pengaruh isu lingkungan, sikap terhadap lingkungan, gaya...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X
Pengaruh Isu Lingkungan, Sikap Terhadap Lingkungan, Gaya Hidup
dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
(Studi Pada Konsumen Kosmetik Wardah di Kabupaten Wonosobo)
Oleh: Ratna Wijayanti
Fakultas Ekonomi UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh isu lingkungan,sikap
lingkungan,gaya hidup dan harga terhadap keputusan pembelian studi kasus
konsumen kosmetik wardah di Wonosobo. Dalam penelitian ini populasinya
adalah perempuan atau gadis yang berumur 15 tahun keatas. Penarikan
sampel dari populasi menggunakan metode purposive sampling dengan
kriteria perempuan atau gadis yang dijadikan sampel adalah perempuan atau
gadis yang mengkonsumsi produk kosmetik wardah sebanyak 3 kali dalam
kurun waktu 3 bulan terakhir. Jumlah sampel sebanyak 89.Alat analisis
menggunakan Regresi Linear Berganda. Lokasi penelitian di Kabupaten
wonosobo.Hasil dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa (1)isu
lingkungan berpengaruh terhadap keputusan pembelian(2)sikap terhadap
lingkungan berpengaruh terhadap keputusan pembelian(3)gaya hidup
berpengaruh terhadap keputusan pembelian(4)harga berpengaruh terhadap
keputusan pembelian(5)secara simultan isu lingkungan, sikap lingkungan,
gaya hidup, dan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Kata Kunci: Pengaruh Isu Lingkungan, Sikap Lingkungan, Gaya Hidup,
Harga Terhadap Keputusan Pembelian

PENDAHULUAN
Kepedulian dan kesadaran akan lingkungan dan kesehatan, telah merubah
cara pandang dan pola hidup dari manusia dan para pelaku usaha. Hal ini
ditujukan pada perubahan pola pendekatan bisnis yang mulai mengarahkan
usaha dengan pendekatan aktivitas bisnis berbasis kelestarian lingkungan.
Begitu juga dengan produk kosmetik, dimana isu-isu lingkungan menjadi
pembicaraan dan peluang yang terjadi pada industri kosmetik menyebabkan
persaingan yang semakin ketat.
Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, konsumen akan menginginkan
produk yang alami dan dapat didaur ulang serta ramah lingkungan (Green
Product Cosmetics). Di Indonesia sendiri, produk hijau belum begitu dikenal
oleh konsumen. Walaupun demikian, terdapat beberapa produk hijau yang
diterima dengan baik oleh pasar Indonesia seperti kosmetik hijau (Yulindo
2013). Salah satunya adalah Wardah Kosmetik.
Konsumen akan menentukan mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu
produk dilandasi oleh keputusan untuk membeli atau tidak membeli produk
tersebut. Dalam konteks proses pengambilan keputusan pembelian oleh
konsumen berwawasan lingkungan, produk ramah lingkungan merupakan
salah satu bentuk stimulus eksternal bagi konsumen, di samping iklan
berwawasan lingkungan. Faktor isu lingkungan merupakan faktor yang
dianggap mampu mempengaruhi keputusan pembelian.
Sikap lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan konsumen sebelum membeli suatu produk. Klaim ramah
lingkungan yang ada pada ecolabel akan membentuk sikap dan periku
konsumen terhadap lingkungan.
Gaya hidup juga mempengaruhi keputusan pembelian. Gaya hidup menurut
Engel, Blackwel dan Miniard 1995 adalah pola dimana orang hidup dan

menggunakan uang dan waktunya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
keputusan pembelian adalah harga. Menurut (Monroe 2005) harga merupakan
pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk
atau jasa.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Isu Lingkungan, Sikap Terhadap Lingkungan, Gaya Hidup
dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian” pada Konsumen Kosmetik
Wardah di kabupaten Wonosobo. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk mengetahui pengaruh isu lingkungan terhadap keputusan pembelian,
pengaruh sikap terhadap lingkungan terhadap keputusan pembelian, pengaruh
gaya hidup terhadap keputusan pembelian, pengaruh harga terhadap
keputusan pembelian, serta pengaruh secara simultan isu lingkungan, sikap
terhadap lingkungan, gaya hidup, dan harga terhadap keputusan pembelian.
TINJAUAN PUSTAKA
Keputusan pembelian
Menurut Semuel Schiffman dan Kanuk (2004) keputusan pembelian
adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan yang ada, artinya bahwa
syarat seseorang dapat membuat keputusan haruslah tersedia beberapa alternatif
pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses
dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.
Persepektif pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemrosesan
informasi yang rasional terhadap perilaku pembelian konsumen (Mowen dan
Minor 2002). Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian
suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan dan keinginan disebut need arousal (Sutisna 2003). Jika sudah disadari
adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi
mengenai keberadaan produk yang diinginkannya.

Isu Lingkungan
Isu lingkungan erat hubungannya dengan pengetahuan yang dimilik
konsumen tentang lingkungan. Thompson dan Barton (1994) mengatakan bahwa
setidaknya terdapat dua motif atau nilai yang mendasari dukungan terhadap isu
lingkungan, antroposentris dan ekosentris, keduanya mengekspresikan dukungan
terhadap isu lingkungan dengan alasan yang berbeda. Antroposentrisme
menganggap manusia sebagai bentuk kehidupan paling penting dan bentuk
kehidupan lainnya hanyalah menjadi penting sejauh dapat berdampak pada atau
berguna bagi manusia sedangkan ekosentris menganggap bahwa alam memiliki
nilai intrinsik, nilai yang tidak bergantung pada kebergunaan bagi manusia
(Kortenkamp dan Moore).
Kedua sikap tersebut mendukung perilaku lingkungan berupa
akuntabilitas lingkungan namun dengan motivasi yang berbeda. Antroposentris
mendukung akuntabilitas lingkungan agar perilaku perusahaan terkendali
sehingga tidak membahayakan kehidupan manusia termasuk generasi yang akan
datang. Sementara itu, sikap ekosentris akan mendukung akuntabilitas lingkungan
agar perilaku perusahaan terkendali karena perusahaan tidak punya hak untuk
mengeksploitasi lingkungan kecuali untuk memenuhi kebutuhan vital sehingga
keanekaragaman hayati tetap terlindungi demi alam itu sendiri. Motivasi yang
berbeda ini akan mempengaruhi tingkat dukungan akuntabilitas lingkungan,
dalam hal ini ekosentris akan lebih mendukung terkendalinya perilaku perusahaan
daripada antroposentris. Hal ini dikarenakan oleh dukungan antroposentris
terbatas pada syarat bahwa hal itu tidak akan menurunkan kualitas hidup manusia.

