bab iii baru.docx

87
BAB III PROGRAM KERJA YANG TELAH TERLAKSANA PENYULUHAN DIARE A. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto, 2004). Diare sering didefinisikan sebagai buang air besar lembek cair sampai cair sebanyak ≥ 3 kali perhari. UKK Gastro-Hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan diare sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi menjadi lebih lunak atau bahkan cair. Diare sering didefinisikan sebagai buang air besar lembek cair sampai cair sebanyak ≥ 3 kali perhari. UKK Gastro-Hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan diare

Upload: aprilio-feldie

Post on 18-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III baru.docx

11

BAB III

PROGRAM KERJA YANG TELAH TERLAKSANA

PENYULUHAN DIARE

A. Latar Belakang

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia

terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus

terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar

anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka

kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta

sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto, 2004).

Diare sering didefinisikan sebagai buang air besar lembek cair sampai cair

sebanyak ≥ 3 kali perhari. UKK Gastro-Hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan

diare sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi

menjadi lebih lunak atau bahkan cair.

Diare sering didefinisikan sebagai buang air besar lembek cair sampai cair

sebanyak ≥ 3 kali perhari. UKK Gastro-Hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan

diare sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi

menjadi lebih lunak atau bahkan cair.

Melalui kegiatan Co-Ass Public Healthdi Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka

kami mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai Diare yang diselenggarakan di

Lingkungan V, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.

B. Tujuan

1. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai Diare,

2. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai faktor resiko Diare

sebagai usaha pencegahan primer,

3. Membantu masyarakat mencegah memburuknya penyakit yang secara

klinis telah diderita sebagai upaya pencegahan sekunder.

11

Page 2: BAB III baru.docx

12

C. Definisi

diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk

atau frekuensi dimana bentuk feses berubah menjadi lunak atau cair atau

frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dam sehari.

D. Epidemiologi

Penyakit diare akut lebih sering terjad pada bayi dari pada anak yang

lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki laki hamper sama dengan anak

perempuan. Peyakit ini ditularkan secara fecaloral melalui makanan dan

minuman yang tercemar. Dinegara yang sedang berkembang, prefalensi yang

paling tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang

tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan

badan.

E. Etiologi

Infeksi interal yaitu infeksi saluran pencernaan penybab utama diare pada

anak meliputi infeksi bakteri : Vibro, E-coli, Salmonella, Sigella,

Campilobacter, dll.

Infeksi virus ,eliputi : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dll

Infeksi parasit meliputi : cacing (Ascariasis, Tricuris)

Infeksi Protozoa meliputi : Entamoeba Histolitika, Giardia lambia

Inf eksi Jamur meliputi : Candida Albican

Infeksi perenteral yaitu Infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan

seperti : OMA, Tonsilofaringitis, broncopneumonie dll

Factor malabsorbsi : malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein

Factor makan : makanan basi, beracun, aleri terhadap mkanan

Page 3: BAB III baru.docx

13

F. Faktor resiko

Umur : kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.

Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan

makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami

dari anak pada umur dibawah 24 bulan.

Jenis kelamin : resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih

rendah dari pada laiki-laki karena aktfitas anak laki-laki dengan lingkungan

lebih tinggo.

Musim : variasi pola musim didaerah tropic memperlihatkan bahwa diare

terjadisepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim

kemarau ke musim hujan.

Status gizi : pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang

kurang, episode diare akut lebih berat. Berakhir lebih lama dan lebih sering

Lingkungan : diderah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih

dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular

Status social ekonomi : status social ekonomi yang rendah akan

mempengaruhi status gizi anggota keluarga.

G. Klassifikasi Diare

Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat lebih dari tiga kali

perhari, dengan konsistensi tinja cair bersifat mendadak dan berlangsung

dalam waktu kurang dari satu minggu.

Diare kronik adalah kondisi dimana terjadi peningatan frekuensi BAB dan

peningkatan konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih.

H. Manifestasi klinis

Mula-mula anak/bayi mengeluh cengeng, gelisah suhu tubuh meningkat

nafsu makan berkurang

Sering BAB dengan konsistendi tinja cair

Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu

Page 4: BAB III baru.docx

14

Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih

asam akibat bnyaknya asam laktat.

Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas, ubun ubun dan mata

cekung dan disertai penurunan berat badan

Perubahan tanda-tanda vital, nadi, respirasi cepat, tekanan darah turun,

denyut jantung cepat, lemas, kesadaran menurun

H. Komplikasi

Dehirasi ringan, sedang, berat

Hypokalemi, hypoglikemi.

I. Pencegahan

Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang, menjaga kebersihan

dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebeum makan dan dari

kebersihan makanan yang kita makan.

J. Penatalaksanaan diare

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam

mengatasi diare, hal sederhana seperti minum banyak air putih atau seperti

oralit. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul.

K. Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat di Lingkungan V,

Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan

program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kelurahan

Rambung Dalam.

Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan Diare dimulai sejak minggu dua,

yang dilaksanakan pada posyandu dahlia II lingkungan v di Kelurahan

Page 5: BAB III baru.docx

15

Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan

kegiatan ini dilaksanakan di rumah kader ibu Ida lingkungan.

Kronologis Kegiatan

1. Persiapan

Pada tahap penyuluhan ini persiapan kami mempelajari teori

tentang Diare dan persiapan bahan persentasi yang di tampilkan dalam

bentuk karton dan gambar-gambar.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : Rabu, 07 oktober 2014 Pukul 09.00 WIB s/d selesai

Tempat : Rumah Ibu Idah

Acara : Penyuluhan Diare

L. Kepanitiaan

Penanggung Jawab : - Sempa Kata (Perawat)

- Uli Sinambela

Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah

Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah

Sekretaris : Feby Lispandan Wangi

Bendahara : Ratna Minanda Fitriyani

Penyaji Materi : Dika Ardiansyah

Dokumentasi : Nur Hasanah

Page 6: BAB III baru.docx

16

PEMBUATAN LARUTAN GULA GARAM

A. Latar Belakang

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air

besar lebih dari biasanya (tiga atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan

konsitensi tinja dari penderita. Diare juga salah satu penyakit yang menyebabkan

kematian pada anak-anak baik dinegara berkembang maupun maju. Pada tahun 2003,

kematian akibat diare di dunia mencapai angka 1,5-2,5 juta kematian per tahun. Di

indosesia sendiri, diare merupakan salah satu penyebab utama kunjugan ke

puskesmas. Kematian akibat diare di Indonesia mencapai angka 200.000-400.000 per

tahun.

Diare masih merupakan masalah kesehatan Nasional karena angka kejadian

dan angka kematian yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami

Diare 2-3 kali per tahun. Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi

dapat bervariasi tergantung dari makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu

diperhatikan adalah tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin

darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).

Pada umumnya Anak buang air besar 3 kali sehari dan sejarang-jarangya

sekali tiap tiga hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja . pada

keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk

tinja bervariasai mulai dari”cair” (kadar airnya paling tinggi biasanya terjadi pada

diare akut), berbentuk tinja normal seperti pisang dan keras kandungan air sedikit

seperti pada keadaan sembelit.

Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minumm ASI, frekuensi buang air

besarnya lebih sering lagi yaitu bias 8-10 kali sehari dengan tinja yang lebih encer,

berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut

tidak tergolong diare tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum

sempurnanya perkembangan saluran cerna.

