vitamin c pada jambu biji

Upload: roralee

Post on 03-Apr-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    1/20

    KTI ; KADAR VITAMIN C PADA JAMBU BIJI MERAH

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Vitamin C merupakan suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana

    dianjurkan sebesar 30-60 mg per hari. Diantara kegunaan vitamin ini yaitu sebagai

    senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting mulai dari

    pembuatan kolagen, pengangkut lemak, sampai dengan pengatur tingkat kolesterol.

    Dikarenakan khasiat penting yang terkandung dalam vitamin C itulah, maka banyak

    orang yang memburu sumber-sumber vitamin C baik dalam bentuk alami maupun dalam

    bentuk kemasan tablet. Akan tetapi banyak persepsi orang yang salah berkaitan dengan

    sumber vitamin C dalam bentuk alami. Kebanyakan orang mengira bahwasanya buah

    yang paling banyak mengandung vitamin C adalah jeruk. Padahal kandungan vitamin C

    pada jeruk jauh lebih sedikit dari pada jambu biji merah.

    Setelah ditemukannya penelitian yang mengungkapkan bahwa jambu biji merah

    mengandung banyak vitamin C, zat antioksidan dan antikanker yang berguna bagi

    kesehatan diantaranya menurunkan kadar kolesterol darah, mengobati infeksi, mengobati

    sariawan, memperlancar peredaran darah, melancarkan saluran pencernaan, mencegah

    kontipasi dan menyembuhkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kini sebagian

    masyarakat cenderung mengkonsumsi buah ini dalam jumlah banyak. Tetapi banyak

    penemuan itu tidak sedikitpun menjelaskan tentang berapa kadar vitamin C pada buah

    tersebut.

    Disini peneliti ingin menghitung berapa kadar vitamin C pada jambu biji merah yangdisebut-sebut sebagai penghasil vitamin C terbanyak pada katagori buah-buahan ini.

    B. Rumusan Masalah

    Berapa kadar vitamin C pada jambu biji merah?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mentukan kadar vitamin C pada jambu biji merah.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini diantaranya :

    1.Untuk diri sendiri

    Peneliti dapat mengetahui salah satu cara analisis volumetri dengan metode

    Iodimetri untuk menentukan kadar vitamin C dalam buah segar.

    2.Untuk masyarakat luas

    Masyarakat dapat mengetahui secara benar bahwa jambu biji merah sumbervitamin C dengan kandungan tinggi.

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    2/20

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Vitamin C

    Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan

    serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentukutamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat

    mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaaan vitamin C

    sebagai antioksidan semakin sering dijumpai.

    Vitamin C dikenal sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses

    penting mulai dari pembuatan kolagen ( protein berserat yang membentuk jaringan ikat

    pada tulang ), pengangkut lemak, pengangkut elektron dari berbagai reaksi enzimatik,

    memacu gusi yang sehat, pengatur tingkat kolesterol, serta pemacu imunitas. Selain itu,

    vitamin C sangat diperlukan tubuh untuk penyembuhan luka dan meningkatkan fungsi

    otak agar dapat bekerja maksimal.

    Sumber vitamin C yang penting di dalam makanan terutama berasal dari buah-buahan dan

    sayur-sayuran, sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewani pada umumnya

    bukan merupakan sumber vitamin C yang tinggi. Sayuran segar mengandung kadar

    vitamin C yang lebih sedikit dibandingkan dengan buah-buahan.

    B. Jambu Biji

    1. Jenis-jenis dan Klasifikasi Jambu Biji

    Jambu batu (Psidium guajava L.) atau sering juga disebut jambu biji, jambu siki danjambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil, disebarkan ke Indonesia

    melalui Thailand. Jambu batu memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah

    berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu batu dikenal

    mengandung banyak vitamin C.

    Beberapa macam/kultivar jambu biji dikenal di Indonesia, sebagian dikenal sejak lama,

    sebagian merupakan introduksi dari negara lain yaitu diantaranya :

    a. Jambu Pasarminggu

    Jambu pasarminggu yang merupakan ras lokal ini memiliki dua varian yaitu :

    1. Berdaging buah putih

    Jambu jenis ini berdaging putih, dikenal sebagai jambu 'susu putih', lebih digemari

    karena rasanya manis, daging buahnya agak tebal, dan teksturnya lembut.

    2. Berdaging buah merah

    Jambu jenis ini kurang disukai karena buahnya cepat membusuk dan rasanya

    kurang manis. Kulit buahnya tipis berwarna hijau kekuningan bila masak. Bentuk

    buahnya agak lonjong dengan bagian ujung membulat, sedangkan bagian pangkalmeruncing.

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    3/20

    b. Jambu australia

    Jambu biji australia diintroduksi dari Australia. Kekhasannya adalah daunnya

    berwarna merah keunguan. Walaupun buahnya dapat dimakan, biasanya orang

    menanam di pekarangan lebih sebagai tanaman hias. Buahnya manis bila sudah

    masak, tetapi tawar bila belum matang.

    c. Jambu 'sukun'

    Kata "sukun" berarti "tidak berbiji". Jambu varietas unggul ini memang tidak

    memiliki biji. Kalaupun ada hanya 2-3 biji. Daging buahnya putih kekuningan dengan

    rasa manis agak asam. Teksturnya agak keras, renyah, dan beraroma wangi. Bentuk

    buahnya mirip apel, dengan ukuran panjang antara 4-5 cm. Kulit buahnya bila matang

    berwarna hijau keputihan. Jambu sukun dapat berproduksi terus menerus sepanjang

    tahun, meskipun relatif sedikit. Namun demikian, jenis jambu ini relatif tahan

    terhadap serangan hama dan penyakit.

    d. Jambu bangkok

    Jambu bangkok merupakan sebutan untuk jambu biji dengan buah yang besar.