Sikap terhadap lingkungan
Sikap merupakan predisposisi yang telah dipelajari untuk berperilaku
konsisten dalam cara yang menguntungkan atau merugikan terhadap suatu obyek
(Sciffman dan Kanuk 2007). Environmental attitudes adalah perhatian pada
lingkungan nampak seperti suatu kepercayaan yang spesifik yang mana sebagian
besar melekat pada struktur kognitif dan harus dipertimbangkan sebagai suatu
pendapat dibandingkan sikap.
Sikap terhadap lingkungan (environmental attitudes) juga berarti sebuah
konsep dari teori sikap yang dibentuk dari kepercayaan dan pengaruh dari objek
tertentu. Lingkungan lah yang menjadi objek disini (environmental), namun
sangat sulit untuk didefinisikan dan telah memiliki implikasi dalam penelitian
umum mengenai sikap terhadap lingkungan (environmental attitudes). Sedangkan
sikap (attitudes) berdasarkan kepada nilai, yaitu memiliki struktur horizontal dan
vertikal dan cenderung dari umum menjadi lebih spesifik. Secara keseluruhan
pernyataan di atas dapat mempengaruhi keseluruhan dari struktur (Heberlein
1980).
Gaya hidup
Menurut Sutisna (2002), gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara
hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktifitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan),
dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di
sekitarnya (pendapat). Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup

dan menghabiskan waktu serta uangnya (Engel 1994). Gaya hidup mencerminkan
pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia
menggunakan waktu dan uang (Solomon 1994).
Menurut Kasali (1998) gaya hidup akan mempengaruhi keinginan
seseorang untuk berperilaku dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi
seseorang.
Engel (1995) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola dimana orang hidup
dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi
konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel
lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen.”
Sedangkan menurut Assael (1995) gaya hidup didefinisikan sebagai “A mode of
living that is identified by how people spend their time (activities), what they
consider important in their environment (interest), and what they think of
themselves and the world around them (opinions).”
Harga
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) harga didefinisikan secara sempit
adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Secara luas
didefenisikan sebagai sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa,
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk jasa tersebut. Dari defenisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa untuk memiliki atau memperoleh manfaat dari suatu produk
atau jasa, konsumen/ pelanggan dibebankan sejumlah uang untuk ditukarkan
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sumarsono, Yayat Giyatno tahun 2012, hasil
penelitian menunjukkan Tidak terdapat pengaruh positif dari pengetahuan
konsumen terhadap informasi-informasi lingkungan yang terdapat pada kemasan
produk terhadap keputusan pembelian produk detergen ramah lingkungan.
Terdapat pengaruh positif dari sikap konsumen terhadap dampak perilaku
konsumsi pada lingkungan terhadap keputusan pembelian produk detergen ramah
lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fathor. A. S tahun 2012, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Variabel nilai individu tidak berpengaruh terhadap perilaku
ekologis konsumen. Variabel pengetahuan tidak berpengaruh terhadap perilaku
ekologis konsumen. Variabel gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku ekologis
konsumen.

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X
45
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Wonosobo, Populasinya adalah
perempuan atau gadis yang berumur 15 tahun keatas dengan jumlah sampel
perempuan atau gadis yang berumur 15 tahun keatas yang tinggal di
Kabupaten Wonosobo. Penarikan sampel dari populasi menggunakan metode
purposive sampling dengan kriteria perempuan atau gadis yang dijadikan
sampel adalah perempuan atau gadis yang mengkonsumsi produk kosmetik
wardah sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, dengan asumsi
bahwa perempuan atau gadis yang mengkonsumsi produk kosmetik wardah
telah mengenal kualitas bahan bahan yang di pakai dalam pembuatan produk
kosmetik wardaah yaitu sebanyak 89.
Teknik pengambilan sampling dengan metode purposive sampling
dengan memberikan kuesioner yang dibuat dalam bentuk skala likert. Setiap
pernyataan disediakan 5 alternatif jawaban yang memiliki skor 1 s/d 5, yaitu
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Kuesioner akan dibagikan secara langsung kepada
responden dengan harapan tingkat response rate tinggi.
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
analisis kuantitatif yaitu hasil penelitian ini diperoleh dari angka-angka
statistik yang kemudian di deskripsikan kedalam kalimat.
Uji analisis data yang digunakan adalah Uji kualitas data (uji validitas, uji
reliabilitas), Uji asumsi klasik ( uji multikolonieritas, uji Heteroskedastisitas,
uji Normalitas, Autokorelasi), analisis regresi berganda serta uji hipotesis (uji
t dan uji F) dan Koefisien Determinasi (R²).
Adapun bentuk persamaan regresinya adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei
Keterangan :
Y = Keputusan pembelian

46
a = Konstanta
b1,......., b5 = Koefisien Regresi
X1 = Isu lingkungan
X2 = Sikap terhadap lingkungan
X3 = Gaya hidup
X4 = Harga
e = Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
4.1.1. Data Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner
kepada masyarakat di Kabupaten Wonosobo. perempuan atau gadis
yang berumur 15 tahun keatas yang tinggal di Kabupaten Wonosobo.
Penarikan sampel dari populasi menggunakan metode purposive
sampling dengan kriteria perempuan atau gadis yang dijadikan
sampel adalah perempuan atau gadis yang mengkonsumsi produk
kosmetik wardah sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 3 bulan
terakhir. Adapun batas waktu penyebaran kuesioner adalah 1
minggu dan kuesioner yang dibagikan berjumlah 89.

