lapkas bedah fraktur colles

Upload: pemburugratis

Post on 02-Jun-2018

269 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    1/30

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Dengan meningkatnya mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian

    manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang

    dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja,

    olah raga dan rumah tangga.

    Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya

    disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan

    hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks

    jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti

    gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.

    Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak

    perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah

    tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete

    yang berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan

    atau tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen.

    Fraktur bisa mengenai berbagai bagian tubuh, salah satunya dapat terjadi

    fraktur di daerah lengan bawah seperti fraktur Galeazzi, fraktur distal radius yang

    terbagi lagi menjadi fraktur Colles, fraktur Smith, dan fraktur Barton. Khusus

    untuk fraktur Colles, fraktur jenis ini termasuk fraktur yang juga cukup sering

    terjadi terutama mengenai dewasa dengan 8-15% kasus dari seluruh fraktur.

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    2/30

    BAB 2

    LAPORAN KASUS

    2.1 IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn.M MR : 05.40.36

    Usia : 11 tahun Ruangan : RBP

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : Ds.Ie Tarek, Simpang Kramat

    Tanggal Masuk : 02 Januari 2014

    Tanggal keluar : 05 Januari 2014

    Masuk Pukul : 18.45 Wib

    Pekerjaan : Siswa

    Agama : Islam

    2.2ANAMNESA

    1.

    Keluhan Utama : nyeri dan sulit menggerakkan tangan kiri

    2. Keluhan Tambahan : tulang menonjol keluar dari pergelangan tangan

    3. Riwayat Penyakit Sekarang

    pasien datang dengan keluhan nyeri di pergelangan tangan kiri dan luka

    terbuka disertai tulang menonjol keluar. Dari keterangan keluarga, Os jatuh

    dari pohon kelapa 30 menit SMRS dengan ketinggian 7m. Os jatuh

    dengan posisi lengan kiri terjulur menekan batu dibawahnya. Penurunan

    kesadaran (-), pusing (-), muntah (-), trauma pada kepala (-), trauma pada

    leher (-), trauma pada dada dan perut (-), BAB/BAK (+).

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    3/30

    4.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    -

    Riwayat trauma sebelumnya disangkal

    - Riwayat alergi obat di sangkal oleh pasien

    - Riwayat asma disangkal

    - Riwayat Penyakit jantung disangkal

    - Riwayat Hipertensi disangkal

    - Riwayat Diabetes Melitus disangkal

    -

    Riwayat mengkonsumsi obat disangkal

    5.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    -

    Riwayat alergi obat di sangkal oleh pasien

    - Riwayat asma disangkal

    - Riwayat Penyakit jantung disangkal

    -

    Riwayat Hipertensi disangkal

    - Riwayat Diabetes Melitus disangkal

    2.3PEMERIKSAAN UMUM

    1. Primary Survey

    A: Clear

    B: Spontan, RR 22 x/menit

    C: TD 110/70mmHg, FN 88 x/menit

    D: GCS 15 (E4V5M6), compos mentis

    2. Status Generalis

    a. Kepala : Normocephal

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    4/30

    b.

    Mata :

    Konjungtiva/Sklera : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-,

    Kornea : Jernih pada kedua mata kanan dan kiri

    Pupil : Isokor +/+, refleks cahaya +/+

    c. THT :

    Telinga : Lubang telinga lapang , cairan (-), darah(-)

    Bibir : Vulnus(-), hematom (-)

    Hidung : Deformitas (-/-), sekret (-/-)

    Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T0T0

    d. Leher : trakea terletak di tengah, tidak ada deviasi, tidak

    ada luka

    e. Thoraks :

    Bentuk : Tidak ada kelainan, jejas (-)

    Pergerakan : Pergerakan hemithorax kiri dan kanan simetris

    dalam keadaan statis dan dinamis

    f.

