isi laporan pkmp dikti 2010 enzim jantung.doc

18
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) menjadi masalah utama kesehatan seiring dengan naiknya kualitas kehidupan (Debashis et al, 2004). Survei World Health Organization (WHO) tahun 2003 mencatat 16,6 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler (Medicastore, 2007) dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia (Indonesian Nutrition Network, 2007). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1992, 1995, dan 2001 menunjukkan penyakit kardiovaskuler menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat, yaitu 16,0%, 18,9% dan 26,4% (Andra, 2007). Penyakit kardiovaskular dapat disebabkan oleh berbagai macam proses, seperti gangguan perfusi darah, kegagalan sirkulasi, proses penuaan, dan serangan radikal bebas terhadap sel-sel tubuh terutama sel otot jantung. Salah satu cara untuk mengurangi kerusakan otot jantung akibat radikal bebas adalah dengan memperkuat sistem pertahanan antioksidan (Anna et al, 2005).. Ketidakseimbangan antara antioksidan dengan oksidan dalam tubuh yaitu lebih besar jumlah oksidan, akan mengakibatkan kerusakan sel atau jaringan tubuh (Pál et al, 2004). Untuk mengatasi hal ini, tubuh memerlukan asupan antioksidan yang dapat diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia (antioksidan sintetik) ataupun antioksidan hasil ekstraksi bahan alami (antioksidan alami) (Trilaksani, 2003). Di era globalisasi ini, masyarakat semakin selektif terhadap apa yang dikonsumsi dan memilih komoditas yang memiliki nilai kesehatan tinggi, serta lebih memilih untuk kembali ke alam (back to nature) (Handajani, 2006). Gerakan memanfaatkan obat alam ini timbul sebagai akibat banyak dijumpainya efek samping yang tidak dikehendaki akibat penggunaan obat kimia murni atau bahan hasil sintetik (Hardono, 1997). Salah satu bahan alami yang kaya akan kandungan antioksidan alami adalah minyak wijen. 1

Upload: erma-safitri

Post on 07-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) menjadi masalah utama kesehatan seiring dengan naiknya kualitas kehidupan (Debashis et al, 2004). Survei World Health Organization (WHO) tahun 2003 mencatat 16,6 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler (Medicastore, 2007) dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia (Indonesian Nutrition Network, 2007). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1992, 1995, dan 2001 menunjukkan penyakit kardiovaskuler menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat, yaitu 16,0%, 18,9% dan 26,4% (Andra, 2007).

Penyakit kardiovaskular dapat disebabkan oleh berbagai macam proses, seperti gangguan perfusi darah, kegagalan sirkulasi, proses penuaan, dan serangan radikal bebas terhadap sel-sel tubuh terutama sel otot jantung. Salah satu cara untuk mengurangi kerusakan otot jantung akibat radikal bebas adalah dengan memperkuat sistem pertahanan antioksidan (Anna et al, 2005).. Ketidakseimbangan antara antioksidan dengan oksidan dalam tubuh yaitu lebih besar jumlah oksidan, akan mengakibatkan kerusakan sel atau jaringan tubuh (Pl et al, 2004). Untuk mengatasi hal ini, tubuh memerlukan asupan antioksidan yang dapat diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia (antioksidan sintetik) ataupun antioksidan hasil ekstraksi bahan alami (antioksidan alami) (Trilaksani, 2003).Di era globalisasi ini, masyarakat semakin selektif terhadap apa yang dikonsumsi dan memilih komoditas yang memiliki nilai kesehatan tinggi, serta lebih memilih untuk kembali ke alam (back to nature) (Handajani, 2006). Gerakan memanfaatkan obat alam ini timbul sebagai akibat banyak dijumpainya efek samping yang tidak dikehendaki akibat penggunaan obat kimia murni atau bahan hasil sintetik (Hardono, 1997). Salah satu bahan alami yang kaya akan kandungan antioksidan alami adalah minyak wijen.Minyak wijen dikenal sebagai Raja dari Minyak Nabati karena bermanfaat untuk kesehatan. Produk pangan dari wijen diduga dapat mengikat kelebihan kolesterol dalam darah, mencegah pengerasan dinding pembuluh darah, memelihara kesehatan jantung, hati dan ginjal, mencegah kanker, serta meningkatkan kebugaran dan vitalitas tubuh (Handajani, 2006). Minyak wijen mengandung berbagai kelompok senyawa atau lignan, antara lain sesamin, sesamolin, sesaminol, dan sesamolinol yang menunjukkan aktivitas antioksidan (Moazzami, 2006). Selain itu, minyak wijen juga mengandung antioksidan lain, yaitu karoten dan tokoferol (Handajani, 2006). Antioksidan dari minyak wijen tersebut diduga mampu melindungi otot jantung dari kerusakan yang diakibatkan oleh paparan zat kimia murni atau radikal bebas.Isoproterenol merupakan katekolamin sintetik yang dengan dosis besar dapat menyebabkan stres berat pada otot jantung sehingga menimbulkan kerusakan atau nekrosis seperti infark (proses kematian sel) pada otot jantung (Suchalatha dan Shyamala, 2004; Sasikumar dan Shyamala, 2000). Kerusakan otot jantung ditandai dengan peningkatan kadar enzim jantung terutama enzim creatine kinase-MB (CK-MB) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) (Poppy, 2003).