Anak dinyatakan menderita diare bila buang air besarnnya lebih encer dan

lebih sering dari biasanya. Tinja diare dapat mengandung lendir dan darah,

Page 7: BAB III baru.docx

17

tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah,

kadangkala gejala muntah dan demam mendahului mencretnya.

Laruran gula garam merupakan larutan untuk merawat diare. Larutan ini sering

disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran Natrium klorida,

kalium klorida, glukosa anhidrat dan natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral

inibisa menjadi pengganti cairan dan elektrolit tubuh yang terbuang pada saat

seseorang mengalami diare.

Melalui kegiatan Co-Ass Public Health di Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka

kami mengadakan pembuatan larutan gula garam yang diselenggarakan di

Lingkungan V, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.

B. Cara membuat Larutan Gula Garam

Bahan dan alat yang di perlukan :

Gula pasir sebanyak satu sendok teh, tidak lebih tidak kurang agar

larutan yang akan dibuat bisa maksimal.

Garam dapur yang halus sebanyak seperempat sendok teh

Air masak yang masih hangat namun tidak mendidih sebanyak satu gelas

atau sekitar 200 ml.

Cara pembuatan :

Tuangkan air masak kedalam gelas sebanyak satu gelas penuh,

kemudian masukkan gula pasir serta garam dapur sesuai dengan takaran

yang telah ditentukan, aduk sampai gula dan garam benar-benar larut

dalam air.

Cara pemberian :

Anak yang berusia dibawah 2 tahun diberikan 1/4 hingga setengah gelas

saja.

Anak yang beruisia 2 tahun keatas diberikan 1/2 hingga satu gelas.

Dewasa dianjurkan untuk minum sebanyak banyaknya.

Page 8: BAB III baru.docx

18

Larutan gula garam sebagai pengganti larutan oralit. Larutan ini diberikan

bagi seseorang yang mengalami diare karena dapat mengurangi dampak diare atau

dehidrasi karena larutan ini dapat menggantikan cairan tubuh yang hialang.

C. Tujuan

1. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai larutan gula garam,

2. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat larutan gula

garam sebagai usaha pencegahan komplikasi diare,

3. Membantu masyarakat mengenai pembuatan laruran gula garam agar bisa

diterapkan di rumah masing-masing.

D. Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat di Lingkungan V,

Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan

program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kelurahan

Rambung Dalam nantinya.

E. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

a. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada minggu kedua, di Lingkungan v,

Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan

kegiatan ini dilaksanakan di rumah kader Posyandu dahlia II ibu Idah.

b. Kronologis Kegiatan

1. Persiapan

Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media penyuluhan

berupa Karton dan Gambar-gambar. Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan

oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : Rabu, 07 Oktober 2014 Pukul 9.30 WIB s/d selesai

Tempat : Rumah Ibu Idah

Acara : Pembuatan larutan gula garam

Page 9: BAB III baru.docx

19

F. Kepanitiaan

Penanggung Jawab : - Sempa Kata (Perawat)

- Uli Sinambela

Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah

Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah

Sekretaris : Feby Lispandan Wangi

Bendahara : Ratna Minanda Fitriyani

Penyaji Materi : Dika Ardiansyah

Dokumentasi : Nur Hasanah

Page 10: BAB III baru.docx

20

LAMPIRAN

Page 11: BAB III baru.docx

21

PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Latar Belakang

Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue

tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori

“A” dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang

mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD,

khususnya pada anak. 1-3 Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun

2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan

kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01%

(2007).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang

ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,

lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie,

purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali,

trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.

Berdasarkan hasil survei mengenai data angka kejadian DBD yang telah

dilakukan di Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan, didapatkan

bahwa terdapat 6 Kepala keluarga menderita DBD Hal ini karena Perubahan Cuaca.

Oleh karena itu melalui kegiatan Co-Ass Public Health di Dinas Kesehatan Kota

Binjai, maka kami mengadakan penyuluhan kesehatan Tentang Demam Berdarah

Dengue (DBD) yang diselenggarakan di Lingkungan VII, Kelurahan Rambung

Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.

Page 12: BAB III baru.docx

22

B. Tujuan

1. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai Demam Berdarah Dengue

(DBD),

2. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai faktor resiko Demam

Berdarah Dengue,

3. Membantu masyarakat mencegah memburuknya penyakit yang secara klinis

telah diderita sebagai upaya pencegahan sekunder.

C. Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga di

Lingkungan III, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu

diharapkan program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat

Kelurahan Rambung Dalam nantinya.

D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada minggu keempat kami berada

di Lingkungan VII, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.

Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Rambung

Dalam.

2. Kronologis Kegiatan

a. Persiapan

Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media

penyuluhan berupa power point. Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan

oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas masing-masing.

Page 13: BAB III baru.docx

23

b. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : oktober 2014Pukul 14.00 WIB s/d selesai

Tempat : Kantor Lurah Rambung Dalam

Acara : Penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD)

c. Peserta Yang Hadir

NO NAMA KETERANGAN

1 Ramlah BR Bangun

2 Adeliana

3 Nafisah

4 Erna Wati

5 Syamsidar

6 Siti Jumroh

7 Ratna Willis

8 Eva Suci Yanti

9 Ira Abrita

10 Ending Sri Hartati

11 Ida Nurhayani

12 Sukalsum

13 Yellia Efni Harahap

14 Sri Utami

15 Deliana

16 Arnita

17 Juli Muaziza NST

18 Suherni

19 Lineapana

20 Rosminawati

21 Gustia Suwanti

22 Maida Hesti

23 Hj. Nurhayati

Page 14: BAB III baru.docx

24

24 Yusfarida

25 Hadijah

26 Willis Sri Dewi

27 Latifah

28 Salmah

E. Kepanitiaan

Penanggung Jawab : dr. Yulviarina Eka Putri

Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah

Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah

Sekretaris : Feby Lispandan Wangi

Bendahara : Ratna Minanda Fitriyani

Penyaji Materi : Dika Ardiansyah

Dokumentasi : Nur Hasanah

Page 15: BAB III baru.docx

25

LAMPIRAN

Page 16: BAB III baru.docx

26

PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah yang melebihi batas normal, yakni

sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Pada umumnya, penderita tidak

menyadari jika dirinya menderita hipertensi, karena hipertensi seringkali tanpa tanda

dan gejala. Oleh sebab itulah hipertensi sering disebut sebagai silent killer (WHO,

2011). Peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)

dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung dan otak. Pengukuran tekanan

darah sebaiknya dilakukan pada saat istirahat atau pagi hari pada saat bangun tidur

(basal).

Pertumbuhan penduduk dan penuaan menyebabkan jumlah orang dengan

hipertensi tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1

miliar pada tahun 2008 (WHO, 2011). Setiap tahunnya hipertensi membunuh hampir 8

juta orang di seluruh dunia, dan hampir 1,5 juta orang per tahun di wilayah Asia

Tenggara. Secara global, hampir 1 miliar orang memiliki tekanan darah tinggi

(hipertensi), 2/3 di antaranya di negara berkembang. Saat ini, 1/3 dari populasi orang

dewasa di Asia Tenggara telah menderita tekanan darah tinggi. Permasalahan hipertensi

akan terus berkembang, diperkirakan 1,56 miliar orang dewasa akan terkena hipertensi

pada tahun 2025 (WHO, 2011). Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian

dini yang menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia

maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia

lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,

banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi sehingga usaha pencegahan

harus dalam bentuk multifaktorial. Pencegahan harus diusahakan sedini mungkin

dengan cara mengendalikan faktor resiko hipertensi dan merupakan hal yang cukup

penting dalam usaha pencegahan hipertensi, baik primer maupun sekunder. Pencegahan

primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi,

sedangkan pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan memburuknya penyakit

yang secara klinis telah diderita.

