farmakologi pada lansia.262.2011

31
Terminologi • Menua: proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Upload: ibnuakil

Post on 16-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

farmakologi

TRANSCRIPT

FARMAKOLOGI PADA LANSIA

Terminologi Menua: proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Terminologi Aging: menunjukkan efek waktu, proses perubahan yang bertahap dan spontan, dapat tidak merusak. Cth: kebijaksanaan.Senescence: hilang kemampuan sel membelah dan berkembang penurunan fungsi efisien organisme. Cth: gg memori.Homeostenosis: berkurang cadangan homeostatis selama penuaan pada tiap sistem organ.

Pola penyakit pada lansia :80 % mempunyai satu penyakit kronis dan banyak di antaranya dengan gangguan multisistemMasalah utama : Meningkatnya penyakit degeneratif, gangguan kardiovaskuler, keganasan, serebrovaskuler, kanker, kemunduran fungsi organ multipel (otak,jantung, ginjal, hati, Sex, Mata, Telinga, Muskuloskeletal, Psiko behavioral, dll).Pergeseran Pola pelayanan kesehatan di masyarakat.Masalah sosial akan berdampak pada: Psiko sosial dari individu, kesejahteraan, legal.

Pola penyakit pada lansia (Indonesia) :Arthritis, rheumatismHipertensi, CVDInfeksi saluran napas / paruDiabetesTBC paruKeganasan

Proses MenuaAkumulasi proses Fisiologik & Patologik yang terjadi pada sel-sel organ tubuhParalel dengan bertambahnya usiaBerdampak pada gangguan/menurunnya fungsi organ tubuh.Meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit atau kematian.Proses menua adalah suatu hal tidak terhindarkan.

Secara Cyto-Bio molekulerKematian sel neuron otak secara berangsur mengakibatkan atrofi otak.Berkurangnya serabut-serabut sel saraf.Menurunnya jumlah neurotransmiter tertentuMunculnya Senile plaques di otak (amyloid plaques)

Physical Ageing ProcessKulit : Tidak elastik, Kriput.Rambut : Berubah warna menjadi abu2 atau memutih, mudah rontok. Mata : Presbiopi, Cataract- Pendengaran : Berkurang / tuli- Pengecap : Kurang sensitif- Tinggi badan : Memendek ok degenerasi diskus intervertebralis - Tulang : Osteoporosis, Osteoartrosis, mudah patah Paru2 :Napas pendek, kapasitas paru menurun

- Tonus otot : Berkurang, otot jadi lebih lembek- Paru2 : Napas pendek kapasitas paru menurunPembuluh darah : SklerosisJantung : Reserves Power berkurang- Ginjal & liver : Fungsi menurunHormonal Sex : Menopouse ,andropauseOtak : Jumlah sel neuron berkurang gangguan kognitifUrologi : Inkontinensia Disfungsi ereksi Pembesaran Prostat- Sendi : Nyeri / Rematik

Perubahan Neuro behavioralFungsi Intelektual: - Memori menurun : jangka pendek maupun jangka panjang - Gangguan Konsentrasi - Kemampuan analisis menurun - Kemampuan Eksekutif

Perubahan EmosionalRasa kesepian / EmptynessTakut matiKemandirian menurunFrustasiAssertivenessAttitudes Rejection,self esteem meningkatKepribadian : Cenderung introvertAcute Confusional StateDepresiParaphreniaDementia

Aspek Kehidupan SosialKehilangan : - Status dan peran dalam masyarakat - Companionship - Income - Makna Hidup

Proses penuaan otak berpengaruh pada fungsi kognitifAge Associated Memory Impairment (AAMI) : Perlambatan dalam pemanggilan informasiMild Cognitive Impairment (MCI) : Gangguan memori tidak sesuai dengan usia dan pendidikan, aktifitas harian masih normalDemensia