    Beberapa memang diintroduksi dari Thailand. Salah satunya adalah 'jambu sari'.

    Bentuk buahnya bulat sempurna dengan garis tengah sekitar 10 cm. Ukuran buah

    mentahnya lebih besar dari pada ketika matang.

    Gambar 1. Jambu pasar minggu berjenis merah

    Jambu biji secara taksonomi tergolong kedalam famili Myrtaceae, genus Psidium,

    spesies guajava. Karena itu, dalam bahasa Latin disebut Psidium guajava. Dalama bahasa

    Inggris jambu biji dikenal sebagai guava, sedangkan di Indonesia disebut juga jambubatu, jambu klutuk, atau jambu siki.

    Klasifikasi ilmiah jambu biji ( Psidium guajava L.) adalah sebagai berikut

    Regnum :Plantae

    Divisio :Magnoliophyta

    Kelas :Magnoliopsida

    Ordo :Myrtales

    http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Guava_ID.jpg
  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    4/20

    Familia :Myrtaceae

    Genus :Psidium

    Spesies :Psidium guajava

    Nama binomial :Psidium guajava L.

    (wikipedia.com)

    2. Kandungan Jambu biji

    Jambu biji dikatakan buah yang sangat istimewa karena mamiliki kandungan zat gizinya

    yang tinggi, seperti vitamin C, potasium, dan besi. Selain itu, juga kaya zat nongizi,

    seperti serat pangan, komponen karotenoid, dan polifenol. Buah jambu biji bebas dari

    asam lemak jenuh dan sodium, rendah lemak dan energi tetapi tinggi akan serat pangan

    (dietary fiber). Serat pangan bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif,seperti kanker usus besar ( kanker kolon ), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan

    jantung, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit batu ginjal. (kompas.com)

    3. Vitamin C pada jambu biji

    Kandungan vitamin C pada jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang. Sebagian

    besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada bagian kulit serta daging bagian luarnya

    yang lunak dan tebal.

    Kandungan vitamin C pada jambu biji dua kali lipat jeruk manis yang hanya 49 mg/100 gbuah. Kandungan vitamin C pada buah ini, sanggup memenuhi kebutuhan harian anak

    usia 13-20 tahun yang mencapai 80-100 mg per hari, atau kebutuhan vitamin C harian

    orang dewasa yang mencapai 70-75 mg per hari. Dengan demikian sebutir jambu biji

    dengan berat 275 g per buah dapat mencukupi kebutuhan harian akan vitamin C pada tiga

    orang dewasa atau dua anak-anak.

    Perbandingan kadar vitamin C per 100 gram bahan pangan dapat disajikan pada tabel

    Tabel 1. Perbandingan kadar vitamin C per 100 gram bahan pangan

    Bahan Pangan Kadar vitamin C ( mg/100 g )Jambu biji 87

    Pepaya 78

    Jeruk 49

    Rambutan 58

    Mangga 30

    Belimbing 35

    Durian 53

    Jeruk bali 43

    Bayam 80

    Daun katuk 239Kembang kol 69

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    5/20

    Sawi 102

    (gallery fame.thumblogger.com)

    C. Jambu Biji Merah

    1. Kelebihan Jambu Biji Merah

    Jambu biji merah yang tergolong jenis jambu pasarminggu ini memiliki berbagai

    macam kelebihan dibanding dengan jenis jambu pasar minggu lainnya yaitu lebih

    banyak mengandung vitamin C yang dianggap sebagai antioksidan untuk menambah

    daya tahan tubuh. Kandungan vitamin C pada jambu biji merah dua kali lebih banyak

    dari jeruk manis yang disebut-sebut sumber vitamin C terbanyak Selain itu, jambu biji

    merah berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit diantaranya Demam Berdarah

    Dengue (DBD). (Indra,2008)

    2. Manfaat Jambu Biji Merah bagi kesehatan tubuh

    Jambu biji merah bermanfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya :

    a. Menurunkan kadar kolesterol darah

    b. Mengobati infeksi

    c. Mengobati sariawan

    d. Memperlancar peredaran darah

    e. Melancarkan saluran pencernaan, dan

    f. Mencegah konstipasi

    Gambar 2. Jambu biji merah yang dijadikan sampel

    D. Langkah-langkah penetapan kadar vitamin C pada buah segar

    1. Proses Iodo dan Iodimetri

    Dalam analisis secara volumetri,yang dimaksud dengan Iodometri adalah titrasi terhadap

    (I2) bebas yang terdapat dalam larutan.Sedang Iodimetri adalah titrasi dengan larutan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:P_guava.JPG
  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    6/20

    I2 standard. Potensial reduksi normalnya dapat ditunjukkan dengan sistem reversible

    sebagai berikut:

    I2 (p)- + 2 e 2 I-

    dan besarnya = 0,5345 volt. Pesamaan tersebut menunjukkan larutan jenuh Iodium padat ;dan reaksi setengah sel (half-cell) akan terjadi pada akhir titrasi ion Iodida dengan zat

    pengoksidasi seperti KMnO4 apabila konsentrasi ion I relatif menjadi rendah.

    Dalam sebagian besar titrasi Iodimetri, apabila dalam larutan terdapat kelebihan ion

    Iodida ( I- ), maka akan terjadi ion Tri iodida ( I3- ) menurut persamaan reaksi berikut :

    I2-(aq) + I

    - I3-

    Hal ini di sebabkan karena Iodium larut secara cepat dalam larutan Iodida. Dengan

    demikian maka reaksi setengah sel tersebut di atas lebih baik di tuliskan sebagai berikut :

    I3- + 2 e- 3 I-

    Dan potensial reduksi standardnya adalah = 0,5355 volt.