Page 17: BAB III baru.docx

27

Dari hasil survey yang telah kami lakukan, didapatkan bahwa masyarakat di

Lingkungan III Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan memiliki resiko

terkena hipertensi. Hal ini karena sebagian masyarakat adalah pra-lansia dan lansia.

Selain itu, mayoritas masyarakat memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi makanan

berlemak dan mengandung kadar garam berlebih sehingga masyarakat cenderung

banyak yang terkena hipertensi. Oleh karena itu melalui kegiatan Co-Ass Public Health

di Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka kami mengadakan penyuluhan kesehatan

mengenai hipertensi yang diselenggarakan di Lingkungan III, Kelurahan Rambung

Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.

B. Tujuan

1. Memberi pemahaman kepada para lansia mengenai hipertensi.

2. Memberi pemahaman kepada para lansia untuk mencegah memburuknya

hipertensi sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder.

3. Setelah dilakukan penyuluhan para lansia mampu menjelaskan arti, tanda dan

gejala, dan cara mencegah hipertensi

C. Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah para lansia di Lingkungan III,

Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan program

ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat khususnya para lansia

Kelurahan Rambung Dalam nantinya.

Page 18: BAB III baru.docx

28

D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

a. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada hari Selasa, tanggal 14 Oktober 2014,

pukul 11.00 WIB, di Lingkungan III Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan

Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di Kantor

Kelurahan.

b. Kronologis Kegiatan

1. Persiapan

Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media penyuluhan berupa

Poster dan leaflet untuk para lansia. Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan oleh

anggota sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : Selasa, 14 Oktober 2014, Pukul 11.00 WIB s/d selesai

Tempat : Kantor Kelurahan Lingkungan III Rambung Dalam

Acara : Penyuluhan hipertensi pada lansia serta pemeriksaan tekanan

darah, pengukuran berat badan, dan pemberian obat hipertensi.

Kegiatan penyuluhan hipertensi ini dihadiri oleh 16 orang lansia.

Page 19: BAB III baru.docx

29

Tabel 3.1 Nama-nama lansia yang hadir

No Nama Alamat Umur

(tahun)

Berat

Badan

(Kg)

Tekanan

Darah

(mmHg)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

H. Syamsul

Ijem

Salmaini

Siti Sarifah

Salimah

Hj. Chairany

Hj. Karsia

Ibrahim

Paiman

Zainuddin

Yusfarida

Nur Hayati

Surip

Maimunah

Pariman

Karim

Jl.Padang

Jl.Padang

Jl.Padang

Jl.Padang

Jl.Semarang

Jl.Sawah Lunto

Jl.Padang

Jl.Sawah Lunto

Jl.Padang

Jl.Sawah Lunto

Jl.Sawah Lunto

Jl.Sawah Lunto

Gg.Pancasila

Jl.Tanjug Priuk

Jl.Jamin Ginting

Jl.Jamin Ginting

75

71

58

72

73

60

73

63

78

67

58

63

65

70

72

86

65

59

70

64

32

60

62

69

50

59

61

54

43

48

50

41

120/80

160/90

150/80

150/90

100/70

140/90

120/90

120/80

160/80

140/80

130/80

120/80

130/70

160/100

150/90

130/80

Page 20: BAB III baru.docx

30

Dalam kegiatan ini para lansia diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan

bertanya dan mengutarakan pendapatnya mengenai hipertensi. Terdapat beberapa

pertanyaan yang diajukan oleh para lansia diantaranya sebagai berikut :

1. Pada hipertensi boleh atau tidak mengkonsumsi susu coklat?

2. Pada hipertensi boleh atau tidak untuk mengkonsumsi susu kedelai?

3. Jika hipertensi boleh atau tidak untuk olahraga, dan jika boleh olahraga jenis

apa?

Setiap lansia yang memberi pertanyaan dan dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan dari pelaksana penyuluhan akan diberikan doorprize.

E. Kepanitiaan

Penanggung Jawab : Rosnidar Marunduri, Amd.Keb

Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah

Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah

Sekretaris : Feby Lispandan Wangi

Bendahara : Ratna Minanda Fitryani

Penyaji Materi : Ratna Minanda Fitryani

Feby Lispandan Wangi

Koor. Pelaksana : Dika Ardiansyah

Konsumsi : Feby Lispandan Wangi

Dokumentasi : Nur Hasanah

Page 21: BAB III baru.docx

31

F. Dokumentasi

(Penyajian materi penyuluhan)

(Pengukuran berat badan)

Page 22: BAB III baru.docx

32

(Pemberian doorprize)

Page 23: BAB III baru.docx

33

SENAM LANSIA DAN PENGOBATAN GRATIS UNTUK

HIPERTENSI

I. Latar Belakang

Lansia (Lanjut Usia) semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

peningkatan usia harapan hidup. Semakin tingginya usia harapan hidup, maka

semakin tinggi pula faktor resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan. Masalah

umum yang dialami para lansia adalah rentannya kondisi fisik para lansia terhadap

berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

pengaruh dari luar serta menurunnya fungsi kerja organ tubuh, oleh karena hal

tersebut lansia mudah terserang berbagai penyakit. Olahraga yang cocok bagi lansia

adalah senam yang disebut dengan Senam Lansia.

Senam Lansia adalah serangkaian gerakan nama yang terarah dan teratur

dan kemudian diikuti oleh para lanjut usia yang tujuannya untuk meningkatkan

kemampuan raga secara fungsional.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Kecamatan Binjai Selatan,

didapatkan bahwa banyak masyarakat adalah pra-lansia dan lansia. Oleh karena itu

melalui kegiatan Co-Ass Public Health di Dinas Kesehatan Kota Binjai, kami

mengadakan program senam lansia yang diselenggarakan di Kecamatan Binjai

Selatan.

J. Tujuan

1. Membantu pra-lansia dan lansia agar bisa meningkatkan kebugaran jasmani,

2. Meningkatkan produktifitas lansia,

Page 24: BAB III baru.docx

34

3. Menciptakan pra-lansia untuk memperoleh kesadaran dini agar menua sehat,

mandiri dan tetap aktif.

4. Mengadakan pengobatan gratis untuk lansia penderita hipertensi.

K. Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat pra-lansia (usia >45

tahun) dan lansia (usia >65 tahun) di Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu

diharapkan program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat

Kecamatan Binjai Selatan.

L. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada hari Minggu, tanggal 19 Oktober

2014 di Gedung Olahraga (GOR) Kota Binjai.

2. Kronologis Kegiatan

a. Persiapan

Pada tahap persiapan ini kami mempersiapkan instruktur senam

sebagai metode senam lansia yang akan dilaksanakan di Gedung Olahraga

(GOR) Kota Binjai. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah tape dan

speaker aktif yang disiapkan oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas

masing-masing.