47
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Dan Tingkat Pengembaliannya Kuesioner
Responden Diseb
ar
Kem
bali Gugur
Dipak
ai
Konsumen
Wardah 89 89 0 89
Jumlah 89 89 0 89
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Dari seluruh kuesioner yang dibagikan kepada responden
sebanyak 89 orang. Sebanyak 89 kuesioner yang kembali (100%).
Dari 89 kuesioner yang kembali tidak ada yang cacat, sehingga
semua data digunakan dalam penelitian ini.
4.1.2. Karakteristik Responden
1. Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dibedakan
menjadi 5 kelompok yaitu 15-25 Tahun, 26-35 tahun, 36-45
tahun, 46-55 tahun dan >55 tahun. Berdasarkan umur responden
disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2
Umur Responden

48
Frequ
ency
Perc
ent
Vali
d
Perc
ent
Cumulati
ve
Percent
V
ali
d
15-25
Tahun
5 5.6 5.6 5.6
26-35
Tahun
10 11.2 11.2 16.9
36-45
Tahun
57 64.0 64.0 80.9
46-55
Tahun
5 5.6 5.6 86.5
>55
Tahun
12 13.5 13.5 100.0
Total 89 100.
0
100.
0
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden terbanyak
adalah yang berumur 36-45 tahun sebanyak 57 (64%)
responden, yang berumur >55 tahun sebanyak 12 (13,5%), yang
berumur 26-35 tahun sebanyak 10 (11,2%), yang berumur 15-25
tahun sebanyak 5 (5,6%) dan yang berumur 46-55 Tahun
sebanyak 5 (5,6%) responden.
2. Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dibedakan
menjadi 5 kelompok yaitu SD, SMP, SMA, Diploma dan

49
Sarjana. Berdasarkan pendidikan responden disajikan dalam
tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Pendidikan
Frequ
ency
Perc
ent
Valid
Percen
t
Cumulative
Percent
V
ali
d
SD 9 10.1 10.1 10.1
SMP 27 30.3 30.3 40.4
SM
A
40 44.9 44.9 85.4
Dipl
oma
8 9.0 9.0 94.4
Sarja
na
5 5.6 5.6 100.0
Total 89 100.
0
100.0
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang
terbanyak adalah SMA sebanyak 40 (44,9%) responden,
responden yang berpendidikan SMP sebanyak 27 (30,3%)
responden, responden yang berpendidikan SD sebanyak 9
(10,1%) responden, responden yang berpendidikan Diploma
sebanyak 8 (9,0%) dan responden yang berpendidikan Sarjana
sebanyak 5 (5,6%) responden.

50
4.1. Hasil Analisis Data
4.2.1 Uji Sikap lingkungan Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2006). Uji validitas yang digunakan adalah
dengan menghitung korelasi bivariate antara masing-masing
skor indikator dengan total skor konstruk. Suatu indikator
dikatakan valid apabila korelasi antara masing-masing indikator
menunjukkan hasil yang signifikan pada tingkat 0,00 dan 0,05.
Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
Variabel Kisaran
Korelasi
Signifikansi Keterangan
Isu
lingkungan
0,473**
-
0,792**
0,00 Valid
Sikap
terhadap
lingkungan
0,618**
-
0,864**
0,00 Valid
Gaya
hidup
0,939**-
0,951** 0,00 Valid
Harga 0,840**
- 0,00 Valid

51
0,905**
Keputusan
pembelian
0,708**
-
0,891**
0,00 Valid
Sumber: Lampiran 5, 2014
Variabel kompetensi mempunyai kisaran korelasi antara
0,473 sampai 0,792 dan signifikan pada tingkat 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan tentang Isu
lingkungan yang mengukur variabel kompetensi dapat
dinyatakan valid. Variabel Sikap lingkungan mempunyai kisaran
korelasi antara 0,618 sampai 0,864 dan signifikan pada tingkat
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan
tentang Sikap lingkungan yang mengukur variabel Sikap
lingkungan dapat dinyatakan valid. variabel Gaya hidup
mempunyai kisaran korelasi antara 0,939 sampai 0,951 dan
signifikan pada tingkat 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan tentang Gaya hidup yang mengukur
variabel Gaya hidup dapat dinyatakan valid. Variabel harga
mempunyai kisaran korelasi antara 0,840 sampai 0,905 dan
signifikan pada tingkat 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan tentang harga yang mengukur variabel
harga dapat dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas

52
Uji konsistensi internal (uji reliabilitas) dilakukan dengan
menghitung koefisien (Cronbach) alpha dari masing-masing
variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabel tersebut
dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien cronbach
alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly dalam Imam Ghozali, 2001).
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Variabel -
hit
T
an
da
-
bata
s
Keteran
gan
Isu
lingkungan
0,7
45
> 0,7 Reliabel
Sikap
terhadap
lingkungan
0,9
00
> 0,7 Reliabel
Gaya hidup 0,9
61
> 0,7 Reliabel
Harga 0,9
40
> 0,7 Reliabel
Keputusan
pembelian
0,9
16
> 0,7 Reliabel
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa hasil
uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel
mempunyai koefisien cronbach alpha yang cukup besar yaitu
diatas 0,70 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur
masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel yang
berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan kuesioner yang handal.

