulai tanggal 1 November

2012 sampai dengan 28 November 2014 yang berlokasi di Desa Klampok,

Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Desa

Klampok terbagi menjadi 8 RW.

Page 11: bab 2 fix

Tabel 2.2 Tahap Pelaksanaan PBL

No Kegiatan

Waktu pelaksanaan

15-J

ul

16-J

ul

17-J

ul

18-J

ul

19-J

ul

20-J

ul

21-J

ul

22-J

ul

23-J

ul

24-J

ul

25-J

ul

1Upacara pelepasan PBL di

halamanFKM UNDIP.                   

 

2

a. Pemberangkatan menuju Desa

Purwosari.

 

 

 

 

                 

 

b. Pertemuan dan perkenalan

dengan bidan serta perangkat Desa

Purwosari.

c. Kunjungan DPL di homestay.

d. Pengambilan data laporan

program KIA dan gizi di bidan

Desa Purwosari tahun 2012 dan

2013.

3a.Melanjutkan pertemuan dan

perkenalan ke perangkat desa                    

 

Page 12: bab 2 fix

Purwosari

b. Ikut serta dalam kegiatan

Posyandu di Balai Desa Purwosari.

c. Merekap data KIA Desa

Purwosari tahun 2012 dan 2013

d. Analisis kasus menggunakan

trend,gawat,dan besar masalah.

e. Penentuan prioritas masalah

f. Pembuatan mindmap dan faktor

resiko.

g. Konfirmasi masalah KIA ke

bidan Desa Purwosari.

h. Menunggu persetujuan DPL

terkait masalah yang diangkat

sesuai MCUA.

4

a. Melanjutkan silaturahmi ke

perangkat desa.     

            

 

b. Mengikuti kegiatan PKD di                    

Page 13: bab 2 fix

balai desa lama.

c. Menyelesaaikan mindmap dan

kuesioner.                    

5

a.Konsultasi dengan DPL.

                   

 

b. Konfirmasi masalah KIA ke

bidan Desa Purwosari.

c. Pembuatan revisi mindmap dan

revisi kuesioner.

d.Penentuan responden.

6

a. Konsultasi kuisioner dengan

Kepala Puskesmas Sayung 1.

                   

 

b. Konsultasi kuisioner dengan

Bidan Desa Purwosari.

c. Revisi kuesioner.

d. Penguasaan teknik wawancara.

7 a. Pelaksanaan wawancara kepada

responden.

                     

b. Evaluasi data (cross check).

Page 14: bab 2 fix

c.Pengumpulan data.

8

a. Menyelesaikan wawancara

responden.                    

b.Entry data hasil kuesioner.

9

a. Evaluasi data (cross check) dan

melanjutkan entry data.

                   

 

b. Pengolahan data.

c. Ikut serta dalam kegiatan

Posyandu.

10

a.Melanjutkan pengolahan data.

                   

 

b.Analisis data.

c. Penentuan faktor utama

penyebab tingginya KEK pada ibu

hamil di Desa Purwosari.

e.Pamitan dengan SPL.

Page 15: bab 2 fix

11

a.Pamitan dengan perangkat Desa

Purwosari.

                   

 

b. Presentasi laporan sementara ke

Kepala Puskesmas Sayung 1

c. Kembali ke Semarang.

Page 16: bab 2 fix

2.4 Pengolahan dan Analisis Data

2.4.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses pemasukan data (input), transformasi

data (recode, transform), penyajian data dan interpretasi data (baik secara

deskriptif maupun inferensial). Pengolahan data menggunakan beberapa tahapan,

yaitu:

2.4.1.1 Penyuntingan (Editing) dan Pembersihan (Cleaning)

Penyuntingan (editing) dan pembersihan (cleaning) adalah suatu

proses memeriksa kelengkapan kuesioner, urutan logis pengisian

kuesioner, konsistensi jawaban responden dan melakukan perbaikan

apabila ada kesalahan dalam pengisian yang memerlukan perbaikan.

Penyuntingan setelah kuesioner sudah diisi, setelah kegiatan pengambilan

data di lapangan.

2.4.1.2 Pemberian Kode (Coding)

Pemberian kode (coding) dilakukan dengan tujuan untuk

memudahkan proses pemasukan data. Dengan memberikan kode maka

petugas pemasukan data hanya memasukkan kode-kode jawaban

kuesioner yang sudah matang. Jadi petugas tidak perlu memikirkan data

apa yang dimasukkan. Misalnya apabila responden menjawab “ya” akan

diberi kode “1”, sedangkan bila menjawab “tidak” akan diberi kode “0”

data yang dimasukkan cukup “1” atau “0”.

2.4.1.3 Pemasukan Data (Entry Data)

Setelah kuesioner diteliti atau disunting dan diberi kode maka

proses pengolahan data yaitu memasukkan data kedalam aplikasi

komputer untuk dianalisis. Aplikasi komputer yang sering digunakan yaitu

SPSS. Aplikasi ini bisa menangani pengolahan data mulai dari pemasukan

data, penyuntingan maupun sampai pada analisis statistik deskriptif

maupun inferensial.

2.4.1.4 Tabulasi (Tabulation)

Mengelompokkan data atau menyusun data secara deskriptif ke

dalam tabel yang telah dibuat sesuai tujuan.