Page 25: BAB III baru.docx

35

b. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : Setiap hari Minggu Pukul 06.00 WIB s/d selesai

Tempat : Gedung Olahraga (GOR) Kota Binjai

Acara : Senam Lansia dan Pengobatan gratis untuk hipertensi

M. Kepanitiaan

Penanggung Jawab : Rosnidar Marunduri, Amd.Keb

Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah

Koor. Perlengkapan : Nur Hasanah

Koor. Dokumentasi : Ratna Minanda Fitryani

Koor. Konsumsi : Feby Lispandan Wangi

Page 26: BAB III baru.docx

36

N. Dokumentasi

(Pelaksanaan senam lansia)

Page 27: BAB III baru.docx

37

(Pengukuran tekanan darah dan pengobatan hipertensi gratis)

Page 28: BAB III baru.docx

38

(Pengukuran tekanan darah dan pengobatan hipertensi gratis)

Page 29: BAB III baru.docx

39

LAPORAN KEGIATAN PENJARINGAN KESEHATAN SEKOLAH

TINGKAT SMP/MTs KELAS VII

A. Latar Belakang

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan

elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan

populasi rakyat Indonesia. Bersamaan dengan bertambahnya jumlah anak-anak yang

bersekolah sebagai akses terhadap pendidikan. Karena itu lingkungan sekolah paling

berperan dalam memberikan suasana belajar dan dorongan belajar yang positif

dibandingkan dengan lingkungan keluarga, khususnya lingkungan masyarakat.

Bagaimanapun juga para siswa selalu berada dalam resiko kesehatan dan status

nutrisi yang buruk. Namun hal tersebut dapat ditangani secara efektif, sederhana dan

dengan biaya yang murah melalui program kesehatan sekolah.

Berdasarkan disebutkan bahwa UU No.23 tahun 1992 pasal 45 tentang

Kesehatan kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan

hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat

belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan

dapat menjadikan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Berdasarkan Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Usaha Kesehatan

Sekolah adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang

dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di

sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka

pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan sekolah (Effendi,1998).

Sedangkan menurut departemen kesehatan, Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha

kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta

lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehat yang pada gilirannya menghasilkan derajat

kesehatan yang optimal.

Program tentang pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah

(UKS) di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui tiga program

Page 30: BAB III baru.docx

40

pokok yang meliputi : pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan

lingkungan kehidupan sekolah sehat. Dalam mendukung pelaksanaan tiga program

pokok UKS di sekolah ataupun satuan pendidikan luar sekolah diperlukan program

penduduk yang meliputi : ketenagaan, pendanaan, sarana prasarana, dan penelitian

dan pengembangan, pembinaan serta pengembangan usaha kesehatan sekolah (UKS)

dilaksanakan oleh tim UKS yang terdiri atas : tim pembina UKS pusat, tim pembina

UKS propinsi, tim pembina UKS kabupaten / kota,tim pembina UKS kecamatan,

tim pembina UKS di sekolah

Adapun pembahasan laporan kali ini dititikberatkan pada upaya usaha

kesehatan sekolah berupa pemeriksaan ketajaman penglihatan, kesehatan gigi dan

mulut (Gimul), pemeriksaan kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT),

status gizi dan kesehatan reproduksi sebagai upaya pemeliharaan dan pengawasan

kebersihan perorangan.

B. Tujuan Kegiatan

1. Melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan, kesehatan gigi dan mulut, THT,

dan status gizi, kesehatan reproduksi pada siswa untuk mendeteksi dini kelainan

pada gigi dan mulut, THT, dan sistem reproduksi.

2. Menanamkan kebiasaan hidup sehat dan mendorong siswa untuk ikut serta

dalam berbagai usaha kesehatan serta ikut bertanggung jawab atas kesehatannya

sendiri dan lingkungannya.

C. Manfaat Kegiatan

1. Terdeteksinya kelainan kesehatan pada siswa secara dini terutama dalam hal

ketajaman penglihatan, kesehatan gigi dan mulut, THT, status gizi dan sistem

reproduksi.

2. Pencegahan dan pengobatan terhadap gangguan ketajaman penglihatan penyakit

gigi dan mulut, THT, dan status gizi sistem reproduksi pada siswa.

3. Meningkatnya kesehatan siswa sehingga dapat tumbuh dan belajar secara

optimal dan efisien.

Page 31: BAB III baru.docx

41

4. untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga ketajaman

penglihatan, kesehatan gigi, mulut, status gizi dan THT serta kesehatan tubuh.

D. Uraian Kegiatan

UKS dilakukan mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan

Atas. Adapun sasaran dari kegiatan ini diutamakan siswa kelas 1 SLTP.

Dalam kegiatan ini, dilakukan pemeriksaan fisik umum seperti mengukur

berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui tumbuh kembang siswa. Selain itu

juga dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut dan THT dari masing-masing siswa yang

bertujuan untuk screening sehingga bisa diketahui penyakit gigi, mulut, dan THT

dan juga dilakukan penilaian terhadap kesehatan reproduksi secara dini. Bagi siswa

yang tidak ditemukam ketajaman penglihatan, kelainan kesehatan gigi dan mulut,

THT, maupun sistem reproduksi dianjurkan untuk terus melakukan pemeliharaan

kebersihan (tindakan preventif). Sedangkan bagi siswa yang didapati adanya

kelainan kesehatan baik pada kesehatan gigi dan mulut, THT, ataupun sistem

reproduksi diberikan rujukan ke Puskesmas Rambung untuk dilakukan penanganan

lebih lanjut.

E. Pelaksanaan

Pelaksana :

Tim Puskesmas Rambung

dr. Jonson Sinaga (Dokter Umum)

Sejahrahna (Perawat Gigi)

Jenni R. Sihombing (Pengelola UKS Puskesmas Rambung)

Dika Ardiansyah (Coass)

Nur Hasanah (Coass)

Feby Lispandan Wangi (Coass)

Ratna Minanda Fitriyani (Coass)

F. Metode Pelaksanaan

Page 32: BAB III baru.docx

42

1. Pengukuran tinggi badan dan berat badan

Pengukuran tinggi badan dan berat badan perlu dilakukan untuk

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi agar

pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal. Adapun dalam kegiatan

ini, pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

Sedangkan pengukuran berat badan menggunakan timbangan. Hasil dari

pengukuran tersebut kemudian dicatat. Siswa yang telah diukur tinggi badan dan

berat badannya kemudian melanjutkan ke pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh

dokter.

2. Pemeriksaan fisik

Setelah dilakukan pencatatan tinggi badan dan berat badan, dilakukanlah

pemeriksaan fisik secara umum yang kemudian dilanjutkan pemeriksaan fisik

khusus untuk menilai ketajaman pengglihatan, kesehatan gigi, mulut, status gizi

dan THT dari masing-masing siswa yang bertujuan untuk screening sehingga

bisa diketahui penyakit gigi, mulut, dan THT secara dini.

a. Ketajaman Penglihatan

Siswa yang akan diperiksa visus mata beridiri atau duduk dengan jarak

pandang lima meter, menggunakan snellen chart. Pada siswa yang

bermasalah jarak pandang diberikan penyuluhan dan dianjurkan berobat ke

dokter mata.

b. Pemeriksaan gigi dan mulut

Siswa yang akan diperiksa diminta untuk membuka mulutnya.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat senter/ pen light,

senter/penlight diarahkan pada gigi atas, bawah, depan dan belakang. Pada

siswa yang giginya masih bagus dianjurkan untuk terus melakukan

pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi sedangkan untuk siswa yang

giginya bermasalah dan perlu penanganan dan tindakan lebih lanjut,

diberikan rujukan ke Puskesmas Rambung serta diberitahukan kepada pihak

sekolah.