53
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan dengan menganalisis
korelasi antar variabel independen pada nilai Tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (Ghozali, 2006). Jika hasil uji nilai
Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%
(Ghozali, 2006). Selanjutnya dengan melihat VIF jika tidak
terdapat nilai VIF yang lebih dari 10 menunjukkan bahwa antar
variabel independen dalam model regresi tidak terdapat
multikolinieritas. Tabel 4.6 di bawah ini menunjukkan ringkasan
dari hasil uji multikolinieritas.
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel
Independen
Collinearity
Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
Isu lingkungan .946
1.
0
5
7
Tidak ada
multikolinieritas
Sikap terhadap
lingkungan .982
1.
0
1
8
Tidak ada
multikolinieritas
Gaya hidup .953 1.
0
5
Tidak ada
multikolinieritas

54
0
Harga .988
1.
0
1
3
Tidak ada
multikolinieritas
Sumber: Data Primer diolah, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang
dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF juga menunjukkan
hal yang sama yaitu tidak ada satu pun variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel
independen dalam model regresi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk melakukan pengujian terhadap
asumsi ini dilakukan dengan menggunakan analisis dengan
grafik plots. Apabila titik-titik menyebar secara acak baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y maka dinyatakan
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

55
Gambar 4.1.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer diolah, 2015

56
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi, variabel residual memiliki harga normal.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
statistik non-parametik One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test.
Nilai signifikansi dari residual yang terhargakan secara normal
adalah jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) dalam uji One-Sample
Kolmogorof-Smirnof Test lebih besar dari α = 0,05. Uji
normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandar
dized
Residual
N 89
Normal
Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.3484844
3

57
Most Extreme
Differences
Absolute .148
Positive .077
Negative -.148
Kolmogorov-
Smirnov Z
1.396
Asymp. Sig. (2-
tailed)
.081
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Primer diolah, 2015
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan
normalitas dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-
Smirnof Test memiliki probabilitas tingkat signifikansi di atas
batas α = 0,05 yaitu 0,081. Hal ini berarti dalam model regresi
terdapat variabel residual atau variabel pengganggu yang
terharga secara normal.
4. Uji Autokorelasi
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai Durbin
Watson menunjukkan angka 1,579. Nilai dl dan du didapat
dengan melihat tabel Durbin Watson dengan n = 89 dan k = 4.
Nilai dl sebesar 1,5627 dan nilai du sebesar 1,7501. Dengan
demikian nilai DW berada pada daerah ketidak pastian yang
ditunjukkan dengan dl< dw< du (1,5627 < 1,579 < 1,7501).

58
Gambar 4.2
Pengujian Asumsi Autokorelasi
Sumber : Lampiran 7, 2015
5. Uji Linearitas
Uji terhadap linieritas berguna untuk mengetahui
kebenaran bentuk model empiris yang digunakan dan menguji
variabel yang relevan untuk dimasukkan dalam model empiris.
Dengan kata lain uji linier bermanfaat untuk mengetahui adanya
dw
1,579
0 dL
1,5
627
dU
1,7
501
(4-dU)
2,24
99
(4-dL)
2,43
73
Daerah
Penolakan
Ho
Daerah
Penolakan
Ho
Daerah
Penerimaan
Ho
Daerah
Ketidak
pastian
Daerah
Ketidak
pastian
4

59
kesalahan dalam spesifikasi model. Uji linier yang digunakan
adalah Ramsey, dimana kriterianya bila probabilitas F hitung > a
(5 %), maka spesifikasi model sudah benar (Ghazali, 2005).
Tabel 4.8
Pengujian Linearitas
Model
F Sig.
Isu lingkungan 1,630 0,114
Sikap terhadap
lingkungan
0,955 0,510
Gaya hidup 1,329 0,194
Harga 1,316 0,237
Sumber : Lampiran 7, 2015
Dari table 4.8 terlihat bahwa nilai F hitung < dari nilai F
table 2,73 dan nilai signifikansi > 0,05, maka asumsi Linearitas
dapat diterima (hubungan antara X dengan Y bersifat Linear)
4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda

60
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh isu
lingkungan, Sikap lingkungan, gaya hidup, Harga terhadap
keputusan pembelian. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei
Keterangan :
Y = Keputusan pembelian
a = Konstanta
b1,......., b5 = Koefisien Regresi
X1 = Isu lingkungan
X2 = Sikap terhadap lingkungan
X3 = Gaya hidup
X4 = Harga
e = Error
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program
komputer, hasil output dapat diringkas sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Regresi Linier Berganda
Coefficientsa

61
Model
Unstandardiz
ed
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
B
Std
.
Err
or Beta t
Si
g.
1 (Constant) -
11.8
58
2.5
68
-
4.6
17
.0
0
0
Isu
lingkungan
.571 .10
9
.363 5.227 .0
0
0
Sikap
terhadap
lingkungan
.386 .06
4
.413 6.061 .0
0
0
Gaya hidup .770 .11
3
.472 6.809 .0
0
0
Harga .267 .07
1
.256 3.764 .0
0
0
a. Dependent Variable: Keputusan pembelian
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program
statistik komputer SPSS for Windows Release 17.00 diperoleh hasil
persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = -11,856+ 0,571X1 + 0,386X2 + 0,770X3 + 0,267X4 +
Interprestasi Koefisien Regresi