    Khusus dalam proses Iodo dan Iodimetri, maka yang di maksud dengan berat ekivalen

    suatu zat adalah banyaknya atau beratnya zat tersebut yang dapat bereaksi atau yang

    dapat membebaskan 1 grat I.

    Dibandingkan dengan oksidator-oksidator seperti : KMnO4, K2Cr2O7 atau Ce(SO4)2,

    Iodium (I2) merupakan oksidator yang lebih lemah, tetapi merupakan zat reduktor yang

    lebih kuat ( bandingkan potensial reduksinya).

    Dalam sebagian besar titrasi Iodimetri, yang dipergunakan sebagai larutan

    standard adalah I2 dalam KI, dan sebagai spesien yang reaktif adalah ion I3-, sehingga

    untuk semua persamaan reaksi yang meliputi reaksi dengan I2 sebaiknya di tuliskan

    dengan I3-; sebagai contoh misalnya reaksinya dengan ion S2O3

    = di tuliskan sebagai

    berikut :

    2 S2O3= + I3

    - 3 I- + S4O6=

    Kadang-kadang titrasi Iodimetri disebut cara titrasi Iodimetri langsung, sedang titrasi

    Iodometri disebut cara titrasi tidak langsung.Tetapi meskipun demikian dalam diktat ini

    semua reaksi yang menyangkut dengan I2 tidak dituliskan dengan ion I3- melainkan

    dengan molekul I2, sehingga untuk persamaan reaksi di atas dituliskan sbb :

    2 S2O3= + I2 2 I

    - + S4O6=

    Dalam larutan asam, larutan I2 standard dapat dipergunakan untuk menitrir secara cepat

    beberapa jenis zat-zat reduktor kuat seperti : SnCl2 , H2SO3 , H2S dan NaS2O3, sedang

    untuk zat-zat reduktor yang lebih lemah seperti misalnya : As+++ ; Sb+++ dan {Fe(CN)6}

    hanya dapat teroksidasi sempurna apabila larutan bersifat netral atau sedikit asam.

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    7/20

    Beberapa contoh persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

    Sn++ + I2 Sn++++ + 2 I-

    SO3= + I2 + H2O SO4

    = + 2 H+ + 2 I-

    H2S + I2 S + 2 H+ + 2 I-

    2 S2O3= + I2 S4O6

    = + 2 I-

    H3AsO3 + I2 + H2O H3AsO4 + 2 H+ + 2 I-

    H3SbO3 + I2 + H2O H3SbO4 + 2 H+ + 2 I-

    Sebaliknya apabila zat-zat oksidator kuat dalam larutan netral atau asam ditambah dengan

    ion Iodida berlebihan, maka oksidator-oksidator tersebut akan tereduksi secara kuantitatifdan dalam larutan akan terbebaskan I2 yang setara dengan banyaknya oksidator, dan I2 ini

    kemudian dapat dititrir dengan larutan Natrium thiosulfat (Na2S2O3).Oksidator-oksidator

    yang dapat ditetapkan dengan cara ini seperti terlihat dalam tabel

    Tabel 2. Beberapa oksidator yang dapat ditetapkan secara Iodimetri

    Oksidator Persamaan Reaksi

    MnO4- 2 MnO4

    - + 16 H+ + 10 I- 2 Mn++ + 5 I2 + 8 H2O

    Cr2O= Cr2O7= + 14 H+ + 6 I- 2 Cr+++ + 3 I2 + 7 H2O

    H2O2 H2O2 + 2 H+ + 2 I- 2 H2O + I2

    BrO3- BrO3

    - + 6 H++ 6 I- Br- 3 I2 + 3 H2O

    IO3- IO3

    - + 6 H+ + 5 I- 3 I2 + 3 H2O

    ClO3- ClO3

    - + 6 H+ + 6 I- Cl- + 3 I2 + 3 H2O

    HNO2 2 HNO2 + 2 H+ + 2 I- 2 NO + I2 + 2 H2O

    Ce++++ 2 Ce++++ + 2 I- 2 Ce+++ + I2

    Cu++ 2 Cu++ + 4 I- 2 CuI + I2

    Cl2 & Br2 Cl2/Br2 + 2 I- 2 Cl-/2 Br- + I2

    Potensial reduksi normal dari sistem Iodium-Iodida tidak tergantung dari pada pH

    larutan selama pH tersebut lebih kecil dari 8, tetapi pada keasaman yang lebih rendah,

    Iodium akan bereaksi dengan ion OH- menjadi ion Iodida (I-) dan sedikit ion hipoiodit

    yang tidak stabil,yang kemudian akan berubah dengan cepat menjadi ion Iodida dan

    Iodat,sesuai dengan persamaan reaksi berikut:

    I2 + 2 OH- I- + IO- + H2O

    3 IO- 2 I- + IO3-

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    8/20

    Jadi dengan mengatur besarnya pH larutan, dapatlah dipergunakan untuk menitrir

    zat reduktor dengan Iodium; dan zat dalam bentuk teroksidasi setelah ditambah iodida

    dengan Natrium thiosulfat. Sebagai contoh misalnya sistem Arsenit-Arsenat, reaksinya

    adalah reversible sbb:

    H3AsO3 + I2 + H2O H3AsO4 + 2 H+ + 2 I-

    Pada harga pH antara 4-9 arsenit dapat dititrir dengan I 2; tetapi dalam larutan asam kuat,

    Arsenat direduksi menjadi Arsenit dan terbebaslah I2 yang kemudian dapat dititrasi

    dengan larutan Na2S2O3.