    Jantung

    Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat

    Perkusi :

    - Batas kanan atas : ICS II LPS dextra

    - Batas kiri atas `: ICS II LPS sinistra

    - Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra

    -

    Batas kiri bawah : ICS VI LMC sinistra 2 cm lateral

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    5/30

    Auskultasi : Bunyi jantung III murni reguler, murmur (-),

    ` gallop (-)

    g. Paru

    Inspeksi : Pergerakan dada simetris, statis dan dinamis

    Palpasi : Fremitus vokal : kanan = kiri

    Perkusi : Perkusi sonor pada seluruh lapang paru

    Auskultasi : Suara nafas vesikular pada lapang paru kanan dan

    kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

    h. Abdomen

    Inspeksi : Perut datar, jejas (-)

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Palpasi : Defans muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-)

    Hepar : Tidak teraba pembesaran

    Lien : Tidak teraba pembesaran

    Perkusi : Tympani, Nyeri ketuk (-)

    3. Status Lokalis (Regio Antebrachii distal sinistra)

    Look : Terpasang kain dibebat tekan kiri (deformitas)

    Tampak tulang menonjol keluar dari pergelangan tangan

    Feel : Nyeri tekan (+), CRT

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    6/30

    oposisi jari I), N. ulnaris baik (dibuktikan dengan fleksi, ekstensi dan

    abduksi jari II, III, IV dan V, adduksi jari I, II, III, IV dan V)

    - Sensorik :Nyeri (+), dibuktikan dengan menggunakan jarum. Taktil

    (+), dibuktikan dengan sentuhan halus menggunakan kapas.

    Membedakan dua titik (+), dibuktikan dengan menggunakan clip

    yang dibentuk seperti huruf V dengan jarak 0,5 cm.

    Vaskular :a. radialis dan a. ulnaris teraba (irama teratur, isi adekuat)

    Move : Range of movement terbatas pada wrist joint

    - Pronasi : Nyeri dan tidak bisa

    - Supinasi : Nyeri dan tidak bisa

    - Fleksi : Nyeri dan tidak bisa

    - Ekstensi : Nyeri dan tidak bisa

    -

    Aktif : Nyeri dan tidak bisa

    -

    Pasif : Nyeri dan tidak bisa

    Pemeriksaan Penunjang pada tanggal 2/1/2014

    Hasil pemeriksaan laboratorium darah

    Pemeriksaan Nilai normal HasilBleeding time

    Clothing time

    Darah rutin :

    Leukosit

    Eritrosit

    Hemoglobin (Hb)

    Hematokrit (Ht)

    Trombosit

    LED

    1-5 menit

    5-11 menit

    4-11x103 /mm3

    P : 4,5- 5,5 106 /mm3

    L : 1318

    L : 3747

    150.000400.000

    L < 15 mm/jam

    2 menit

    9 menit

    3900

    4,53

    11,1

    37

    294.000

    10

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    7/30

    Resume

    Nyeri pada tangan kiri pasca jatuh dari pohon kelapa 1 jam SMRS dengan

    ketinggian 7m, disertai luka terbuka dengan tulang menonjol di bagian

    pergelangan tangan kiri. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran

    compos mentis. Tekanan darah 110/70 , nadi 88x/mnt, pernapasan 22 x/mnt, suhu

    36,2o, status lokalis tampak luka terbuka dan tulang menonjol keluar. Tangan kiri

    kaku tidak bisa digerakan.

    2.4DIAGNOSIS

    Open fraktur os radius ulna sinistra 1/3 distal (fr. Colles wrist joint sinistra)

    2.5PENATALAKSANAAN

    1. Telah dilakukan heacting situasi di IGD RSUD Cut Meutia pada tanggal

    2/1/14

    2.