62
a. = -11,858
Artinya apabila isu lingkungan (X1), Sikap terhadap
lingkungan (X2), gaya hidup (X3), Harga (X4), sama dengan nol,
maka keputusan pembelian (Y) turun sebesar 11,858 dengan
asumsi variabel lain adalah konstan (cateris paribus).
b. b1 = 0,571
Koefisien regresi untuk variabel isu lingkungan (X1)
sebesar 0,571 (searah positif) artinya jika isu lingkungan (X1)
meningkat satu persen, maka keputusan pembelian (Y) akan
meningkat sebesar 0,571 persen dengan ketentuan variabel Sikap
lingkungan (X2), gaya hidup (X3), Harga (X4) konstan.
c. b2 = 0,386
Koefisien regresi untuk variabel Sikap lingkungan (X2)
sebesar 0,386 (searah positif) artinya jika Sikap lingkungan (X2)
meningkat satu persen, maka keputusan pembelian (Y) akan
meningkat sebesar 0,386 persen dengan ketentuan variabel isu
lingkungan (X1), gaya hidup (X3), Harga (X4) konstan.
d. b3 = 0,770
Koefisien regresi untuk variabel gaya hidup (X3) sebesar
0,770 (searah positif) artinya jika gaya hidup (X3) meningkat satu

63
persen, maka keputusan pembelian (Y) akan meningkat sebesar
0,770 persen dengan ketentuan variabel isu lingkungan (X1),
Sikap lingkungan (X2), Harga (X4) konstan.
e. b4 = 0,267
Koefisien regresi untuk variabel Harga (X4) sebesar 0,267
(searah positif) artinya jika Harga (X4) meningkat satu persen,
maka keputusan pembelian (Y) akan meningkat sebesar 0,267
persen dengan ketentuan variabel isu lingkungan (X1), Sikap
lingkungan (X2), gaya hidup (X3) konstan.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis 1, 2, 3, dan 4
yaitu dugaan adanya pengaruh antara variabel independen isu
lingkungan (X1), Sikap lingkungan (X2), gaya hidup (X3), Harga
(X4) secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen Keputusan pembelian (Y). Berikut ini
pengujian untuk masing-masing variabel independen:
a. Pengaruh isu lingkungan terhadap keputusan pembelian
Langkah-langkah pengujian:
1) Ho: b1 = 0 ( variabel isu lingkungan secara individu tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan
pembelian )

64
Ho: b1 0 ( variabel isu lingkungan secara individu
mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan
pembelian )
2) Menentukan tingkat signifikansi
level of significant = 5% = 0,05,
ttabel (df = n-k = 89-4= 85;0,05) = 1,987
3) Kriteria pengujian:
Ho diterima dan Ha ditolak apabila : - t tabel thitung
ttabel
Ho ditolak dan Ha diterima apabila : -thitung - ttabel atau
thitung ttabel
Gambar 4.3. Daerah Penerimaan Ho dan Penolakan Ho
isu lingkungan
4) Kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak atau Ho ditolak
dan Ha diterima
Daerah
Ho ditolak
Daerah
Ho diterima
ttabel
1,987
thitung
5,799
ttabel -1,987
Daerah
Ho ditolak
0

65
Dari hasil olahan data pada tabel 4.6 dapat diketahui
nilai thitung adalah 5,799. Apabila koefisien tersebut diuji
dengan cara membandingkan thitungdengan ttabel ( = 5% =
0,05, df = n-k = 89-4= 85), maka didapatkan hasil bahwa
thitung (5,799) > ttabel (1,987) yang berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya bahwa variabel isu lingkungan secara
individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel keputusan pembelian. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan isu lingkungan
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
diterima.
b. Pengaruh sikap terhadap lingkungan terhadap keputusan
pembelian
Langkah-langkah pengujian:
1) Ho: b2 = 0 (variabel Sikap lingkungan secara individu tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan
pembelian)
Ho: b2 0 (variabel Sikap terhadap lingkungan secara
individu mempunyai pengaruh terhadap variabel
keputusan pembelian)

66
2) Menentukan tingkat signifikansi
level of significant = 5% = 0,05,
ttabel (df = n-k = 89-4= 85;0,05) = 1,987
3) Kriteria pengujian:
Ho diterima dan Ha ditolak apabila : - t tabel thitung
ttabel
Ho ditolak dan Ha diterima apabila : -thitung - ttabel atau
thitung ttabel
Gambar 4.4 Daerah Penerimaan Ho Dan Penolakan Ho
Variabel Sikap lingkungan
4) Kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak atau Ho ditolak
dan Ha diterima
Dari hasil olahan data pada tabel 4.6 dapat diketahui
nilai thitung adalah 9,002. Apabila koefisien tersebut diuji
dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel ( = 5%
= 0,05, df = n-k = 89-4= 85), maka didapatkan hasil bahwa
thitung 9,002 ttabel 1,987 yang berarti Ho ditolak dan Ha
Daerah
Ho ditolak
Daerah
Ho diterima
ttabel
1,987
thitung
9,002
ttabel -1,987
Daerah
Ho ditolak 0

67
diterima. Artinya bahwa variabel Sikap terhadap
lingkungan secara individu mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel Keputusan pembelian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 yang menyatakan
sikap lingkungan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian diterima.
c. Pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian
Langkah-langkah pengujian:
1) Ho: b3 = 0 ( variabel gaya hidup secara individu tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan
pembelian )
Ho: b3 0 (variabel gaya hidup secara individu
mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan
pembelian)
2) Menentukan tingkat signifikansi
level of significant = 5% = 0,05,
ttabel (df = n-k = 89-4= 85;0,05) = 1,987
3) Kriteria pengujian:

68
Ho diterima dan Ha ditolak apabila : - t tabel thitung
ttabel
Ho ditolak dan Ha diterima apabila : -thitung - ttabel atau
thitung ttabel
Gambar 4.5. Daerah Penerimaan Ho dan Penolakan Ho
Variabel Gaya hidup
4) Kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak atau Ho ditolak
dan Ha diterima
Dari hasil olahan data pada tabel 4.6 dapat
diketahui nilai thitung adalah 6,539. Apabila koefisien
tersebut diuji dengan cara membandingkan thitung dengan
ttabel ( = 5% = 0,05, df = n-k = 89-4= 85), maka
didapatkan hasil bahwa thitung ( 6,539) ttabel ( 1,987 ) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa
variabel gaya hidup secara individu mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel keputusan pembelian.
Daerah
Ho ditolak
Daerah
Ho diterima
ttabel
1,987
thitung
6,539
ttabel -1,987
Daerah
Ho ditolak 0