Page 33: BAB III baru.docx

43

c. Pemeriksaan THT

Pemeriksaan dilanjutan dengan pemeriksaan tonsil dengan meminta

siswa membuka lebar mulut kemudian menjulurkan lidah keluar agar bagian

tonsil dapat terlihat. Tonsil yang membesar dapat menghambat keluar

masuknya udara. Infeksi pada tonsil dapat mengakibatkan kemerahan dan

pembengkakan pada tonsil serta ditemukannya eksudat / bercak berwarna

putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit

tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut serta nyeri telinga.

Pembesaran tonsil dapat diukur dengan cara mengukur tonsil, adapun

ukuran tonsil yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:

T0 : Post Tonsilektomi

T1 : Tonsil masih terbatas dalam Fossa Tonsilaris

T2 : Sudah melewati pillar anterior belum melewati garis paramedian

(pillar post)

T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median

T4 : Sudah melewati garis median

Pemeriksaan Telinga untuk mendeteksi / screening adanya sumbatan

serumen (cerumen impaction). Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan

alat senter/ pen light, mula- mula lihat keadaan dan bentuk daun telinga

kemudian dengan menarik perlahan daun telinga ke atas dan ke belakang

agar liang telinga menjadi lebih lurus serta mempermudah untuk melihat

keadaan liang telinga dan membran timpani. Senter bagian liang telinga

Page 34: BAB III baru.docx

44

untuk melihat ada tidaknya sumbatan serumen. Pada siswa yang tidak ada

sumbatan serumen dianjurkan untuk terus melakukan pemeliharaan

kebersihan dan kesehatan telinga sedangkan untuk siswa yang telinganya

bermasalah dan perlu penanganan dan tindakan lebih lanjut, diberikan

rujukan ke Puskesmas Rambung serta diberitahukan kepada pihak sekolah.

Pemeriksaan rongga hidung dilakukan dengan menggunakan alat senter/

pen light, mula-mula lihat keadaan dan bentuk rongga hidung, rhinorea,

bentuk septum, dan keadaan rongga hidung secara menyeluruh. Jika

ditemukan adanya kelainan, maka siswa dirujuk ke Puskesmas Rambung

untuk dilakukan penanganan lanjutan.

3. Pemeriksaan sistem reproduksi

Pemeriksaan sistem reproduksi pada siswa/I SMP/MTs dilakukan dengan cara

menganamnesa siswa/i dan meminta siswa/i untuk mengisi kuesioner yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar sistem reproduksi dan perkembangan

sistem reproduksi. Dari hasil anamnesa dan kuesioner yang dibagikan kemudian

disimpulkan mengenai keadaan kesehatan sistem reproduksi para siswa/i.

No Nama Sekolah Tanggal Waktu

1 SMP PABA Binjai 08 oktober 2014 09.00 sd selesai

2 SMP PALAPA 09 oktober 2014 08.00 sd selesai

3 SMP NEGERI 13 14 okober 2014 09.00 sd selesai

4 MTs NEGERI 21 oktober 2014 09.00 sd selesai

CAKUPAN PENJARINGAN ANAK SEKOLAH

TAHUN 2014

Page 35: BAB III baru.docx

45

PUSKESMAS/ PUSTU : RAMBUNG

NONAMA

SEKOLAH

SASARAN CAKUPANPERSENTASE KETERANGAN

1 SMP PABA

Binjai

50 siswa 48 siswa 96 %

2 SMP PALAPA 43 siswa 35 siswa 81 %

3 SMP NEGERI 13 107 siswa 103 siwa 96 %

4 MTs NEGERI 200 siswa 188 siswa 94 %

JUMLAH 400 siswa 374 siswa 93,5 %

KECAMATAN : BINJAI SELATAN

No Nama

Sekolah

Jumlah

Siswa

Mata Telinga Gigi THT Lain-Lain

1 SMP PABA 48 2 siswa

rabun

jauh

23 siswa

serumen

+

25 siswa

karies dan

berlobang

12 siswa

amandel atau

tonsilitis

Jantung 1

Asma 2

2 SMP PALAPA 35 2 siswa

rabun

jauh

13 siswa

serumen

+

22 siswa

karies dan

berlobang

6 siswa

amandel atau

tonsulitis

-

3 SMP N 13 103 3 siswa

rabun

jauh

31 siswa

serumen

+

52 siswa

karies dan

berlobang

13 siswa

amandel atau

tonsilitis

2 siswa

pembesran

KGB

4 MTs NEGERI 188 25 siswa

rabun

jauh

64 siswa

serumen

+

150 siswa

karies dan

berlobang

16 siswa

amandel atau

tonsilitis

1 siswa

kelemahan

jantung

1 siswa

benjolan leher

depan

1 siswa asma

Page 36: BAB III baru.docx

46

1 siswa post

fraktur

Total 274 32 131 249 47 8

G. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan didapatkan masih banyak siswa yang menderita

kekuranganan tajam penglihatan, karies gigi, pembesaran tonsil, dan sumbatan

serumen (Serumen Impaction). Selain itu ditemukan asma dan pembengkakan

dileher depan itu juga ditemukan beberapa kelainan jantung, ISPA saat

dilakukan pemeriksaan.

Pada satu sekolah (SMP PABA) didapatkan hasil pemeriksaan kecurigaan

adanya kasus Gigantisme atau hiperproduksi Growth Hormone

Dari hasil pemeriksaan kesehatan reproduksi, tidak ditemukan adanya kelainan

kesehatan maupun perkembangan dalam sistem reproduksi siswa/i.

H. Saran

Perlu dilakukannya promosi kesehatan yang berkesinambungan mengenai

kesehatan gigi dan mulut serta THT.

Bahwa tingkat kesehatan tidak hanya ditentukan melalui kegiatan kuratif namun

yang utama adalah tindakan Promotif, maka tindakan penyuluhan mengenai

PHBS perlu dilakukan di sekolah-sekolah dengan angka kejadian ISPA tinggi.

Semua siswa yang mengalami menglami masalah penyakit harus segera berobat

ke pelayanan kesehatan atau ke Puskesmas terdekat.

Perlu adanya peran serta guru dalam hal menanamkan kebiasaan hidup sehat

kepada para siswa/i, pemeriksaan dan pengawasan kebersihan perorangan dan

lingkungan, mengenal tanda penyakit menular beserta masalah dan tindakan

selanjutnya.

Page 37: BAB III baru.docx

47

Puskesmas Rambung selaku Puskesmas penyelenggara kegiatan pemeriksaan

siswa sekolah memfasilitasi tindakan pemeriksaan lanjut apabila ditemukan

siswa yang terindikasi mengidap ISPA.

Kiranya kegiatan penajringan kesehatan tingkat SLTP dilakukuan secara rutin

setiap tahun.

Sebaiknya sarana dan prasarana alat kesehatan yang berkaitan dengan

penjaringan kesehatan dilengkapi.

Alat transportasi kesekolah sebaiknya dilengkapi.