Page 17: bab 2 fix

2.4.1.5 Mendeskripsikan Data

Membaca hasil dan mengubahnya menjadi bentuk yang mudah

dipahami baik berupa tabel, grafik, dan persentase. Analisis bisa langsung

disajikan ataupun diceritakan agar lebih mudah dipahami.

2.4.1.6 Interpretasi Data

Menghubungkan hasil data frekuensi terbesar dengan teori H.L.

Blum ( Pelayanan Kesehatan , Perilaku, Genetik, dan Lingkungan).

Terlihat adanya hubungan antara teori yang dikemukakan H.L. Blum

dengan penyebab yang ditemui dilapangan, untuk selanjutnya dapat

direncanakan alternatif penyelesaian masalah kesehatan.

2.4.2 Analisis Data

Setelah mengolah data, proses selanjutnya yang dilakukan ialah

menganalisis data. Analisis data yang dilakukan ialah analisis deskriptif, dimana

ditentukan rasio, proporsi, serta Persentase dengan menggunakan alat bantu

statistik yakni membuat tabel distribusi frekuensi. Dan juga dilakukan analisis

data primer yang diolah dengan menggunakan program SPSS untuk

mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Untuk selanjutnya memberikan

gambaran tentang hubungan antara lingkungan, perilaku, genetik, dan pelayanan

kesehatan dengan kejadian masalah KIA di Desa Purwosari.

Page 18: bab 2 fix

PENGUMPULAN DATA

EDITING

CODING

ENTRY DATA

TABULASI

ANALISIS DATA

Gambar 2.1 Alur pengolahan data.

2.4.3 Penyusunan Rencana Tindak (Plan of Action/POA)

Rencana aksi atau rencana tindak atau juga disebut Plan of Action (POA)

merupakan suatu perencanaan kegiatan jangka pendek yang ditujukan guna

penyelesaian masalah kesehatan ibu dan anak berdasarkan pada penyelesaian

masalah yang dipilih dan layak. Untuk dapat membuat rencana tindak maka

program hasil analisis medan daya penyelesaian maslaah kesehatan ibu anak

tersebut harus diurai (breakdown). Menjadi program atau kegiatan-kegiatan yang

diperlukan. Dalam melakukan identifikasi dan analisis kegiatan serta sumber daya

yang ada, maka sebaiknya dilakukan dengan melihat program yang ada di

pelayanan yang ada (petugas kesehatan dan dilakukan bersama masyarakat dan

atau stakeholder terkait). Tujuan hal tersebut agar tidak terjadi overlapping

Page 19: bab 2 fix

program dan atau kegiatan, namun tetap selaras (in-line). Dengan program

kesehatan yang ada di puskesmas, dan jika dilakukan secara partisipatif (ada

dukungan stakeholder) maka kegiatan dapat berjalan dengan baik dan

sustain/berlanjut. Secara sederhana, dalam membuat rencana aksi beberapa hal

yang harus masuk antara lain : jenis kegiatan, volume kegiatan, dana yang

diperlukan serta sumber dana, waktu pelaksanaan, oleh siapa kegiatan tersebut

dikerjakan, termasuk indikatornya.

2.4.4 Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

Rencana kegiatan intervensi yang telah disusun harus dilakukan guna

menyelesaikan permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak yang ada. Dalam rencana

kegiatan intervensi tersebut telah dibuat apa yang harus dikerjakan, berapa

banyak dan besar kegiatan tersebut, berapa banyak biaya yang dibutuhkan, hasil

yang diharapkan, kapan dilaksanakan dan siapa yang melaksanakan. Namun

demikian hal tersebut belumlah sepenuhnya selesai karena baru sebatas rencana,

diperlukan persiapan yang lebih matang agar kegiatan yang telah disusun dapat

dilakukan dan berjalan dengan lancar. Persiapan yang diperlukan menyangkut

mobilisasi sumber daya (resources) misalnya sarana dan prasarana yang

diperlukan, sasaran intervensi, pihak yang terlibat dalam kegiatan inervensi,

merancang/design kegiatan/pertemuan (jika ada), pelaksanaan kegiatan intervensi

yang diperlukan.

2.4.5 Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi

Kegiatan intervensi yang telah dikerjakan perlu dilihat, apakah kegiatan tersebut

berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan tidak berjalan sama sekali.

Hal-hal yang menghambat kegiatan dan kemajuan yang telah dicapai hendaknya

dipantau dengan seksama. Monitoring sebaiknya dilakukan mulai dari

perencanaan sampai dengan akhir dari pelaksanaan kegiatan intervensi, sehingga

jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan segera (sebelum-sesaat-setelah).

Hal yang paling mudah untuk melakukan monitoring adalah dengan cara

membuat daftar pantau atau checklist dari kegiatan tersebut. Demikian halnya

dengan kegiatan evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan

telah berhasil sesuai dengan target yang ditetapkan atau hasil yang diharapkan

berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk mengukur

keberhasilan suatu kegiatan (evaluasi) dapat dilakukan dengan metode yang

Page 20: bab 2 fix

sederhana dengan membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan hasil

yang ditargetkan/diharapkan berdasarkan indikator yang telah ditetatapkan.