    Pada tgl 3/1/14 dilakukan debridement + reposisi + immobilisasi dengan

    backslab

    foto antebrachii AP lateral sinistra tanggal 2/1/14

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    8/30

    Laporan Operasi(tanggal 3 Januari 2014)

    Ahli Bedah : Dr. Syafruddin Sp.B

    Ahli Anestesi : Dr. Kurnian Sp. An

    Cara Pembiusan : General Anestesi

    Diagnosis : Fraktur Colles

    Macam Operasi : Debridement + Reposisi + immobilisasi by backslab

    Laporan Kasus:

    Pasien terlentang dengan General anestesi

    Insisi pada antebrachii tepatnya di regio wrist joint sinistra

    Didapatkan fraktur 1/3 distal radius ulna

    Dilakukan debridement dicuci berulang kali dengan perhidrol dan alkohol 70%

    Dilakukan reposisi

    Cek stabilitas distal radial ulna joint

    Jahit lapis demi lapis

    Kulit subkutis

    Dilakukan immobilisasi by backslab dan diperban elastis

    Operasi selesai

    Instruksi Pasca operasi

    RL 20 tetes/menit

    Inj. Fosfomisin/12 jam

    Inj. Kalnex/12 jam

    Inj. Ketorolac/ 8jam

    Inj. Tramadol kp (GV setiap hari)

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    9/30

    Follow up

    Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan3/1/14

    4/1/14

    5/1/14

    Os demam postop (+), muntah(+), nyeri di

    tempat op (+),perban basah(+), perdarahan(-), BAB/BAK(dbn)

    Demam (-),nyeri berkurang,luka bagus (+),mual muntah (-),BAB/BAK (dbn)

    Os demam(-),

    nyeri semakinberkurang(+),nafsu makan(+),luka kering (+)BAB/BAK (dbn)

    KU: lemahKes: CMTD: 100/60

    HR: 90/iRR: 23/iSuhu: 38,5C

    KU: lemahKes: CMTD: 110/70HR: 84/iRR: 22/iSuhu: 37,6C

    KU:stabil

    Kes: CMTD: 100/60HR: 92/iRR: 22/iSuhu: 37C

    Fr.colles

    Fr.colles

    Fr.colles

    IVFD RL 30 tetes/ I

    Injeksi

    Ranitidin/12 jam

    Fosfomisin/12jam

    Kalnex/12 jam

    Ketorolac/8jam

    Ondansetron/12

    jam

    Paracetamol 3 x500 mg

    IVFD RL 20 tetes/ I

    InjeksiRanitidin/12 jam

    Fosfomisin/12jam

    Kalnex/12 jam

    Ketorolac/8jam

    Paracetamol 3 x500 mg

    Os boleh PBJkontrol ke poli bedah/minggu

    gips dipertahankan

    sampai 3 minggu.

    R/oral (+)

    Paracetamol 3x500mgAmoksilin 2x250mg

    Vit.C 2x50mg

    2.6 KOMPLIKASI

    Tidak ditemukan adanya komplikasi.

    2.7 PROGNOSIS

    Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanationam : dubia ad bonam

    Ad fungtional : dubia ad bonam

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    10/30

    BAB 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Anatomi Antebrakhii Distal

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    11/30

    Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya

    kira-kira 1,5-2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemukan bagian distal tulang

    radius yang relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan

    tulang spongiosa dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan

    permukaan beralur-alur untuk tempat lewatnya tendon ekstensor. Bagian volarnya

    cekung dan ditutupi oleh otot pronator quadratus. Sisi lateral radius distal

    memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius dengan posisi yang

    lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini merupakan tempat insersi

    otot brakhioradialis.

    Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan

    sendi radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas

    permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen

    antara lain:

    1. Ligamentum carpal volar (yang paling kuat)

    2. Ligamentum carpal dorsal

    3. Ligamentum carpal dorsal dan volar

    4. Ligamentum collateral

    Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum

    dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial.

    Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan

    dorsal, dan ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna

    selain terdapat ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat

    pula diskus artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    12/30

    segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna

    bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligament

    radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna,

    disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage

    complex) (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998).

    Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta

    gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90

    derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan

    sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar

    distal adalah gerak rotasi. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)

    Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)

    Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

    Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian

    palmar (ventral) seperti diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan

    angulasi ventral umumnya berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti fraktur yang

    melibatkan angulasi dorsal sendi radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak

    begitu baik bila reduksinya tidak sempurna. Gambar 1b memperlihatkan sudut

    http://3.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SHrI6kNEnOI/AAAAAAAAAHc/mrmIxb8K9yM/s1600-h/New+Picture+(1).pnghttp://2.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SHrIpLSphRI/AAAAAAAAAHU/YRBG7-jw_PQ/s1600-h/New+Picture.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SHrI6kNEnOI/AAAAAAAAAHc/mrmIxb8K9yM/s1600-h/New+Picture+(1).pnghttp://2.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SHrIpLSphRI/AAAAAAAAAHU/YRBG7-jw_PQ/s1600-h/New+Picture.png
  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    13/30

    normal yang dibentuk tulang ulna terhadap sendi radiokarpal, yaitu 15 - 30

    derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan fraktur lengan bawah

    bagian distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak

    memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada gerakan tangan

    oleh ulna. (Simon & Koenigsknecht, 1987)

    3.2 Definisi

    Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

    rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Bila trauma terjadi

    pada atau dekat persendian, mungkin terdapat fraktur pada tulang disertai

    dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi adalah keadaan tulang

    yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis. Kebanyakan

    fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan

    membengkok, memutar dan tarikan.

    Fraktur Colles adalah fraktur radius bagian distal (sampai 1 inchi dari

    ujung distal) dengan angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior, dan deviasi

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    14/30

    fragmen distal ke radial; dapat bersifat kominutiva dan dapat disertai fraktur

    prosesus stiloid ulna. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan

    bila dilihat dari samping menyerupai bentuk garpu( dinner-fork deformity).

    Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur

    radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles

    (Armis, 2000). Cedera yang digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814

    adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan

    pergeseran dorsal fragmen distal. Sejak saat itu fraktur jenis ini diberi nama

    sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama Abraham Colles. Biasanya penderita

    jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan

    pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan

    menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari

    permukaan persendian pergelangan tangan.

    Fraktur Colles

    3.3 Epidemiologi

    Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada

    wanita, dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun (Clancey, 1984; Cooney,

    1982). Secara umum insidennya kira-kira 8 15% dari seluruh fraktur dan

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    15/30

    diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang dilakukan di

    Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah

    merupakan fraktur distal radius (Cooney,1980). Umur di atas 50 tahun pria dan

    wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita

    lebih kurang sama di mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur

    radius (Cooney,1980). Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-

    rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun

    (Dias dkk, 1980; Sarmiento dkk, 1980).

    3.4 Patofisiologi

    Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya

    merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar

    atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi

    fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk

    lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang

    terjadi pada fraktur Colles.

    Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul

    setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi terkedang dan meyangga badan

    (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pada saat terjatuh sebahagian energi yang timbul

    diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    16/30

    distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah

    yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.

    Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan

    dalam posisi terbuka dan pronasi. Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat,

    gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal dan mungkin akan

    menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari

    permukaan persendian pergelangan tangan Sehingga tulang yang kemungkinan

    mengalami fratur pada posisi tersebut adalah radius distal

    Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya

    yang kuat akan berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang

    telah disebutkan sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah

    distal radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja tulang daerah tersebut

    memang rawan patah.

    3.5 Diagnosis Klinis

    Biasanya penderita mengeluh deformitas pada pergelangan tangan dengan

    adanya riwayat trauma sebelumnya. Pada penemuan klinis untuk fraktur distal

    radius terutama fraktur Colles akan memberikan gambaran klinis yang klasik

    berupa dinner fork deformity atau silver fork deformity, yaitu bagian distal

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    17/30

    fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke

    arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi, dan gerakan aktif

    pada pergelangan tangan tidak dapat dilakukan. Selain itu juga didapatkan

    kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang

    terkena, nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    18/30

    3.6 Pemeriksaan Radiologi

    Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan

    kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles.

    Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat

    berdasarkan tanda klinis patah tulang. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)

    Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat

    remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya

    (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pada gambaran radiologis dapat

    diklasifikasikan stabil dan instabil. Dikatakan stabil apabila hanya terjadi satu

    garis patahan, dan instabil bila patahannya kominutif dan crushing dari tulang

    cancellous.

    Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto

    tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto antero-posterior (AP) dan lateral.

    Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak

    mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi tegak lurus satu sama lain. Perlu diingat

    bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan fraktur tidak dapat

    dilihat. Proyeksi tambahan oblik biasanya juga dibutuhkan untuk menilai trauma

    pada persendian. Pada fraktur ekstremitas, daerah yang difoto harus cukup luas

    dengan mencakup setidaknya satu persendian. Namun, pemeriksaan radiologis

    tulang yang berada di antara dua sendi sebaiknya mencakup keseluruhan panjang

    tulang mulai dari persendian proksimal hingga persendian distal tulang tersebut.

    Untuk melihat fraktur pada tulang radius bagian distal, khususnya fraktur Colles,

    dibuat foto proyeksi AP dan lateral.

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    19/30

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    20/30

    Dinner Fork Deformity

    PemeriksaanCT-Scan

    Ct-scan bersifat lebih sensitif daripada radiografi konvensional untuk

    mendeteksi kerusakan tulang karena dapat menampilkan potongan aksial, koronal

    dan sagital dari objek. Selain itu ct scan digunakan jika ingin memperlihatkan

    gambaran yang cukup pada sendi radiokarpal dan jaringan lunak, yang tidak dapat

    dilihat jelas pada radiografi konvensional

    Ct Scan penampang sagital menunjukkan adanya fraktur kominutif os.Radius

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    21/30

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    22/30

    2) Fraktur Galeazzi

    Fraktur Galeazzi adalah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi

    ulna bagian distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi

    lateral ketika jatuh.

    3) Fraktur Barton

    Fraktur Barton adalah fraktur oblik dari tulang radius distal intraartikuler,

    dengan patahan distal radius terdislokasi ke arah volar (fraktur Barton volar) atau

    ke arah dorsal (fraktur Barton dorsal). Fraktur Barton merupakan dislokasi sendi

    radiocarpal.

    DD Definisi Manifestasi Klinis

    Fraktur Colles

    Deformitas pada fraktur ini

    berbentuk seperti sendok makan(dinner fork deformity). Pasien

    terjatuh dalam keadaan tangan

    terbuka dan pronasi, tubuh beserta

    lengan berputar ke ke dalam

    (endorotasi). Tangan terbuka yang

    terfiksasi di tanah berputar keluar

    (eksorotasi/supinasi).

    Fraktur metafisis

    distal radius denganjarak _+ 2,5 cm dari

    permukaan sendi

    distal radius

    Dislokasi fragmendistalnya ke arah

    posterior/dorsal

    Subluksasi sendiradioulnar distal

    Avulsi prosesus

    stiloideus ulna.

    http://refimgshow%289%29/http://refimgshow%288%29/http://refimgshow%289%29/http://refimgshow%288%29/http://refimgshow%289%29/http://refimgshow%288%29/http://refimgshow%289%29/http://refimgshow%288%29/
  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    23/30

    Fraktur Smith

    Fraktur Smith merupakan fraktur

    dislokasi ke arah anterior (volar),

    karena itu sering disebut reverseColles fracture. Fraktur ini biasa

    terjadi pada orang muda. Pasien

    jatuh dengan tangan menahan

    badan sedang posisi tangan dalam

    keadaan volar fleksi pada

    pergelangan tangan dan pronasi.

    Garis patahan biasanya transversal,

    kadang-kadang intraartikular.

    Penonjolan dorsal

    fragmen proksimal,

    fragmen distal di sisivolar pergelangan, dan

    deviasi ke radial (garden

    spade deformity).

    Fraktur

    Galeazzi

    Fraktur Galeazzi merupakan

    fraktur radius distal disertai

    dislokasi sendi radius ulna distal.Saat pasien jatuh dengan tangan

    terbuka yang menahan badan,

    terjadi pula rotasi lengan bawah

    dalam posisi pronasi waktu

    menahan berat badan yang

    memberi gaya supinasi.