Page 38: BAB III baru.docx

48

LAMPIRAN

Penjaringan Kesehatan SMP PABA

Page 39: BAB III baru.docx

49

Penjaringan Kesehatan SMP PALAPA

Page 40: BAB III baru.docx

50

Penjaringan Kesehatan SMP N13

Page 41: BAB III baru.docx

51

PENYULUHAN DAN CARA MENYIKAT GIGI DENGAN BENAR SISWA SD

KELAS I

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia sehat secara

jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak- anak setiap orang tua menginginkan anaknya

bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh merekan

sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehtan tubuh secara umu, juga

kesehatan gigi dan mulut. Karena gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh

secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan

bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan

dari kesehatan tubuh secara umum.

Gigi merupakan bagian yang terpenting dalam mulut yang dapat berfungsi untuk

makan dan berbicara. Kerusakan gigi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan

oleh kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Anak usia sekolah merupakan usia dimana

mereka lebih cenderung mengosumsi makanan yang manis seperti coklat dan permen.

Hal ini menjadi faktor utama meningkatkan anak usia sekolah dengan masalah

kerusakan gigi. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan

gusi yang rusak dan tidak terawatt akan menyebabkan rasa sakit, ganguan pengunyahan

dan dapat mengganggu keshetan tubuh lainya. Hal ini dapat dicegah dengan memelihara

kesehatan gigi dan mulut, salah satunya dengan menggosok gigi.

B. Tujuan

1. Memberi pemahaman kepada siswa-siswi kelas I SDN 024767 mengenai cara

menggosok gigi dengan benar.

2. Memberi pemahaman kepada Siswa-siswi kelas I SDN 024767 mengenai

pentingnya menggosok gigi.

Page 42: BAB III baru.docx

52

3. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku -siswi kelas I SDN 024767

tentang pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.

4. Meningkatkan pengetahuan anak SD tentang penyebab gigi berlubang yaitu

malas sikat gigi, rongga mulut yang kotor dan makanan dan minumann yang

manis.

C. Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah siswa-siswi kelas 1 di SDN 024767

Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan

program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kelurahan

Rambung Dalam nantinya

D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

a. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan ini pada minggu Keempat, Kelurahan Rambung Dalam,

Kecamatan Binjai Selatan. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di SDN

024767 Rambung Dalam.

b. Kronologis Kegiatan

1. Persiapan

Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan media

penyuluhan yaitu alat peraga berupa pantom gigi dan poster, sikat gigi

khusus anak-anak, pasta gigi, dan cawan gelas plastk diberikan secara

gratis.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : Selasa, 21 Oktober Pukul 09,00.00 WIB s/d selesai

Tempat : Kelas 1SDN 024767 Kelurahan Rambung Dalam

Acara : Penyuluhan Gosok Gigi

Jumlah siswa SDN 024767

Page 43: BAB III baru.docx

53

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 18 5 23

2 II 10 9 19

3 III 11 10 21

4 IV 10 11 21

5 V 10 8 18

6 VII 10 11 21

Jumlah 69 54 123

E. Kepanitiaan

Penanggung Jawab : Jenny R.M. Sihombing

Page 44: BAB III baru.docx

54

Perawat Gigi : Sejarahna

Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah

Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah

Sekretaris : Feby Lispandan Wangi

Bendahara : Ratna Minanda Fitryani

Dokumentasi : Nur Hasanah

Page 45: BAB III baru.docx

55

LAMPIRAN

Page 46: BAB III baru.docx

56

Page 47: BAB III baru.docx

57

PENYULUHAN CACINGAN DAN PEMBERIAN OBAT CACING DI SD

WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAMBUNG KECAMATAN

BINJAI SELATAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini

dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan

produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian,

karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah,

sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi Cacingan di

Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk

yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada

Pasal 3 dinyatakan bahwa : Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan

lingkungannya.Sedangkan pada Pasal 8 dinyatakan bahwa: Pemerintah bertugas

menggerakkan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pembiayaan

kesehatan, dengan memperhatikan fungsi social sehingga pelayanan kesehatan bagi

masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.

Sejalan dengan berlakunya desentralisasi sebagaimana tercantum dalam

Undang-Undang no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; Undang-Undang No.

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pusat,

Propinsi, Kabupaten/Kota sebagai daerah Otonom. Maka berbagai kegiatan telah

dilaksanakan seperti Pencanangan program pemberantasan cacingan pada anak

dilakukan oleh Menteri Kesehatan Prof. DR. Sujudi di Medan pada tanggal 12 Juni

1995. Kerjasama upaya pemberantasan Cacingan merupakan salah satu program

Page 48: BAB III baru.docx

58

Departemen Kesehatan, dalam rangka mendorong masyarakat untuk menjadi pelaku

utama dalam pemberantasan cacingan di daerahnya masing-masing.

Pemberantasan Cacingan sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman penjajahan

oleh sector kesehatan saja yang meliputi pengobatan dan pembuatan jamban. Upaya

pemberantasan dan pencegahan penyakit Cacingan di Indonesia secara nasional

dimulai tahun 1975 setelah dibentuk unit struktural di Direktorat Jenderal P3M

(Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular). Departemen Kesehatan, yaitu

Sub Direktorat Cacing Tambang dan Parasit Perut Lainnya karena terbatasnya dana

kebijakan pemberantasan cacingan dilakukan “Limited Control Programme“.

Program pemberantasan yang dilaksanakan pada PELITA III (tahun 1979–

1984) mengambil prioritas utama yaitu daerah produksi vital (pertambangan,

perkebunan, pertanian, transmigrasi, dan industri).

Pada Pelita IV tahun (1984–1989) kebijaksanaan pemerintah di bidang

pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada program-program yang

menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, maka pemberantasan penyakit

Cacingan agak kurang mendapat prioritas. Sejalan dengan keputusan Menteri

Kesehatan No.558; Sub Dit Cacing Tambang dan Parasit Perut Lainnya tidak dikelola

lagi oleh satu Sub Dit tersendiri, tetapi kegiatan Cacingan diintegrasikan dalam Sub

Dit Diare dan Kecacingan.

Pada Pelita V tahun (1989–1994) dan Pelita VI tahun (1994–1999) Program

Pemberantasan Penyakit Cacingan meningkat kembali prioritasnya karena pada

periode ini lebih memperhatikan peningkatan perkembangan dan kualitas hidup anak.

Pelaksanaan pemberantasan Cacingan dilaksanakan oleh berbagai pihak terutama

sebagai riset operasional oleh para ilmuwan, LSM dan donatur baik dalam maupun

luar negeri dengan kemitraan dan yang paling penting peran serta masyarakat,

sedangkan pemerintah lebih bersifat koordinatif dan fasilitasi.

Kemitraan ini dimulai oleh salah satu LSM yang telah berperan dalam

pemberantasan Cacingan di DKI yaitu Yayasan Kusuma Buana (YKB). Yayasan ini

mulai berdiri tahun 1980 dan tahun 1984 mulai merintis upaya pemberantasan

Cacingan di masyarakat. Sejak tahun 1987 YKB bersama-sama PKBI memulai upaya

pemberantasan Cacingan berbasis sekolah (School-Based) yang pertama di

Page 49: BAB III baru.docx

59

Indonesia. Kegiatan ini memadukan penyuluhan dengan pemeriksaan berkala serta

pengobatan selektif. Upaya ini didukung oleh kontribusi orangtua murid sebesar

Rp.1.000,- per anak per tahun. Ternyata upaya ini telah berhasil meningkatkan

cakupan secara swadaya dan menurunkan prevalensi cacingan dari 78,6% (tahun

1987) menjadi 8,9% (tahun 2003) dan telah berhasil mengembangkan sarana

pemeriksaan laboratorium dengan kapasitas pemeriksaan massal (mass screening

laboratory). Kegiatan ini membuka peluang bagi YKB untuk melakukan kegiatan

lain berupa penyuluhan dan pemeriksaan pap smear yang merupakan rangkaian

kegiatan Seminar Sehari untuk Guru. Pada tahun 1992 ada kerja sama pemerintah

Indonesia dengan Universitas Oxford dalam Program Pemberantasan Cacingan Di

Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah, dan pada tahun berikutnya telah

dikembangkan ke seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

Pada awal tahun 1995 Menteri Kesehatan RI (Prof.Dr. Suyudi) meminta Prof.

