wilayah kesesuaian budidaya tanaman jambu mete di gunungkidul
Post on 29-Jan-2016
70 views
Embed Size (px)
DESCRIPTION
File ini merupakan hasil tugas akhir mata kuliah Sistem Informasi Geografi. Menjelaskan bagaimana kesesuaian wilayah budi daya tanaman jambu mete di GunungkidulTRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
WILAYAH KESESUAIAN BUDIDAYA TANAMAN JAMBU METE
DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TUGAS
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
TRIFANI TAURUSIANA PRIHANTINI
1306363651
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........... i
BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................. 3
2.1 Sistem Informasi Geografis................................... 3
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Mete..................................................................................... 3
2.3 Ketinggian dan Suhu ................................................................................................................. 4
2.4 Curah Hujan .............................................................................................................................. 5
2.5 Kemiringan Lereng ................................................................................................................... 5
BAB III... 6
METODOLOGI PENELITIAN .................... 6
3.1 Kajian Literatur ......... 6
3.2 Wilayah Penelitian .... 6
3.3 Variabel Penelitian ... 6
3.4 Pengumpulan Data ... 6
3.5 Pengolahan Data dan Peta........................ 7
ii
3.6 Analisis Data .... 8
3.7 Matriks Penelitian ... 9
3.8 Query .. 10
BAB IV ........................................................................................................................................ 11
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................................................... 11
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....... 11
4.2 Topografi .... 11
4.3 Cuaca dan Iklim .. 12
4.4 Potensi Wilayah .. 13
BAB V........................................................................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................ 14
BAB VI......................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN..................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17
LAMPIRAN PETA .. 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jambu mete merupakan tanaman buah yang berasal dari Brasil yang dapat
ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia. Jambu mete sudah tidak asing di Indonesia
terutama kacang mete yang sangat popular untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut Fahmi (2015) pengembangan jambu mete di Indonesia berlangsung sangat
cepat. Pada periode 1990-1994, laju pertumbuhannya menduduki urutan ketiga setelah
kakao dan kelapa sawit (Nogoseno, 1996). Pada tahun 2003, luas areal jambu mete telah
mencapai 581.641 ha dengan produksi 112.509 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan,
2004). Meskipun luas areal terus meningkat, produktivitas jambu mete Indonesia masih
rendah (200-350 kg/ha), jauh di bawah India atau Vietnam yang masing-masing mencapai
1.000 dan 800 kg/ha (Chau, 1998; Rao, 1998).
Jambu mete merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai strategis dalam
pembangunan agribisnis perkebunan, karena sangat terkait dengan sektor industri otomatif
makanan / minuman, kosmetik, pestisida nabati dan pakan ternak. Kacang mete di pasar
dunia termasuk salah satu produk yang mewah (luxury) dan lebih disukai dibandingkan
kacang tanah atau almond (Rao, 1998; Mandall, 2000 dalam Fahmi 2015).
Seluruh bagian tanaman jambu mete ini dapat dimanfaatkan. Akar pohon jambu
mete bermanfaat sebagai pencuci perut. Daunnya yang masih muda apan dimakan sebagai
lalapan, sedangkan yang tua digunakan untuk mengobati luka bakar. Kulit batang pohon
jambu mete mengandung cairan yang berkhasiat sebagai obat kumur untuk sariawan, serta
digunakan untuk bahan tinta atau bahan pewarna. Batang pohonnya juga menghasilkan
gum atau blendok untuk bahan perekat kuku dan juga sebagai anti ngengat. Buah jambu
mete dapat diolah menjadi sari buah mete, anggur mete, manisan, selai, buah kalengan, dan
jem jambu mete. Biji jambu mete (kacang mete) biasa dinikmati oleh masyakarakat dengan
cara digoreng atau dicampur untuk membuat kue atau coklat. Kulit biji jambu
metemengandung cashew nut shell liquid (CNSL) yang dapat digunakan untuk bahan
2
pelumas, insektida, pernis, plastik, dan lain-lain. Selain itu jambu mete juga berkhasiat
sebagai obat untuk berbagai macam penyakit.