69
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 yang menyatakan
gaya hidup berpengaruh terhadap Keputusan pembelian
diterima.
d. Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian
Langkah-langkah pengujian:
1) Ho: b4 = 0 ( variabel harga secara individu tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan
pembelian )
Ho: b4 0 ( variabel harga secara individu mempunyai
pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian )
2) Menentukan tingkat signifikansi
level of significant = 5% = 0,05,
ttabel (df = n-k = 89-4= 85;0,05) = 1,987
3) Kriteria pengujian:
Ho diterima dan Ha ditolak apabila : - t tabel thitung
ttabel
Ho ditolak dan Ha diterima apabila : -thitung - ttabel atau
thitung ttabel

70
Gambar 4.6. Daerah Penerimaan Ho dan Penolakan Ho
Variabel Harga
4) Kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak atau Ho ditolak dan
Ha diterima
Dari hasil olahan data pada tabel 4.6 dapat
diketahui nilai thitung adalah 5,702. Apabila koefisien
tersebut diuji dengan cara membandingkan thitung dengan
ttabel ( = 5% = 0,05, df = n-k = 89-4= 85), maka
didapatkan hasil bahwa thitung (5,702) ttabel ( 1,987 ) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa
variabel harga secara individu mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel keputusan pembelian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 yang menyatakan
Daerah
Ho ditolak
Daerah
Ho diterima
ttabel
1,987
thitung
5,702
ttabel -1,987
Daerah
Ho ditolak 0

71
harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian
diterima.
2. Pengujian Secara Simultan
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel atribut
produk secara simultan terhadap keputusan pembelian.
Tabel 4.10
Uji F
ANOVAb
Model
Sum
of
Squ
ares df
Me
an
Squ
are F
Si
g.
1 Regressi
on
779.
006
4 194
.75
2
33.
70
6
.0
00a
Residual 485.
353
84 5.7
78
Total 126
4.36
0
88
a. Predictors: (Constant ), Harga, Isu lingkungan, Sikap
lingkungan, Gaya hidup
b. Dependent Variable: Kepuasan
Sumber : Data Primer diolah, 2015

72
Perumusan hipotesis
a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 (Tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel isu lingkungan, Sikap terhadap
lingkungan, gaya hidup, Harga, terhadap keputusan
pembelian secara simultan).
b. Ha : b1 = b2 = b3 = b4 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan
antara variabel isu lingkungan, Sikap terhadap lingkungan,
gaya hidup, Harga terhadap keputusan pembelian secara
simultan).
Kriteria pengujian
a. Bila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, artinya secara simultan
variabel isu lingkungan, Sikap lingkungan, gaya hidup, Harga
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian .
b. Bila Fhitung > Ftabel, maka Ho diterima, artinya secara simultan
variabel isu lingkungan, Sikap terhadap lingkungan, gaya
hidup, Harga tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian .
Dengan level of significant (α) 5 % dan df = n-k- = 89-4-1
= 84, diperoleh F-tabel = 2,48.
Statistik uji F = 33,706.
Hasil uji :
Diperoleh nilai Fhitung = 33,706> Ftabel = 2,48, maka Ho
ditolak atau Ha diterima, artinya ada pengaruh secara simultan

73
antara isu lingkungan (X1), Sikap terhadap lingkungan (X2), gaya
hidup (X3), Harga (X4), terhadap keputusan pembelian (Y).
Gambar 4.7 Kurva Normal Penentuan Daerah Penerimaan Uji F
3. Pengujian R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien Determinasi (R2) ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan secara komprehensif terhadap variabel
dependen. Nilai Koefisien Determinasi (R2)mempunyai range
antara 0-1. Semakin besar R2
mengindikasikan semakin besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen.
Tabel 4.11
Uji Determinasi
Ftabel 2,48 Fhitung 33,706
Daerah
penerimaan Ho Daerah penolakan
Ho

74
Model Summaryb
M
od
el
R
R
Squar
e
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .785a .616 .598 2.404
a. Predictors: (Constant), Harga, Gaya Hidup, Sikap Lingkungan,
Isu Lingkungan
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Hasil dari regresi diperoleh R2 (Koefisien Determinasi)
sebesar 0,616 artinya variabel dependen (Y) dalam model
keputusan pembelian (Y) dijelaskan oleh variabel independen
(X) yaitu isu lingkungan (X1), Sikap terhadap lingkungan (X2),
gaya hidup (X3), Harga (X4) sebesar 61,6%, sedangkan sisanya
sebesar 38,6% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan
di dalam model.