DR. Dr. Sri Oemiyati, MPHTM dan kawan-kawan membuat pola pemberantasan

Cacingan dengan pendekatan kemitraan, maka pada tanggal 12 Juni 1995 di Medan,

Menteri Kesehatan mencanangkan Pemberantasan Cacingan melalui UKS (Usaha

Kesehatan Sekolah) dengan judul “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Melalui Promosi Budaya Hidup Sehat Dengan Pendekatan Kemitraan”. Kegiatan ini

melibatkan peran serta masyarakat Sumatera Utara yang diberi nama “Martabe”.

Kemudian disusul dengan Jawa Barat dengan nama “Rereongan Sarumpi”.

Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) ialah suatu upaya

untuk meningkatkan ketahanan fisik bagi anak Sekolah Dasar/MI di seluruh

Indonesia terutama di daerah IDT, melalui perbaikan gizi dan kesehatan diharapkan

dapat mendorong minat dan kemampuan anak untuk belajar. Direncanakan program

pemberian makanan tambahan ini dapat meningkatkan ekonomi daerah, dengan

memanfaatkan komoditas pangan setempat. Pendekatan perbaikan gizi dalam PMT-

AS yang dikombinasikan dengan program lain yang merupakan bentuk program

paling ideal sesuai konsep pembangunan daerah IDT. Konsep PMT-AS sejalan

dengan pemikiran pakar gizi Internasional dan Nasional yang menyimpulkan bahwa

perbaikan gizi baru akan efektif apabila dipadukan secara holistic dengan program-

program lain.

Page 50: BAB III baru.docx

60

Sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan efektifitas asupan gizi yang

diberikan, para pakar gizi dan kesehatan menyarankan agar PMT-AS diberikan

dengan pemberian obat cacing. Pemikiran ini didasarkan pada kajian teknis medis

dampak Cacingan terhadap keadaan zat gizi. Cacing sebagai hewan parasit tidak saja

mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga

mengganggu penyerapan zat–zat gizi tersebut.

Berkaitan dengan pemikiran di atas, maka PMT-AS yang dimulai pada tahun

anggaran 1996/1997 sampai dengan tahun 1999/2000 menjadikan pemberian obat

cacing sebagai salah satu kegiatannya. Sampai tahun 1999/2000 telah mencakup

9.416.039 murid termasuk penduduk pesantren di 20 provinsi di Indonesia. Semua

program tersebut di atas hasilnya tidak sama. Ada yang sangat baik dan ada yang

tidak jalan sama sekali.

B. Tujuan

1. Menurunkan prevalensi dan intensitas Penyakit Cacingan sehingga dapat

menunjang peningkatan mutu sumber daya manusia, guna mewujudkan manusia

Indonesia yang sehat.

2. Meningkatnya cakupan Program Pengendalian Penyakit Cacingan pada anak SD

C. Sasaran

Adapun sararan dalam program ini adalah masyarakat dengan risiko

tinggi terhadap infeksi cacing yaitu masyarakat yang sering berhubungan dengan

tanah, antara lain yaitu anak Sekolah Dasar yang ada di seluruh wilayah kerja

Puskesmas Rambung Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan program ini

dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat di seluruh Kecamatan Binjai

Selatan.

D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Tempat

Page 51: BAB III baru.docx

61

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada minggu keempat dan kelima

selama 2 hari. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di seluruh Sekolah

Dasar Kecamatan Binjai Selatan.

3. Kronologis Kegiatan

Pada tahap penyuluhan ini persiapan kami mempelajari teori tentang

Cacingan dan persiapan bahan persentasi yang di tampilkan dalam bentuk

karton dan gambar-gambar.

I. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : 21,29 Oktober 2014, Pukul 9.00 WIB s/d selesai

Tempat : Sekolah Dasar di seluruh wilayah kerja Puskesmas Rambung

Kecamatan Binjai Selatan

Acara : Penyuluhan Cacingan dan Pemberian obat Cacing

Page 52: BAB III baru.docx

62

1. Jumlah siswa SDN 024767No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 18 5 232 II 10 9 193 III 11 10 214 IV 10 11 215 V 10 8 186 VI 10 11 21

Jumlah 69 54 123

2. Jumlah siswa SDN 02389No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 11 10 212 II 10 8 183 III 15 12 274 IV 9 9 185 V 10 11 216 VI 10 14 24

Jumlah 54 64 129

3. Jumlah siswa SDN 020256No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 26 20 462 II 27 31 583 III 21 24 454 IV 17 14 315 V 11 13 246 VI 16 22 38

Jumlah 118 124 242

4. Jumlah siswa SDN 023893No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 17 19 362 II 18 22 403 III 20 30 504 IV 23 10 395 V 24 16 406 VI 15 19 38

Jumlah 121 122 243

Page 53: BAB III baru.docx

63

5. Jumlah siswa SDN 024774No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 14 9 232 II 11 6 173 III 11 11 224 IV 18 3 215 V 6 9 156 VI 7 5 13

Jumlah 67 43 110

6. Jumlah siswa SDN 023895No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 24 24 482 II 24 13 373 III 30 24 544 IV 17 24 415 V 16 26 426 VI 18 24 42

Jumlah 129 135 264

7. Jumlah siswa SDN 024767No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 14 9 232 II 10 9 193 III 10 11 214 IV 10 11 215 V 11 8 196 VI 11 11 22

Jumlah 66 59 125

E. Kesimpulan

Pengendalian Penyakit Cacingan dapat untuk menurunkan prevalensi dan

intensitas Penyakit Cacingan sehingga dapat menunjang peningkatan mutu sumber daya

manusia, guna mewujudkan manusia Indonesia yang sehat. Program pemberantasan

Page 54: BAB III baru.docx

64

Cacingan menghasilkan perbaikan besar baik bagi kesehatan perorangan maupun

kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Dengan bebas penyakit cacingan produktivitas meningkat.

2. Dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, aku bebas penyakit cacingan.

3. Penyakit cacinganku hilang prestasiku meningkat.

F. Saran

Lebih baik mencegah daripada mengobati penyakit cacingan, yaitu dengan :

1) Menjaga Kebersihan Perorangan :

a) Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan

menggunakan air dan sabun

b) Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi

c) Memasak air untuk minum

d) Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;

e) Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;

f) Memotong dan membersihkan kuku;

g) Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila

melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;

h) Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari

makanan tersebut;

i) Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka;

j) Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya

2) Menjaga Kebersihan Lingkungan :

a) Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.

b) Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.

c) Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.

d) Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.

e) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

Page 55: BAB III baru.docx

65

LAMPIRAN

Page 56: BAB III baru.docx

66

PENYULUHAN TOGA (TANAMAN OBAT KELUARGA)

Page 57: BAB III baru.docx

67

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 023895

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

kemampuan hidup bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi – tingginya, sebagai modal bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial ekonomi. Oleh karena itu pemerintah melakukan berbagai

program pengembangan kesehatan tradisonal dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yaitu revitalisasi pengembangan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) berperan

penting dalam menciptakan pradigma sehat di masyarakat. TOGA merupakan sebidang

tanah baik di lahan perkarangan rumah, sekolah, kebun, ladang, dan lain sebagainya

yang digunakan untuk menanam tanaman yang berkhasiat obat yang memenuhi

kebutuhan keluarga dan masyarakat akan obat.