AbsorbsiPerubahan pada saluran cerna ubah absorbsi obat:pH lambung meningkat, aliran darah ke usus menurunTerjadi penurunan curah jantung dan perubahan waktu pengosongan lambung dan gerak saluran cerna.Kecepatan dan tingkat absorbsi obat tidak berubah pada usia lanjut, kecuali pada: fenitoin, barbiturat, dan prozasin.FARMAKOKINETIK PADA LANSIA

DistribusiIkatan obat dengan protein plasma (albumin, asam alfa 1 protein) dengan sel darah merah dan jaringan tubuh (organ target).Lansia: massa tubuh (tanpa lemak) dan cairan tubuh total menurun, lemak tubuh meningkat. Pada lansia sakit, bergizi buruk atau sangat lemah terjadi penurunan albumin yang signifikan.Terjadi peningkatan fraksi obat bebas dan aktif pada obat dan mempercepat eliminasi obat.

MetabolismeMunculnya efek obat sangat ditentukan oleh kecepatan penyerapan dan cara penyebarannya.Durasi dipengaruhi kecepatan ekskresi: penguraian di hati dan ekskresi metabolit oleh ginjal. Obat sangat mudah diekskresi oleh hati, melalui uptake reseptor di hati dan melalui metabolisme bersihannya tergantung kecepatan pengiriman ke hati oleh darah. Pada usia lanjut, penurunan aliran darah ke hati dan juga kemungkinan pengurangan ekskresi obat yang tinggi terjadi pada labetolol, lidokain, dan propanolol.

EkskresiUmumnya ekskresi obat melalui filtrasi glomerolus dengan proses yang sederhana.Kecepatan ekskresi berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan juga dengan bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan antibiotik golongan aminoglikosida.

EkskresiPada usia lanjut, kecepatan filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 % karena fungsi ginjal dan aliran darah ke ginjal berkurang.Banyak lansia yang fungsi glomerolusnya tetap normal. Fungsi tubulus berkurang, mempengaruhi ekskresi obat (yaitu penicilin dan litium) yang aktif disekresi oleh tubulus ginjal.

INTERAKSI FARMAKOKINETIK: 1. Fungsi GinjalFungsi ginjal berkurang dan creatinine clearance menurun, dengan kadar kreatinin normal dan tanpa penyakit ginjal.Ekskresi obat menjadi berkurang, sehingga memperpanjang intensitas kerjanyaObat dengan half-life panjang perlu diberi dalam dosis lebih kecil bila efek sampingnya berbahaya. Obat yang sering diberikan pada lansia: glibenklamid dan digoksin.

1. Fungsi GinjalGlibenklamid: masa kerja panjang (tergantung besarnya dosis).diberikan dengan dosis terbagi yang lebih kecil (biasanya dosis besar tunggal). Digoksin:waktu-paruh panjang.ES banyak karena peresepan berlebih.Digantikan dengan furosemid untuk payah jantung (first-line drug).

1. Fungsi GinjalKriteria fungsi ginjal: Tidak menggunakan kadar kreatininMenggunakan nilai creatinine-clearance untuk memperkirakan dosis obat yang renal-toxic, misalnya aminoglikoside (gentamisin). Penyakit akut seperti infark miokard dan pielonefritis akut sering sebabkan penurunan fungsi ginjal dan ekskresi obat.

1. Fungsi GinjalBila terjadi penurunan fungsi ginjal, diberikan dosis yang lebih kecil terutama obat dengan batas aman sempit.Alopurinol dan petidin, diberi dalam dosis lebih kecil pada lansia karena memproduksi metabolit aktif,.

2. Fungsi HatiKapasitas hati lebih besar daripada ginjal, sehingga penurunan fungsinya tidak begitu berpengaruh.Penentuan sulit karena peninggian nilai ALT tidak seperti penurunan creatinine-clearance. ALT tidak menunjukkan fungsi tetapi merupakan marker kerusakan sel hati dan karena kapasitas hati sangat besar, kerusakan sebagian sel dapat diambil alih oleh sel-sel hati yang sehat.