    Tampak tangan bagian

    distal dalam posisi

    angulasi ke dorsal. Padapergelangan tangan

    dapat diraba tonjolan

    ujung distal ulna.

    Fraktur Barton Fraktur oblik dari tulang radius

    distal intraartikuler, dengan

    patahan distal terdislokasi ke

    arah volar atau ke arah dorsal.

    Fraktur Barton merupakan

    dislokasi sendi radiocarpal

    Tangan ini akibat

    terjatuh dengan

    tangan terentang

    3.8 Penatalaksanaan

    Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat

    dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan

    tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.

    Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang

    dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan

    ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian

    didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil

    memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    24/30

    Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang

    slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal

    dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada

    posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus

    dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.

    Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari

    segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami

    sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

    Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c)

    deviasiulnar. Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang

    basah, (f) slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras.

    Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran

    ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,

    sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.

    http://2.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SHrJzOWdakI/AAAAAAAAAH8/gT4VoKB3dH0/s1600-h/New+Picture+(5).png
  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    25/30

    Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan

    secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut

    kainkrepsementara.

    (a) Film pasca reduksi, (b) gerakan-gerakan yang perlu dipraktekkan oleh pasien

    secara teratur

    Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan

    gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen

    proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi

    dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga. (Apley & Solomon, 1995)

    Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap

    menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles

    tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD.

    Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli

    orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui,

    sebagai berikut :

    Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan

    dorsal sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen

    Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23

    derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak

    http://1.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SHrKEFuAQWI/AAAAAAAAAIE/OJMV4-vSa9A/s1600-h/New+Picture+(6).png
  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    26/30

    Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini

    dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang

    lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi.

    Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka

    beberapa hal berikut dapat dilakukan :

    1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional

    2.

    Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger

    traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat

    8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai fragmen

    disimpaksi.

    3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan

    menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal

    menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka

    beban dapat diturunkan.

    4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi

    terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi

    ulna.

    5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan

    pemasangan anteroposterior long arms splint

    6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa

    telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf medianusnya

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    27/30

    7.

    Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam

    untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya

    dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua

    minggu pasca trauma. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu,

    sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.

    Reduksi pada fraktur Colles

    http://2.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SHrKWj4_rKI/AAAAAAAAAIM/X83mraMYyqQ/s1600-h/New+Picture+(7).png
  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    28/30

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    29/30

    Komplikasi

    Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi:

    1. Dini

    Kompresi / trauma a. ulnaris dan medianus

    Kerusakan tendon

    Edema post reposisi

    Redislokasi

    2. Lanjut

    Arthrodosis dan nyeri kronis

    Shoulder hand syndrome

    Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)

    Malunion/ non union

    Stiff hand

    Volksman ischemic contraktur

    Suddeck atropi

    Perawatan Pasca reduksi tertutup

    Imobilisasi dengan forearm splint selama 3 minggu.

  • 8/10/2019 Lapkas Bedah Fraktur Colles

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah:Sistem Muskuloskeletal.

    Edisi 2. Jakarta:EGC.2004.Hal 840-70

    Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

    2009. Hal 31-43

    Patel, Pradip R. Lecture Notes Radiologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    2007. Hal 222-30

    Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 2.

    Makassar:Bintang Lamumpatue. 2003. Hal 355-419

    Grainger, R.G. Diagnostic Radiology. 2thEdition. Elsevier.1999. Page 1474-9

    Hartanto, Huriawati,dkk. Kamus kedokteran dorlan. Edisi 29.

    Jakarta:EGC.2002.Hal:876-77

    http://radiology.rsna.org/content/219/1/11/F10.expansion.html

    http://emedicine.medscape.com/article/398406.html

    http://radiology.rsna.org/content/219/1/11/F10.expansion.htmlhttp://radiology.rsna.org/content/219/1/11/F10.expansion.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/398406.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/398406.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/398406.htmlhttp://radiology.rsna.org/content/219/1/11/F10.expansion.html