Indonesia merupakan negara kaya dengan keanekaragaman hayati (A Mega

Biodivercity Country) dimana terdapat lebih kurang 30.000 jenis tanaman yang tersebar

di seluruh tanah air, sekitar 9600 spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies

yag digunakan oleh industri obat tradisional. Oleh karena itu keanekaragaman hayati di

Indonesia merupakan aset dan sumber daya yang harus dipelihara dan dikelola untuk

dapat menjadi warisan leluhur dan bermanfaat bagi masyarakat untuk pemeliharaan

kesehatan.

TOGA (Tanaman Obat Keluarga) pada hakekatnya adalah berbagai jenis

tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat bagi keluarga. Ditanam disekitar

rumah dan diperlukan sebagai tanaman yang turut mempercantik sekitar halaman

rumah. Manfaat yang didapat dari budidaya TOGA (Tanaman Obat Keluarga) antara

lain pencegahan penyakit jika digunakan secara dini dan berkelanjutan, pengobatan pada

penyakit luar dan dalam, membentuk iklim mikro yang sejuk dan nyaman, kandungan

kimianya merupakan dasar obat-obatan modern, murah dan lebih mudah didapat.

Page 58: BAB III baru.docx

68

Revitalisasi TOGA perlu dilakukan agar dapat berkembang secara optimal dan

dimanfaatkan seluas – luasnya oleh masyarakat sebagai bahan ramuan yang berkhasiat

dalam upaya menjaga, meningkatkan dan menanggulangi kesehatan. Berdasarkan

kebutuhan dan kesadaran tersebut maka disusunlah pedoman pengelolaan dan

pemanfaatan TOGA sebagai acuan bagi petugas kesehatan dan petugas lainnya dalam

melakukan pembinaan di masyarakat. Oleh karena itu melalui kegiatan Co-Ass Public

Health di Dinas Kesehatan Kota Binjai, maka kami mengadakan penyuluhan kesehatan

mengenai TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang diselenggarakan di SD 023895

Kelurahan Rambung, Kecamatan Binjai Selatan.

B. Tujuan

1. Memberi pemahaman kepada para siswa-siswi mengenai TOGA (Tanaman Obat

Keluarga)

2. Memberikan pengarahan kepada para siswa-siswi untuk dapat melestarikan

TOGA (Tanaman Obat Keluarga)

3. Memberi anjuran kepada parasiswa-siswi agar dapat memanfaatkan TOGA

(Tanaman Obat Keluarga) dalam upaya menjaga, meningkatkan, dan

menanggulangi kesehatan

C. Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah para siswa-siswi kelas 4-6 di SD Negeri

023895 Kelurahan Rambung Timur, Kecamatan Binjai Selatan. Selain itu diharapkan

program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh siswa-siswi SD Kelurahan

Rambung nantinya.

D. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

a. Waktu dan Tempat

Page 59: BAB III baru.docx

69

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini dimulai pada hari Kamis, tanggal 30

Oktober 2014, pukul 10.00 WIB, Kelurahan Rambung Timur, Kecamatan Binjai

Selatan. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di SD Negeri 023895.

b. Kronologis Kegiatan

1. Persiapan

Tahap persiapan dimulai sejak tanggal 28 Oktober 2014 dan tahap persiapan

yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :

1. Melakukan survey untuk melihat berbagai TOGA (Tanaman Obat Keluarga) di

Dinas Kesehatan Kota Binjai. Dari survey tersebut terdapat jenis TOGA

(Tanaman Obat Keluarga) yang akan dilakukan untuk materi penyuluhan.

2. Menyiapkan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang digunakan untuk

pembibitan. Pembibitan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) ini menggunakan

TOGA (Tanaman Obat Keluarga), polybag yang diisi oleh tanah serta pupuk,

dan air. Adapun TOGA (Tanaman Obat Keluarga) tersebut yaitu jahe, kunyit,

lengkuas, sambiloto, meniran, jambu air, pegagan, mengkudu, sirih merah, lidah

buaya, kumis kucing, brotowali, jeruk nipis

3. Pembuatan media penyuluhan berupa Power Point, poster, leafleat, dan TOGA

(Tanaman Obat Keluarga). Tempat dan alat-alat lainnya disiapkan oleh anggota

sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu : Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.00 WIB s/d selesai

Tempat : SD Negeri 023895

Acara : Penyuluhan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) pada siswa-siswi

SD Negeri 023895 kelas 4-6

Kegiatan penyuluhan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) ini dihadiri oleh 80

orang siswa-siswi kelas 4-6 beserta 2 orang guru. Adapun tanggapan dari siswa-siswi

Page 60: BAB III baru.docx

70

saat penyuluhan berlangsung adalah siswa-siswi sangat antusias dan tertib dalam

menyimak informasi yang diberikan. Selain itu dalam penyuluhan ini siswa-siswi ikut

berperan aktif selama penyuluhan berlangsung dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diberikan oleh pembawa materi.

Kami juga membuat buku yang memuat materi tentang TOGA (Tanaman Obat

Keluarga) yang telah disampaikan. Buku tersebut diserahkan kepada Kepala UKS

dengan harapan bahwa buku tersebut akan bermanfaat bagi seluruh siswa-siswi maupun

guru sebagai acuan dalam pembuatan obat tradisional.

F. Kepanitiaan

Penanggung Jawab :- Jenni R. Sihombing, Amd.Kep

- Jaranah

Ketua Pelaksana : Dika Ardiansyah

Wakil Ketua Pelaksana : Nur Hasanah

Sekretaris : Feby Lispandan Wangi

Bendahara : Ratna Minanda Fitryani

Penyaji Materi : Dika Ardiansyah

Koor. Pelaksana : Dika Ardiansyah

Konsumsi : Feby Lispandan Wangi

Dokumentasi : Nur Hasanah

Ratna Minanda Fitryan

Dokumentasi

Page 61: BAB III baru.docx

71

(Survey untuk melihat berbagai TOGA yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Binjai

yang akan digunakan sebagai bahan dalam materi penyuluhan)

(Pembibitan TOGA)

Page 62: BAB III baru.docx

72

(Penyuluhan mengenai TOGA kepada siswa-siswi SD kelas 4-6)

(Pemberian buku dan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) kepada Kepala UKS SD Negeri

023895)

Page 63: BAB III baru.docx

73

(Foto bersama siswa-siswi SD Negeri 023895 kelas 4-6)

BAB IV

PENUTUP

Page 64: BAB III baru.docx

74

Demikian Laporan Kegiatan Kelompok kami selama kegiatan Public Health dari

tanggal 29 September - 05 Desember 2014 di wilayah kerja Puskesmas Rambung

Kelurahan, Kecamatan Binjai Selatan. Harapan kami kegiatan ini dapat terus

dilaksanakan meskipun kami telah selesai menjalani kegiatan Co-Ass Public Health.

Terima kasih dan semoga bermanfaat.

77