    Dalam proses Iodimetri ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan karena hal ini dapat

    menjadi sumber kesalahan, ke dua hal tersebut ialah:

    a. Berkurang atau hilangnya sebagian I2 karena sifat volatilitasnya.

    b. Terjadinya oksidasi udara terhadap larutan Iodida, menurut persamaan reaksi berikut:

    4 I- + O2 + 4 H+ 2 I2 + 2 H2O

    Volatilitas I2 dapat diperkecil dalam larutan iodida berlebihan, karena terjadinya

    ion triiodida (I3-); sehingga pada temperatur kamar hilangnya I2 karena sifat volatilitasnya

    dari suatu larutan yang paling sedikit mengandung 4% Kalium iodida dapat diabaikan.

    Demikian juga titrasi harus di lakukan terhadap larutan yang dingin dan dalam tempat

    yang tertutup, jangan dalam gelas bikar.

    Sedang terjadinya oksidasi udara terhadap iodida dalam larutan dapat diabaikan dengan

    adanya katalisator, adapun katalisator yang dipergunakan adalah ion-ion logam tertentuterutama Tembaga dan juga ion NO2

    -.

    2. Cara menentukan Titik Ekivalen dalam proses Iodo dan Iodimetri

    Larutan I2 dalam KI encer berwarna coklat muda. Apabila 1 tetes larutan I2 0,1 N

    akuades akan memberikan warna kuning muda, sehingga dengan demikian dapatlah

    dikatakan bahwa dalam larutan yang tidak berwarna, I2 dapat berfungsi sebagai indikator.

    Tetapi meskipun demikian warna yang terjadi dalam larutan akan lesensitif dengan

    menggunakan larutan kanji sebagai indikator, karena dengan Iodium dalam larutan

    Iodida, kanji akan bereaksi menjadi kompleks iodamilum yang berwarna biru meskipun

    konsentrasi I2 nya sangat kecil, misalnya pada konsentrasi Iodium 2 x 10-5 M,dankonsentrasi iodida lebih besar dari pada 4 x 10 -4 M, maka temperatur 200C warna biru

    tersebut masih dapat terlihat; tetapi kesensitifan warna tersebut akan berkurang karena

    kenaikkan temperatur larutan, misalnya pada temperatur 500 C kesensitifan warna akan

    menjadi 10 kali lebih kecil dari pada 250 C.

    Juga kesensitifan tersebut akan berkurang karena penambahan suatu pelarut seperti Etil

    alkohol, bahkan apabila larutan mengandung 50% alkohol atau lebih warna tersebut akan

    menjadi hilang. Demikian juga dalam suasana asam kuat, indikator tersebut tidak dapat

    dipergunakan karena dalam suasana asam kuat, kanji akan mengalami hidrolisa.

    Kanji dapat dipisahkan menjadi 2 penyusun utama, yaitu:Amilose dan Amiopektin, yang

    dalam berbagai tumbuh-tumbuhan terdapat dalam perbandingan yang berbeda-beda,

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    9/20

    Amilose yang merupakan senyawa berantai lurus banyak terdapat dalam tepung kentang,

    dengan Iodium memberikan warna biru; sedang Amilopektin yang mempunyai struktur

    rantai cabang memberikan warna merah muda.

    Kurang baiknya Amilum (kanji) sebagai indikator disebabkan antara lain karena:

    a. Tidak dapat larut dalam air dingin.

    b. Suspensinya dalam air tidak stabil.

    c. Dengan Iodium membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air, dan ini akan

    terjadi apabila penambahan kanji dilakukan pada permulaan titrasi. Oleh karenanya indikator tersebut

    harus ditambahkan apabila sudah mendekati titik ekivalen.

    Karena hal-hal tersebut, maka akan lebih baik apabila dalam proses Iodo dan Iodimetri

    yang dipergunakan sebagai indikator adalah larutan Natrium amilum glikolat; yaitu suatu

    serbuk putih yang tidak higroskopis, mudah larut dalam air panas dan stabil untuk

    beberapa bulan; disamping itu juga dengan I2 tidak membentuk kompleks yang tidak larut

    dalam air, sehingga indikator ini dapat ditambahkan pada permulaan titrasi. Apabila di

    dalam larutan terdapat kelebihan I2 (misalnya pada permulaan titrasi Iodometri), maka

    warna larutan yang mengandung 1 ml (atau 0,1% larutan encer), adalah hijau. Jika

    konsentrasi I2 dalam larutan menjadi berkurang warna larutan berubah menjadi

    biru(sebelum titik ekivalen), sedang pada saat tercapainya titik ekivalen warna larutannya

    menjadi biru tua.

    Dalam reaksi-reaksi tertentu, karbon tetrakhlorida (CCl4) dapat dipergunakan sebagai

    pengganti larutan kanji. Apabila pada temperatur 250 C, 1 liter air dapat melarutkan 0,335

    gram I2, tetapi dalam volume yang sama CCl4 dapat melarutkan I2delapan puluh lima kali

    lebih banyak yaitu 28,5 gram. Apabila sedikit CCl4ditambahkan ke dalam larutan enceryang mengandung Iodium dan kemudian diaduk, maka sebagian besar I2 akan larut dalam

    CCl4 dan akan turun ke bawah sehingga akan terpisah dengan airnya dalam dua lapisan

    dan memberikan warna ungu merah.

    3. Pembuatan dan Penggunaan Larutan Kanji

    Buatlah pasta dari 1 gram kanji dalam sedikit air, kemudian sambil diaduk tuangkan

    pasta tersebut ke dalam 100 ml air mendidih dan biarkan larutan mendidih selama 1

    menit. Biarkan larutan sampai dingin, kemudian tambahkan 2-3 gram Kalium iodida (KI),

    dan tempatkan larutan dalam sebuah botol yang tertutup.

    Dalam penggunaannya; misalnya pada titrasi I2 dengan larutan thiosulfat (Na2S2O3),

    larutan kanji tersebut jangan ditambahkan ke dalam larutan yang akan dititrasi sebelum

    titik ekivalen hampir tercapai, sebab apabila larutan kanji ditambahkan ke dalam yang

    mengandung I2 dimana konsentrasi I2 masih cukup tinggi, maka sebagian besar I2 akan

    teradsorpsi sebelum titik ekivalen sehingga akan menyebabkan suatu kesalahan yang

    besar.