Penelitian ilmiah mengenai minyak wijen di Indonesia masih sedikit. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang manfaat minyak wijen, terutama untuk melindungi kerusakan otot jantung yang diakibatkan oleh paparan zat kimia murni atau radikal bebas. Peneliti ingin mengetahui peran minyak wijen dalam melindungi kerusakan otot jantung yang diakibatkan oleh paparan zat kimia murni atau radikal bebas.B. Perumusan Masalah

Apakah pemberian minyak wijen (Sesamun indicum L.) berpengaruh terhadap kadar enzim jantung creatine kinase-MB (CK-MB) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) pada mencit (Mus musculus) model infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol?C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak wijen (Sesamun indicum L.) terhadap kadar enzim jantung creatine kinase-MB (CK-MB) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) pada mencit (Mus musculus) model infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol.D. Luaran yang Diharapkan

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi artikel ilmiah sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang khasiat minyak wijen dan mendorong penelitian ilmiah lebih lanjut tentang minyak wijen.

E. Manfaat Penelitiana. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian minyak wijen (Sesamun indicum L.) terhadap kadar enzim jantung creatine kinase-MB (CK-MB) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) pada mencit (Mus musculus) model infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol.b. Manfaat Praktis

Memberikan informasi ilmiah bagi peneliti lain untuk melakukan uji klinis tentang pengaruh pemberian minyak wijen (Sesamun indicum L.) terhadap kadar enzim jantung creatine kinase-MB (CK-MB) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) pada mencit (Mus musculus) model infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol.II. TINJAUAN PUSTAKAA. Minyak WijenTanaman wijen tumbuh dan berkembang di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman wijen diperkirakan berasal dari Asia Tengah, tepatnya India, Afganistan, Tajikistan dan Cina daratan. Tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh. Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering, meskipun hasilnya akan turun jika kurang mendapat pengairan (Handajani, 2006).Batang tanaman wijen tumbuh tegak dan sedikit berkayu, berlekuk empat dan beralur, berbuku-buku, berbulu halus, serta pada umumnya bercabang. Daun berwarna hijau, tunggal bergerigi dan sedikit berbulu. Di daerah yang beriklim tropis, bentuk daunnya agak ciut dan pinggirnya merata (tidak bergerigi), sedangkan tanaman wijen yang hidup di daerah subtropis berdaun agak tebal dan berbulu. Bunga tanaman wijen termasuk hermafrodit atau menyerbuk sendiri. Mahkota bunga berwarna putih, berkelopak empat dan panjangnya mencapai 2-4 cm. Buah tananman wijen berbentuk polong, umumnya memiliki panjang antara 2,5-3 cm, dengan diameter antara 0,5-1,0 cm. Biji wijen berukuran kecil, pipih dengan bagian pangkal agak meruncing dan berujung tumpul. Warna biji wijen ada 2, yaitu hitam dan putih. Warna kulit biji yang terang dan mengkilat biasanya memiliki kandungan minyak lebih tinggi dibandingkan biji berwarna gelap, kecuali di India di mana pernah dilaporkan bahwa biji hitam mengandung lebih banyak minyak (Handajani, 2006).

Minyak wijen merupakan sumber minyak nabati non kolesterol dengan kadar asam lemak tak jenuh tinggi juga kaya akan vitamin A, B dan E, serta mineral seperti besi, kalsium, magnesium, tembaga dan fosfor (McIntyre, 2006). Minyak wijen mengandung asam linoleat (37-47%), asam oleat (35-43%), asam palmitat (9-11%), asam stearat (5-10%) dan asam linolenat dalam jumlah sedikit. Minyak wijen mengandung kelompok senyawa atau lignan antara lain sesamin, sesamolin, sesaminol, dan sesamolinol yang secara substansial mengurangi tingkat oksidasi atau menunjukkan aktivitas antioksidan. Selain itu, minyak wijen juga mengandung antioksidan lain, yaitu karoten dan tokoferol (Handajani, 2006).B. Enzim JantungEnzim jantung merupakan protein yang membantu mempercepat atau mengkatalisis reaksi kimia pada metabolisme otot jantung. Otot jantung yang mengalami kerusakan akan melepaskan enzim khusus sehingga kadarnya dalam serum meningkat. Enzim ini dapat digunakan sebagai penanda (biomarker) pada penyakit atau kerusakan yang terjadi pada jantung tersebut (Poppy, 2003).