2. Fungsi HatiALT juga tidak bisa dipakai sebagai parameter pembatasan penggunaan obat.Anjuran umum: bila ALT >2-3 kali nilai normal sebaiknya mengganti obat dengan yang tidak dimetabolisme oleh hati. Misalnya methylprednisolon, prednison dimetabolisme menjadi prednisolon oleh hati. Kejenuhan metabolisme oleh hati bisa terjadi bila diperlukan bantuan hati untuk metabolisme dengan obat-obat tertentu.

2. Fungsi HatiFirst-pass effect dan pengikatan obat oleh protein (protein-binding) berpengaruh penting secara farmakokinetik. Obat per oral diserap usus, akan melalui Vena porta dan langsung masuk ke hati sebelum memasuki sirkulasi umum. Hati melakukan metabolisme obat yang disebut first-pass effect dan mekanisme ini dapat mengurangi kadar plasma hingga 30% atau lebih.

2. Fungsi HatiKadar dalam plasma merupakan bioavailability suatu produk yang dinyatakan dalam prosentase dari dosis yang ditelan.Obat intra-vena tidak akan melalui hati dahulu tapi langsung masuk dalam sirkulasi umum. Karena itu untuk obat yang mengalami first-pass effect, dosis IV sering jauh lebih kecil daripada dosis oral.

2. Fungsi HatiProtein-binding juga dapat menimbulkan ES serius. Obat yang banyak diikat protein dapat berkompetisi dengan obat lain yang berikatan dengan protein seperti aspirin, sehingga kadar aktif obat pertama meninggi sekali dalam darah dan menimbulkan efek samping. Warfarin, diikat protein (albumin) sebanyak 99% dan hanya 1% merupakan bagian yang bebas dan aktif. Proses redistribusi menyebabkan 1% ini dipertahankan selama obat bekerja.

2. Fungsi HatiBila kemudian diberi aspirin yang 80-90% diikat oleh protein, aspirin menggeser ikatan warfarin dengan protein sehingga kadar warfarin-bebas naik mendadak, yang akhirnya menimbulkan efek samping perdarahan spontan. Aspirin sebagai antiplatelet juga akan menambah intensitas perdarahan. Juga dapat terjadi pada aspirin yang mempunyai waktu-paruh plasma 15 menit. Jarang berpengaruh klinis, tetapi obat yang batas keamanannya sempit dapat membahayakan penderita.

FARMAKODINAMIKFarmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Respon seluler lansia secara keseluruhan akan menurun. Terutama respon homeostatik yang berlangsung secara fisiologis. Obat yang cara kerjanya merangsang proses biokimia selular, intensitas pengaruhnya akan menurun.

FARMAKODINAMIKMisalnya agonis untuk terapi asma bronkial.Diperlukan dosis yang lebih besarPadahal jika dosisnya besar maka ESnya akan besar juga sehingga index terapi obat menurun. Sedangkan obat-obat yang kerjanya menghambat proses biokimia seluler, pengaruhnya akan terlihat bila mekanisme regulasi homeostatis melemah .

INTERAKSI FARMAKODINAMIKInteraksi farmakodinamik pada usia lanjut dapat menyebabkan respons reseptor obat dan target organ berubah, sensitivitas terhadap efek obat berubah dosis harus disesuaikan atau harus dikurangi. Misalnya opiod dan benzodiazepin: efek terhadap SSP. Benzodiazepin dalam dosis normal dapat menimbulkan rasa ngantuk dan tidur berkepanjangan. Klorfeniramin (CTM) diberi dalam dosis lebih kecil.

INTERAKSI FARMAKODINAMIKMekanisme terhadap baroreseptor biasanya kurang sempurna pada usia lanjutBeberapa obat menimbulkan hipotensi ortostatik. Misal: Prazosin (1 adrenergic blocker), Diuretik furosemide dan Antidepresan trisiklik.