    4. Pembuatan Larutan Na2S2O3 0,1 N

    Meskipun garam Natrium thiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O), mudah diperoleh dalam

    keadaan murni, tetapi oleh karena kandungan air kristalnya tidak dapat diketahui dengan

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    10/20

    tepat, sehingga larutannya tidak dapat dipergunakan sebagai larutan standard primer.

    Sebagai zat reduktor reaksi setengah sel (half-cell reaction)nya adalah sebagai berikut :

    2 S2O3= S4O6

    = + 2 e-

    berat ekivalennya = 248,19 gram; jadi larutan desi normalnya (0,1N) dibuat dengan jalanmelarutkan 25 gram garam kristalnya (Na2S2O3.5H2O) dalam 1 liter air (dalam sebuah

    labu takar 1 liter); tetapi sebeum dipergunakan harus distandardisasi lebih dulu untuk

    menetukan faktor normalitasnya (f)nya.

    Sebelum diuraikan cara menstandardisasinya, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat

    mempengaruhi kestabilan larutan thiosulfat. Oleh karena akuades biasanya masih

    mengandung kelebihan Karbondioksida (CO2), sehingga apabila digunakan sebagai

    pelarut dalam pembuatan larutan standard thiosulfat, maka akan menyebabkan terjadinya

    peruraian ion thiosulfat membentuk Belerang (S) bebas, meskipun peruraian tersebut

    sangat lambat, hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi sebagai berikut :

    S2O3= + H+ HSO3

    - + S

    Lebih lanjut perubahan tersebut juga dapat disebabkan karena keaktifan bakteri (misalnya

    Thiobacillus thioparus), terutama apabila larutan disimpan beberapa lama.

    Karena alasan-alasan tersebut, maka untuk pembuatan larutan Natrium thiosulfat

    sebaiknya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    a. Larutkan garam kristalnya dalam akuades yang mendidih.

    b. Tambahkan 3 tetes Kholoroform (CHCl3) atau 10 mgram Merkuri iodida (HgCl2) dalam 1 liter

    larutan, karena senyawa-senyawa tersebut dapat membantu memperbaiki kualitas larutan.

    c. Larutan yang telah terjadi harus disimpan yang di tempat yang tidak terkena sinar matahari,

    karena hal ini juga dapat mempercepat terjadinya peruraian thiosulfat.

    5. Standardisasi Larutan Na2S2O3

    Karena larutan Natrium thiosulfat bukan merupakan standard primer, maka sebelum

    larutan tersebut dipergunakan harus distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan

    faktor normalitasnya. Standardisasi terhadap larutan tersebut dapat dilakukan dengan zat-

    zat standard primer seperti misalnya: KIO3, KBrO3, K2Cr2O7, Tembaga (Cu) dan I2, atau

    dengan KMnO4 atau Ce(SO4)2 sebagai zat-zat standard sekunder. Di sini hanya akan

    diberikan contoh standardisasi larutan thiosulfat dengan larutan K2Cr2O7 standard.

    Dalam larutan Kalium iodida asam, K2Cr2O7 akan tereduksi menjadi garam Kromi yang

    berwarna hijau, dan akan terbebaskan I2 yang setara dengan banyaknya garam

    K2Cr2O7 tersebut menurut persamaan reaksi ion sebagai berikut:

    Cr2O7= + 6 I- + 14 H+ 2 Cr+++ + 3 I2 + 7 H2O

    Banyaknya I2 ini kemudian dapat dititrir dengan larutan Na2S2O3 sesuai dengan

    persamaan ion sebagai berikut:

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    11/20

    I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6

    =

    Sehingga dengan mengetahui banyaknya grek/mgrek garam K2Cr2O7 serta banyaknya

    volume larutan thiosulfat yang dipergunakan untuk menitrir I2 yang terbebaskan dalam

    larutan, dapatlah ditentukan normalitas yang sebesarnya (atau faktor normalitas) dari

    larutan thiosulfatnya.

    Cara Standardisasi

    Ambilah dengan pipet gondok, 25 ml larutan K2Cr2O7 0,1 N kemudian masukkan ke

    dalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan ke dalam larutan tersebut 5 ml asam asetat glasial,

    5 ml larutan CuSO4 0,001 M (untuk mempercepat reaksi) dan 30 ml larutan KI 10%.

    Kemudian titrirlah larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 yang normalitasnya

    mendekati 0,1 N dengan menggunakan larutan kanji sebagai indikatornya sampai larutan

    berwarna biru. Ulangi pekerjaan tersebut sampai 3 kali. Andaikan banyaknya volume

    thiosulfat yang dipergunakan dalam masing-masing titrasi tersebut = v ml, maka menurut

    rumus:

    V1 x N1

    V1 x N1 = V2 x N2 N2 =

    V2

    25 x 0,1

    Jadi normalitas sebenarnya dari larutan thiosufat =

    V

    6. Pembuatan Larutan I2 Standar 0,1N dan standardisasi I2 0,1 N dengan Na2S2O3

    Dalam proses Iodo dan Iodimetri, berat okivalen normalnya I 2 = 127 gram (atau 1 grek

    I2 = gmol), sehingga larutan desi normalnya (0,1 N I2 mengandung 12,7 gram per liter).