75

76
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengaruh isu lingkungan, sikap
lingkungan, gaya hidup dan harga terhadap keputusan pembelian adalah sebagai berikut
:
1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung isu lingkungan sebesar 5,799
lebih besar dari ttabel (1,987), maka nilai thitung berada di daerah penolakan Ho
sehingga keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Isu lingkungan terhadap
keputusan pembelian. Dengan demikian hipotesis 1 diterima
2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sikap terhadap lingkungan
sebesar 9,002 lebih besar dari ttabel (1,987), maka nilai thitung berada di daerah
penolakan Ho sehingga keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap terhadap
lingkungan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian hipotesis 2 diterima
3. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung gaya hidup sebesar 6,539 lebih
besar dari ttabel 1,987, maka nilai thitung berada di daerah penolakan Ho sehingga
keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh yang positif dan signifikan gaya hidup terhadap keputusan pembelian.
Dengan demikian hipotesis 3 diterima

77
4. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung harga sebesar 5,702 lebih besar
dari ttabel (1,987), maka nilai thitung berada di daerah penolakan Ho sehingga
keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh yang positif dan signifikan antara harga terhadap keputusan
pembelian . Dengan demikian hipotesis 4 diterima
5. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung sebesar 337,06 lebih besar daripada
Ftabel (2,48) dengan signifikansi F sebesar 0,000< 0,05. maka keputusannya menolak
Ho dan menerima Ha. Dengan demikian secara simultan kelima variabel
independen yaitu variabel isu lingkungan (X1), sikap terhadap lingkungan (X2),
gaya hidup (X3), harga (X4) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi
keputusan pembelian (Y). Dengan demikian hipotesis 5 diterima.
5.2. Saran
Ada beberapa saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini kepada produsen
kosmetik Wardah maupun produsen kosmetik yang ramah lingungan lainnya antara
lain:
1. Isu lingkungan dan sikap terhadap lingkungan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian sehingga Perusahaan harus tetap melakukan edukasi
dan kampanye kepada maysarakat tentang pentingnya kesadaran akan lingkungan
dan manfaat yang bisa mereka ambil dari pemakainan produk kosmetik ramah
lingkungan.caranya dengan mengiklankan produk merek kepada masyarakat baik
melalui media televisi, media cetak,maupun media luar ruang sebagai sarana yang
efektif untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan
lingkungan. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan pelestarian dan

78
pemeliharaan lingkungan maka akan meningkatkan keputusan pembelian terhadap
produk ramah lingkungan.
2. Gaya hidup menjadi faktor signifikan yang mempengaruhi seseorang dalam
melakukan pembelian produk ramah lingkungan.Perusahaan dapat memanfaatkan
hal ini dengan menciptakan produk produk yang inovatif dan berkelas sehingga
orang yang memakai produk mereka akan merasa bangga dan meningkatkan status
sosial mereka.
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara harga terhadap keputusan
pembelian.Kami sarankan kepada perusahaan dalam penetapan harga suatu produk
agar memperhatikan antara kualitas produk dan harga jual yang di tetapkan.Buat
harga yang kompetitif tapi tetap dengan menyuguhkan produk yang lebih baik dan
tentu saja ramah lingkungan.
4. Karena secara simultan kelima variabel independen yaitu variabel isu lingkungan,
sikap lingkungan, gaya hidup dan harga secara bersama-sama signifikan
mempengaruhi keputusan pembelian maka perusahaan dapat mengkombinasikan
kelima hal tersebut di dalam strategi produksi dan pemasarannya untuk
meningkatkan keputusan pembelian produk ramah lingkungan.
5.3. Agenda penelitian mendatang
Bagi para mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang sejenis hasil yang
ditemukan dalam penelitian ini agar dapat dijadikan sumber ide dan masukan bagi
pengembangan penelitian ini dimasa yang akan datang, maka perluasan yang
disarankan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. menambah variabel independen yang mempengaruhi keputusan pembelian.

79
2. Untuk alat analisis yang dianjurkan dalam penelitian mendatang bisa menggunakan
analisis SEM agar hasilnya lebih dapat bisa digeneralisasikan.
3. Menggunakan produk lain sebagai bahan penelitian selain produk kosmetik wardah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. 2014. Pengaruh Variable Antesden Perilaku Konsumen Berwawasan Lingkungan
Mahasiswa Universitas Sains Al Quran Jawa Tengah di Wonosobo dengan
Pendekatan Theory of Planned Behavior. Tesis. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Assael, Henry, 1995. Costumer Behavior And Marketing Action.Keat Publishing Company,
Boston.

80
Attayaya. 2009.Pemasaran berwawasan lingkungan hidup di akses dari
http://members.fortunecity.com/lingkungan/artikel/gerakan
khijau.html.Tuesday,Oktober 27,2009 jam 19:00
Ayu dan Noviasari, Marhadi, Nursyamsi 2013. Pengaruh Strategi Green Marketing Pada
Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Rumah Di
Perumahan PT. Asta Karya Pekanbaru
Campbell IM. 1983. Biomass, Catalyst and Liquid Fuels. Technomic Publishing Co. Inc,
Pensylvania.
Cason TN, Gangadharan L. 2002.Environmental labeling and incomplete consumer
information in laboratory markets Journal of Environmental Economics and
Management.Volume 43 Pages113-134.Academic Press
Chan, Y.K.R. 1999, "Environmental attitudes and behaviour of consumers in China: survey
findings and implications".Journal of International Consumer Marketing, Vol. 11 No.
4, pp. 25-53. Chan 2001
______Corporate Social Responsibility.Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2006.
De Young, R. 1986. Some psychological aspects of recycling: The structure of conservation
satisfactions. Environment and Behavior, 18, 435-449
Engel 1995
Engel, dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Terjemahan, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
Engel,J.F.,Blackwel,R.D., Miniard,P.W. 1995.Consumer Behavior.Vol.8 Edition.Forth
Worth,Texas:The Dryden Press.
Fang Chen,Mei.2009.Attitude toward organic foods among taewanese as related to health
consciousness,environmental attitudes and the mediating effect of a healthy
lifestyle.British food Journal.Vol.III No.pp.165-178
Fathor. A. S 2012. Pengaruh Nilai Individu, Pengetahuan Dan Gaya Hidup Terhadap
Penentu Perilaku Ekologis Konsumen.