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi lahan yang sesuai untuk budidaya
tanaman jambu mete, namun masih sedikit lahan yang dimanfaatkan oleh petani untuk
budidaya tanaman jambu mete. Komoditi utama pertanian dan perkebunan di Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah padi, palawija, kopi, serta kelapa. Oleh karena itu penting
untuk mengetahui kesesuaian lahan yang potensial untuk tanaman jambu mete agar dapat
dimanfaatkan dengan baik dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam hal ini penulis ingin meneliti bagaimana pola wilayah kesesuian lahan
tanaman jambu mete di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.3 Tujuan Penulisan
Penelitian yang berjudul Wilayah Kesesuaian Budidaya Tanaman Jambu Mete di
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta bertujuan untuk menentukan
kesesuian lahan potensial tanaman jambu mete di Kabupaten Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
1.4 Batasan Masalah
Geomer untuk analisis adalah Kabupaten Gunungkidul berbatasan dengan
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di sebelah Barat, Kabupaten Klaten dan
Kabupaten Sukoharjo di sebelah Utara, Kabupaten Wonogiri di sebelah Timur, serta
Samudera Hindia di sebelah Selatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi Geografis
Menurut Burrough (Dalam Koestoer, R. 2004) Sistem Informasi Geografis (SIG)
merupakan koleksi informasi yang terorganisir dalam suatu perangkat computer, baik
perangkat keras maupun lunak, dan didesain secara efisien, sehingga informasinya dapat
diretrieve, dikompilasi, diperbaharui, dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk informasi
geografis sebagai referensi.
Dalam penerapannya Gunn (Dalam Koestoer, R. 2004) menyatakan bahwa
penerapan SIG telah banyak dimanfaatkan untuk pemetaan bentang alam, sehingga mudah
untuk dianalisis dan hasilnya digunakan untuk perencanaan wilayah.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Mete
Tanaman jambu mete dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1 1200 m dpl,
tetapi batas optimum tumbuhnya tanaman jambu mete hanya sampai ketinggian 700 m dpl.
Suhu harian minimum yang sesuai bagi tanaman jambu mete antara 15 25 C dan
maksimun antara 25 35 C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam
pada suhu harian rata-rata 27 C. Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah
dengan kelembaban nisbi antara 70-80%, tetapi tanaman jambu mete masih dapat tumbuh
pada tingkat kelembaban 60-70%. Daerah yang paling sesuai untuk budidaya jambu mete
ialah di daerah yang mempunyai jumlah curah hujan antara 1.000 2.000 mm/tahun
dengan 4-6 bulan kering (
4
2.3 Ketinggian dan Suhu
Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor pengendali iklim yang berpengaruh
kuat terhadap suhu udara. Suhu udara berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme
terutama fotosintesis dan respirasi tanaman. Pada suhu lingkungan lebih rendah daripada
suhu dasar maka pertumbuhan tanaman berhenti (dorman), sedangkan apabila suhu
lingkungan lebih tinggi dari pada suhu maksimum maka tanaman akan mati (letal). Dari
aspek hubungan iklim-tanaman dikenal suhu kardinal meliputi kisaran kesesuaian suhu
minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tiap kultivar menyebabkan kisaran toleransi
terhadap ketinggian tempat yang berbeda-beda pula untuk tiap jenis kultivar (Nasir dalam
Adie, 2008).
2.4 Curah Hujan
Curah hujan sering disebut juga presipitasi, yaitu air dalam bentuk cair atau padat
yang mengendap ke bumi yang selalu didahului oleh proses kondensasi atau sublimasi atau
kombinasi keduanya dan dilanjutkan dengan kenaikan udara. Salah satu bentuk presipitasi