    Karena kelarutan I2 dalam air pada temperatur 250 C sangat kecil yaitu = 0,335 gram per

    liter, dan I2 adalah sangat volatil, maka larutannya tidak dibuat dengan jalan melarutkan

    kristalnya dalam air, melainkan dalam larutan Kalium iodida(KI) karena I2lebih cepat

    larut dalam larutan encer, tetapi kelarutan tersebut akan menjadi lebih besar dalam larutanKI pekat disebabkan terjadinya ion tri iodida menurut persamaan berikut:

    I2 + I- I3

    -

    Cara Pembuatannya:

    Larutkan 20 gram garam Kalium iodida (KI) yang bebas dari iodat ke dalam 30-40 ml

    akuadest dalam sebuah labu takar 1 liter yang tertutup. Timbanglah dengan neraca kasar

    12,7 gram I2 di atas gelas arloji (jangan dengan neraca analitik), kemudian masukkan ke

    dalam labu takar yang telah berisi larutan KI pekat dan gojoglah labu takar tersebut

    (dalam keadaan tertutup) sampai semua I2 larut, kemudian biarkan sampai dingin pada

    temperatur kamar, selanjutnya tambahlah akuades hingga permukaan larutan dalam labu

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    12/20

    takar tepat pada tanda batas. Setelah larutan digojog sampai homogen, simpanlah dalam

    tempat yang dingin dan gelap.

    7. Standardisasi Larutan I2 0,1 N

    Standardisasi terhadap larutan I2 dapat dilakukan dengan beberapa zat, antara lain: Arsentrioksida (As2O3) , Natrium thiosulfat (Na2S2O3) , Barium thiosulfat monohidrat

    (BaS2O3.H2O) , diantara zat-zat tersebut dalam contoh ini akan diberikan cara

    menstandardisasi larutan I2 0,1 N dengan larutan Barium thiosulfat monohidrat yang

    dapat dibuat dengan cara sebagai berikut:

    Larutkan 40 gram Barium khlorida dihidrat (BaCl2.2H2O) dan 50 gram garam Natrium

    thiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O), masing-masing dalam 300 ml akuades. Panaskan

    kedua larutan tersebut sampai temperatur 500 C, kemudian sambil diaduk tuangkan

    sedikit demi sedikit larutan Barium khlorida ke dalam larutan Natrium thiosulfat, maka

    akan tersaringlah kristal tersebut dan cucilah berturut-turut dengan akuades, kemudian

    dengan alkohol 95% dan akhirnya eter, selanjutnya keringkan dalam udara.

    Timbanglah dengan tepat 1 gram kristal BaS2O3.H2O dan masukkan ke dalam

    Erlemeyer 250 ml, kemudian tambahlah dengan 100 ml akuades dan 2 ml larutan

    indikator kanji. Titrirlah larutan tersebut dengan larutan I2 sampai terjadi warna biru yang

    permanen. Ulangi titrasi ini dengan dua bagian larutan Barium thiosulfat monohidrat yang

    lain ; dan selanjutnya hitunglah normalitas yang sebenarnya dari larutan I2.

    Diketahui : 1 ml larutan I2 1 N setara dengan 0,2675 gram BaS2O3.H2O.

    (AAK Bandung, 1992)

    8. Penetapan Kadar Vitamin C pada buah-buahan segar

    Menentukan kadar vitamin C pada buah-buahan segar khususnya jambu biji merah dapat

    ditentukan dengan proses Iodimetri yaitu dengan pemberian titrasi I2pada objek yang

    diteliti dan juga perhitungan secara matematis berdasarkan rumus baku yang telah

    ditetapkan. Sebelum pemberian titrasi perlu dilakukannya standardisasi Na 2S2O3 0,1 N

    dengan KIO3 0,2804 N dan standardisasi I2 dengan Na2S2O3.

    Setelah didapat hasil standardisasi, kemudian ditetapkan kadar vitamin C dengan

    menggunakan rumus. Berikut ini adalah rumus penentuan kadar vitamin C pada buah-buahan segar.

    Pada rumus

    tersebut

    ditentukan

    Mr vitamin

    C sebesar

    176,13 dan

    valensi sebesar 2.

    E. Hipotesis

    Kadar Vitamin C : 100 x V(ml) x N ( I2 ) x Mr Vitamin C

    Massa buah Valensi

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    13/20

    Jambu biji merah diduga banyak mengandung vitamin C yang berguna bagi kesehatan tubuh.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian dilakukan mulai April sampai dengan Mei 2008 di laboratorium Kimia

    Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

    A. Bahan dan Alat

    1. Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

    1. I2 ( Iodium )

    2. Na2S2O3 ( Natrium Thiosulfat)

    3. KIO3 ( Kalium Iodat )4. KI ( Kalium Iodida )

    5. Amilum

    6. H2SO4 ( Asam Sulfat )

    7. Akuades

    2. Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

    1. Buret 50 ml2. Enlemeyer 500 ml

    3. Corong

    4. Beaker glass 100 ml, 250 ml dan 1000 ml

    5. Pengaduk

    6. Neraca 4 lengan 311 g

    7. Gelas ukur 100 ml dan 10 ml

    8. Gelas arloji

    9. Klem dan statif

    10. Pipet volume 10 ml

    11. Malt pipet

    12. Pushball

    13. Botol reagent

    14. Labu ukur 1000 ml dan 250 ml

    B. Prosedur Kerja

    1. Pembuatan Larutan

    a. Pembuatan larutan KIO3

    1.Ditimbang dengan seksama 10 g KIO3

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    14/20

    2.Dilarutkan dalam gelas beker 250 ml dan dituangkan dalam labu takar 1 liter

    3.Ditambahkanakuades sampai dengan 1000 ml

    b. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,1 N 500 ml

    1.Ditimbang dengan seksama 12,5 g Na2S2O3 5 H2O

    2.Dilarutkan dan ditambahkan dengan akuades sampai dengan 500 ml

    c. Pembuatan larutan H2SO4 2 N 500 ml

    1.H2SO4 pekat di pipet 27,8 ml ( = 500 ml x 2 N )