81
Ferdinand, Augusty 2006.Penelitian Manajemen, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Fryxell, G. and C. Lo. 2003 The influence of environmental knowledge and values on
managerial behaviors on behalf of the environment: an empirical examination of
managers in China. Journal of Business Ethics, 46, pp: 45–59.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haryadi,Hendi. 2009.Administrasi perkantoran untuk manajemen dan staf.Jakarta
Selatan:Trans Media Pustaka.
Hawkins, Best, Coney. 2005. Consumer Behavior : Building Marketing Strategy. USA,
Boston : Mc Graw-Hill.
Heberlein,Thomas A.Madison,Wisconsin. 1980 Enfironmental Attitudes 2/81,241-270.
Kasali, Rhenald. 1995, Manajemen Pergaya hidupan: Konsep dan Aplikasinya diIndonesia,
Edisi empat. PAU Ekonomi UI, Jakarta.
Kohlberg, L. 1969, Stage and Sequence: The Cognitive Development Approach
Kortenkamp dan Moore. 2006.time,Uncentainty,and indifidual Differences in decisions to
Coperate in Recource Dillemans.Personality and SociallPsicology Bulletin.Vol
32,603-615.
Kotler dan Armstrong 2008. Dasar – dasar pemasaran. Jakarta : Prenhallindo.
Kotler, Philip 2004.Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan Pengendalian , Edisi
Kedelapan, Jakarta : Erlangga.

82
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Kontrol. Jakarta : PT. PrehallindoKotler, Philip 2002. Manajemen Pemasaran : Alih
Bahasa, Alexander Sindoro, Jakarta : Prenhalindo.
Laroche, M., Bregeron, J., & Forleo, G.B. 2001. Targeting consumers who are willing to pay
more for environmentally friendly product. Journal of Consumer Marketing, 18, 6,
503-520.
Monroe, Allard C.R. Van Riel et al., 2005. Marketing Antecedent of Industrial Brand Equity:
An Empirical Investigation in Spesialty Chemical. Industrial Marketing Management
(12) 841- 847.
Mowen dan Minor 1998.Consumer Behavior Vol.5 Edition New Jersey:Prentice Hall.
Mowen, John, C., dan Minor, M., (2002), Perilaku Konsumen Jilid 1, Edisi Kelima
(terjemahan), Erlangga, Jakarta.
Naess, Arne. 1973. The Shallow and the deep,Long-Range Ecology Movemen
Nawawi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: UGM Press
Peter, J. Paul dan Jerry C Olson. 2002. Perilaku konsumen dan strategi pemasarann.
Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Piaget 1958. The Growth of Logical Thinking from Childhood to Adolescence. New York:
Basic Books.
Purwati, Heri Setiawan dan Rohmawati 2012. Pengaruh Isu lingkungan Dan Sikap
lingkungan Terhadap Keputusan pembelian Motor Honda Matic Beat (Studi Kasus
Pada PT. Nusantara Solar Sakti).
Rahmansyah,Deka 2013.Analisis factor factor Yang Mempengaruhi pembelian Ulang produk
Pada Toko Tauko Medan.Universitas Sumatra Utara.

83
Ranogejec et al. 2009. Consumers' attitudes analysis regarding organic food in Eastern
Croatia. University of J. J. Strossmayer in Osijek, Faculty of agriculture, Department
for agricultural economics, Trg Svetog Trojstva 3, HR-31000 Osijek, Croatia.
Schifferstein, H. N. J., & Oude Ophuis P. A. M. (1998). Health-related determinants of.
Consumer Behavior.Vol 5. New Jersey:Prentice Hall.
Schiffman, L.G dan Kanuk, L.L. 1991. Consumer Behaviour. 4th Ed. New Jersey : Prentice
Hall.
Schiffman, L.G dan Kanuk, L.L. 1994. Consumer Behaviour. 5th Ed. New Jersey : Prentice
Hall.
Schiffman, L.G., and Kanuk, L.L. 1997. Consumer behavior 6th ed.. USA: Prentice Hall
Inter-national, Inc.
Solomon.M.R 1994.Consumer Behavior,Buying,Having and Being 4th
Editions.New Jersey
Prentice Hall.
Sproles G. B. & Kendall, E. L. 1986. A methodology for profiling consumers’
decision making styles. Journal of Consumer Affairs, 20(2), 267-279.
Sugiyono 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sumarsono, Yayat Giyatno 2012.Analisis Sikap Dan Pengetahuan Konsumen Terhadap
Ecolabelling Serta Pengaruhnya Pada Keputusan Pembelian Produk Ramah
Lingkungan.
Sumarwan, Ujang. 2003. “ Perilaku Konsumen “. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sutisna,2002. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, cetakan kedua, PT Remaja
Rosdakarya.
Swasta.Basu.1997.Azas-azas Marketing,Liberty:Jakarta.

84
Swastha, Basu DH. 2006, Asas-asas Marketing, Edisi IV, Yogyakarta : Liberty.
Swastha, Basu DH. 2007, Asas-asas Marketing, Edisi V , Yogyakarta : Liberty.
Swastha,Basu DH. 2003. Asas-asas Marketing, Edisi III , Yogyakarta : Liberty.
Thompson, S.C., Cagnon and Barton, M.A., 1994. Ecocentric and athroposentric attitudes
toward the environtment, Journal of Environment Psychology, Vol 14, 149-157.
Tjiptono, Fandi 2002. Strategi Pemasaran, Edisi Ketiga, Jogjakarta, Andi Offset.
Wibowo, S.F. dan Karimah, M.P. 2012. Pengaruh Iklan Televisi dan Harga terhadap
Keputusan Pembelian Sabun Lux (Survei pada Pengunjung Mega Bekasi Hypermall).
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). Vol. 3, No. 1. h.1-15. Yulindo
2013.
Zulkarnain, Windi Yulisa Dan Ulfah. 2013.Pengaruh Kemasan, Kualitas, Merek Dan Isu
lingkungan Terhadap Keputusan pembelian Sampo Pantene Pada Mahasiswa. Jurnal,
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.