    36 N

    2.Diteteskan ke dalam 400 ml akuades sampai dengan 500 ml dalam labu takar

    d. Pembuatan larutan Amilum 1 %

    1.Ditimbang dengan seksama 2,5 g amilum

    2.Ditambahkan dengan akuades sampai dengan 250 ml kemudian dipanaskan

    2. Standardisasi

    a. Standardisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,2804 N

    1.10 ml KIO3 0,2804 N dipipet dituangkan kedalam enlemeyer 250 ml

    2.Ditambah KI 5 % sebanyak 10 ml

    3.Ditambah 10 ml H2SO4 2 N

    4.Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda

    5.Ditambah amilum 1 % 10 tetes kemudian titrasi dilanjutkan sampai dengan warna

    biru hilang

    b. Standardisasi I2 dengan Na2S2O3

    1.Na2S2O3 0,1 N 10 ml dipipet kemudian ditambah amilum 1 mg

    2.Dititrasi dengan I2 sampai berwarna biru konstan

    3. Penetapan Kadar Vitamin C

    Adapun prosedur penetapan kadar vitamin C adalah sebagai berikut :

    1.Jambu dibersihkan dari kotoran dan tangkainya

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    15/20

    2.Jambu dibelah menjadi 4 bagian

    3.Jambu dihaluskan sampai benar-benar lembut

    4.Jambu dimasukkan ke dalam air 400 ml dan diaduk sampai merata

    5.Dicampurkan larutan amilum dan H2SO4 dan diaduk sampai merata

    6.Dititrasi dengan I2 sampai berwarna biru konstan

    C. Cara Analisis Data

    Untuk mengetahui kadar vitamin C pada jambu biji merah diperlukan proses

    standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 dan I2 dengan Na2S2O3 , kemudian ditentukan kadar

    vitamin C dengan menggunakan rumus :

    HASIL

    DAN

    PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Pembuatan Larutan

    Hasil dari pembuatan larutan ini yang meliputi pembuatan larutan KIO3, Na2S2O3,

    H2SO4 dan Amilum selanjutnya akan digunakan dalam proses standardisasi.

    2. Proses Standardisasi

    1. Standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

    Adapun data selengkapnya dari standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

    disajikan pada tabel 3.

    Tabel 3. Hasil Standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

    Data ke- Volume Na2S2O3 N Na2S2O3

    I 10 ml 0,0934

    II 10,1 ml 0,0944

    III 10,03 ml 0,0937

    Rata-rata 0,0938

    2. Standardisasi I2 dengan Na2S2O3

    Adapun data selengkapnya dari standardisasi I2 dengan Na2S2O3 disajikan pata tabel4.

    Kadar Vitamin C : 100 x V(ml) x N ( I2 ) x Mr Vitamin C

    Massa buah Valensi

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    16/20

    Tabel 4. Hasil standardisasi I2 dengan Na2S2O3

    Data ke- Volume N I2I 11,4 ml

    II 11,3 ml

    III 11,4 ml

    Rata-rata 11,37 ml 0,0822

    3. Penetapan Kadar Vitamin C

    Adapun data selengkapnya dari hasil penetapan kadar vitamin C disajikan pada tabel

    5.

    Tabel 5. Hasil penetapan kadar vitamin C

    Jambu ke- Massa jambu Data I2 di buret Kadar Vit C Rata-rata

    I

    38,97 gram 8,8 ml 163,4 mg/100g

    169,5

    mg/100g

    39,5 gram 9,2 ml 168,6 mg/100g

    40,36 gram 9,6ml 172,2 mg/100g

    41,65 gram 10 ml 173,8 mg/100g

    II

    39,45 gram 10,1 ml 185,3 mg/100g

    197,2

    mg/100g

    40,2 gram 11,7 ml 210,7 mg/100g

    42,86 gram 11,4 ml 192,5 mg/100g

    45,2 gram 12,5 ml 200,2 mg/100g

    B. Pembahasan

    Hasil perhitungan matematis standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N dan

    standardisasi I2 dengan Na2S2O3 itu sangat berhubungan erat dalam penentuan kadar

    vitamin C pada jambu biji merah.

    Hasil standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N yang didapat rata-rata sebesar 0,0938

    N itu berkaitan erat dengan perhitungan standardisasi I2 dengan Na2S2O3yang

    menghasilkan normalitas sebesar 0,0822 N. Setelah terbentuk N I2 baru kemudian

    penetapan kadar vitamin C dengan menggunakan rumus baku yang telah ditetapkan.

    Pada percobaan pertama sampai kedelapan, didapat kadar vitamin C masing-masing

    163,4 mg/100g, 168,6 mg/100g, 172,2 mg/100g, 173,8 mg/100g (jambu pertama), 185,3

    mg/100g, 210,7 mg/100g, 192,5 mg/100g dan 200,2 mg/100g (jambu kedua). Kemudian

    dambil rata-rata pada jambu pertama sebesar 169,5 mg/100 g dan pada jambu kedua

    sebesar 197,2 mg/100 g . ( lihat tabel diatas ).

    Perbedaan hasil disini, dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing sampel danjuga mungkin disebabkan oleh keterbatasan sampel, ketidaktelitian timbangan (yang

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    17/20

    seharusnya menggunakan timbangan analitis (ketelitian 0,00001 gram)), kesalahan

    paralaks mata dan juga kesalahan pengamatan titik akhir titrasi.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Proses yang berlangsung untuk penetapan kadar vitamin C yaitu terdiri dari beberapa tahapan yaitu

    pembuatan larutan KIO3 , Na2S2O3 0,1 N 500 ml,H2SO4 2 N 500 ml , Amilum 1 % ,Standardisasi Na 2S2O3 0,1 N

    dengan KIO30,2804 N , I2 dengan Na2S2O3 dan kemudian Penetapan Kadar Vitamin C yang dilakukan dengan

    pengamatan secara empiris dan perhitungan secara matematis.

    Kandungan vitamin C pada jambu biji merah jauh melebihi jambu biji biasa yaitu pada jambu pertama

    sebesar 169,5 mg/100 g dan pada jambu kedua sebesar 197,2 mg/100 g .

    B. Saran

    Peneliti menyarankan pembaca dan masyarakat untuk senantiasa mengkonsumsi jambu

    biji merah karena buah ini mengandung banyak vitamin C yang berguna bagi

    kesehatan tubuh.

    Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kandungan jambu biji

    merah dengan jambu biji jenis lainnya.

    Perlunya ketelitian dalam mengukur sampel termasuk waktu penimbangan, pengamatan

    terhadap titik akhir titrasi dan paralaks mata.

    Perlunya penambahan sampel untuk mengukur tingkat kevalidan data.

    DAFTAR PUSTAKA

    Tim Pengajar AAK Bandung.(1992).Petunjuk Praktikum Kimia Amami.Bandung : Akademi

    Analis Bandung.

    Jambu Biji Asal Pasar Minggu, Masih Bisa Bertahan.(Oktober 1990).Trubus,hal. 156.

    Deptan.(1996).Jambu Biji,Deptan. Diakses tanggal 27 Maret 2008, dari http :

    //www.argibisnis.deptan.go.id.

    Wikipedia, ensiklopedi bebas berbahasa Indonesia.Jambu Biji,wikipedia. Diakses tanggal28

    April 2008,dari http : //www.wikipedia.org.

    Litbang Depkes.(2008).Obat Tradisional-JambuBiji Merah.Litbang Depekes.

    Diaksestanggal 28 April 2008, dari www.bmf.litbang depkes.go.id Powered by

    Mambo Open Source Generated : 27 March, 2008, 21 : 52.

    Mujiran,Drs.(1990).Kimia Analisa Kuantitatif.Yogyakarta:MIPA UGM hal. 23-32.

    http://www.bmf.litbang/http://www.bmf.litbang/
  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    18/20

    Kompas,Jambu Biji Cegah Jantungan,Kompas.Diakses ulang tanggal 23 Mei 2008,

    darihttp://www.dechacare.com/Jambu-Biji-Cegah-Jantungan-1221.html

    Aninim.Daun Katuk Juga Mutu Sperma. Diakses ulang tanggal 23 Mei 2008,

    darihttp://forumbebas.com/viewtopic.php?id=20254

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Perhitungan proses penetapan kadar vitamin C pada jambu biji merah

    1. Standardisasi Na2S2O3 dengan KIO3 0,2803 N

    I. (VN) KIO3 = (VN) Na2S2O3

    10 ml x 0,2803 = 30 ml N Na2S2O3

    N Na2S2O3 = 10 ml x 0,2803

    30 ml

    N Na2S2O3 = 0,0934

    II. (VN) KIO3 = (VN) Na2S2O3

    10,1 ml x 0,2803 = 30 ml N Na2S2O3

    N Na2S2O3 = 10,1 ml x 0,2803

    30 ml

    N Na2S2O3 = 0,0944

    III. (VN) KIO3 = (VN) Na2S2O3

    10,03 ml x 0,2803 = 30 ml N Na2S2O3

    N Na2S2O3 = 10,03 ml x 0,2803

    30 ml

    N Na2S2O3 = 0,0937

    Rata-rata : 0,0934 + 0,0944 + 0,0937

    3

    : 0,0938

    2. Standardisasi I2 dengan Na2S2O3

    http://www.dechacare.com/Jambu-Biji-Cegah-Jantungan-1221.htmlhttp://forumbebas.com/viewtopic.php?id=20254http://www.dechacare.com/Jambu-Biji-Cegah-Jantungan-1221.htmlhttp://forumbebas.com/viewtopic.php?id=20254
  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    19/20

    (VN) Na2S2O3 = (VN) I2

    10 ml x 0,0938 = 11,4 ml x N I2

    N I2 = 10 ml x 0,0938

    11,4 ml

    N I2 = 0,0822

    3. Penetapan Kadar Vitamin C

    Jambu Pertama

    1. Percobaan Pertama

    Kadar Vitamin C : 100 x 8,8 x 0,0822 x 176,13

    38,97 2

    : 163,4 mg/100g

    2. Percobaan kedua

    Kadar Vitamin C : 100 x 9,2 x 0,0822x 176,13

    39,5 2

    : 168,6 mg/100g

    3. Percobaan Ketiga

    Kadar Vitamin C : 100 x 9,6 x 0,0822x 176,13

    40,36 2

    : 172,2 mg/100g

    4. Percobaan Keempat

    Kadar Vitamin C : 100 x 10 x 0,0822 x 176,13

    41,65 2

    : 173,8 mg/100g

    Jambu Kedua

    5. Percobaan kelima

  • 7/28/2019 Vitamin C Pada Jambu Biji

    20/20

    Kadar Vitamin C : 100 x 10,1 x 0,0822 x 176,13

    39,45 2

    : 185,3 mg/100g

    6. Percobaan keenam

    Kadar Vitamin C : 100 x 11,7 x 0,0822 x 176,13

    40,2 2

    : 210,7 mg/100 g

    7. Percobaan ketujuh

    Kadar Vitamin C : 100 x 11,4 x 0,0822 x 176,13

    42,86 2

    : 192,5 mg/100 g

    8. Percobaan kedelapan

    Kadar Vitamin C : 100 x 12,5 x 0,0822 x 176,13

    45,2 2

    : 200,2 mg/100g

    Rata-rata :

    Pada jambu pertama

    = 163,4 + 168,6 + 172,2 + 173,8

    4

    = 169,5 mg/100 g

    Pada jambu kedua

    = 185,3 + 210,7 + 192,5 +200,2

    4

    = 197,2 mg/100 g