a. Creatine Kinase-MB (CK-MB)

Isoenzim CK-MB merupakan penanda (biomarker) yang sangat spesifik pada kerusakan otot jantung (Begum dan Akhter, 2007). Peningkatan kadar enzim ini menunjukkan adanya infark miokardium atau kerusakan otot jantung (Poppy, 2003). Isoenzim CK-MB mulai meningkat dalam waktu 3 jam setelah onset infark, mencapai puncaknya pada 10-24 jam dan umumnya akan kembali ke normal dalam waktu 2-4 hari (Alwi, 2006).b. Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase (SGOT) adalah enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan hati. Enzim ini dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan. Oleh karena itu, kadar atau konsentrasi SGOT dalam serum dapat meningkat pada penyakit seperti infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel otot jantung dan hati. Kadar dalam serum akan meningkat dalam 8-12 jam setelah onset infark miolardium, mencapai puncaknya pada 18-36 jam dan mulai turun kembali ke normal setelah sampai 3-4 hari (Poppy, 2003) (Widmann, 1995).C. IsoproterenolIsoproterenol merupakan -adrenergic agonist yang memiliki efek pada jantung dan bronkus, onsetnya cepat dan bertahan lebih singkat serta tidak meningkatkan tekanan darah (Tan dan Kirana, 2003). Isoproterenol dapat menyebabkan stres yang berat pada otot jantung sehingga menimbulkan kerusakan atau nekrosis seperti infark (proses kematian sel) pada otot jantung (Suchalatha dan Shyamala, 2004; Sasikumar dan Shyamala, 2000).Infus isoproterenol pada manusia menurunkan resistensi perifer, tidak hanya pada otot rangka, tetapi juga pada ginjal dan mesenterium. Curah jantung meningkat karena efek inotropik dan kronotropik positif langsung dari obat. Pada dosis isoproterenol yang biasa diberikan pada manusia, peningkatan curah jantung umumnya cukup besar untuk mempertahankan atau meningkatkan tekanan sistolik. Efek isoproterenol terhadap jantung menimbulkan palpitasi, takikardia, sinus, dan aritmia yang lebih serius (Gunawan, 2007).D. Mekanisme Perlindungan Minyak Wijen terhadap Otot JantungMinyak wijen mengandung kelompok senyawa atau lignan antara lain sesamin, sesamolin, sesaminol, dan sesamolinol yang menunjukkan aktivitas antioksidatif (Moazzami, 2006). Selain itu, minyak wijen juga mengandung antioksidan lain, yaitu karoten dan tokoferol (Handajani, 2006). Antioksidan dari minyak wijen tersebut diduga mampu melindungi otot jantung dari kerusakan yang diakibatkan oleh paparan zat kimia murni atau radikal bebas.

Sesamin, lignan utama minyak wijen, menurunkan kolesterol plasma dan meningkatkan tokoferol plasma (Moazzami, 2006). Lignan minyak wijen yang lain yaitu sesamolin. Perbedaan struktur kimia sesamolin dengan sesamin terletak pada penambahan oksigen di antara furoforan dan piperonyl (methylenedioxyphenil) (Jeng dan Hou, 2005). Sesamolin dimetabolisme dalam tubuh menjadi sesamol dan sesamolinol di mana kedua senyawa tersebut secara kuat menghambat pembentukan peroksida lipid dan mengurangi kepekaan sel terhadap stres oksidatif (Kang, 1998).

Tokoferol (vitamin E) merupakan antioksidan yang kerjanya mencegah peroksidasi lipid dari asam lemak tak jenuh pada membran sel dengan memutus rantai yang bersifat lipofilik. Prinsip kerja antioksidan ini adalah sebagai donor ion hidrogen (Lukitasari, 2006). Senyawa ini memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipid (R0, ROO0) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A0) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipid (Trilaksani, 2003).

F. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini bersifat eksperimental laboratorik yang dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Subjek penelitian yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan galur Swiss webster sebanyak 30 ekor berumur 6-8 minggu dengan berat badan + 20 g. Sampel dibagi dalam 5 kelompok secara random sampling, masing-masing terdiri dari 6 ekor mencit. Kelompok I adalah kelompok kontrol, di mana mencit diberi diet standar selama 7 hari, kelompok II adalah kelompok mencit yang diberi isoproterenol 20mg/100 gBB mencit per subkutan, kelompok III adalah kelompok mencit yang diberi minyak wijen dosis 0,02 ml/20 gBB mencit per oral dan isoproterenol dosis 20 mg/100 gBB mencit per subkutan, kelompok IV adalah kelompok mencit yang diberi minyak wijen dosis 0,04 ml/20 gBB mencit per oral dan isoproterenol dosis 20 mg/100 gBB mencit per subkutan dan kelompok V adalah kelompok mencit yang diberi minyak wijen dosis 0,08 ml/20 gBB mencit per oral dan isoproterenol dosis 20 mg/100 gBB mencit per subkutan. Rancangan penelitian ini adalah the post test only controlled group design (Taufiqqurohman, 2003).Variabel bebas penelitian ini adalah minyak wijen. Variabel terikat penelitian ini adalah enzim jantung creatine kinase-MB (CK-MB) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT). Variabel luar yang dapat dikendalikan yaitu variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan mencit. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan yaitu kondisi psikologis mencit dan kondisi awal kadar enzim jantung creatine kinase-MB (CK-MB) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) pada mencit.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang mencit lima buah, timbangan hewan, timbangan obat, sonde lambung, tabung mikrokapiler, tabung reaksi, gelas ukur, handscoen, masker, spuit injeksi 1 ml, dan pengaduk. Bahan yang digunakan yaitu minyak wijen, isoproterenol, makanan hewan percobaan (pellet dan air PAM), aquades, dan EDTA.Sampel mencit 30 ekor yang diperoleh dari Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS dilakukan adaptasi selama 7 hari. Hari berikutnya dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan. Pemberian minyak wijen dilakukan satu kali sehari selama 7 hari berturut-turut. Pemberian isoproterenol dilakukan satu kali sehari pada hari ke-6 dan ke-7. Setelah perlakuan diberikan, yaitu hari ke-8 semua hewan percobaan diambil darahnya 3 ml melalui sinus oftalmikus menggunakan tabung mikrokapiler. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan progam komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for Windows dengan menggunakan uji statistik One Way Anova yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc.IV. PELAKSANAAN PROGRAM

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2010 di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual

MACAM KEGIATANBULAN KE -

123456

1. Kegiatan Persiapan

Memesan bahan-bahan, mengumpulkan kepustakaan, mengumpulkan sampel, dan diskusi-diskusi

2. Kegiatan Pelaksanaan

Pemberian perlakuan, pengambilan darah, pemeriksaan enzim, analisis data/ pembahasan.

3. Penyusunan Laporan Penelitian

Penelitian laporan, perbanyakan, dan diskusi hasil penelitian

C. Pelaksanaan

Nama KegiatanAprilMei

IIIIIIVIIIIII

Pemberian perlakuan

Pengambilan darah mencit

Pemeriksaan enzim CK-MB dan SGOT

Analisis data / pembahasan

D. Instrumen Pelaksanaan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit 5 buah (masing-masing untuk 6 ekor mencit)

b. Timbangan obat dan timbangan hewan percobaan

c. Tabung mikrokapilerd. Tabung reaksie. Sonde lambungf. Gelas ukurg. Handscoen, masker, spuit injeksi 1 ml, pengadukE. Rancangan dan Realisasi Biaya

Pada lampiran 5

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian didapatkan kadar enzim CK-MB dan enzim SGOT mencit dalam satuan IU/l. Berikut ini penyajian jumlah kadar rata-rata enzim CK-MB pada tabel 1 dan enzim SGOT pada tabel 2 pada tiap kelompok penelitian. Data hasil pengukuran enzim untuk masing-masing mencit terlampir.

Tabel 1. Hasil pengukuran kadar enzim CK-MB (IU/I) pada 6 kelompok sampel

KelompokBahan UjiBanyak

subjekKadar enzim CK-MB (IU/l)

K-69,2

P1Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB362,50

P2Minyak Wijen 0,02 ml/ 20 gBB + Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB310,33

P3Minyak Wijen 0,04 ml/ 20 gBB + Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB220

P4Minyak Wijen 0,08 ml/ 20 gBB + Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB38,67

Sumber: Data Primer, 2010

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar enzim SGOT (IU/I) pada 6 kelompok sampel

KelompokBahan Uji Banyak

subjekKadar enzim SGOT (IU/l)

K-6105,28

P1Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB3203,05

P2Minyak Wijen 0,02 ml/ 20 gBB + Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB3269,8

P3Minyak Wijen 0,04 ml/ 20 gBB + Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB2371,9

P4Minyak Wijen 0,08 ml/ 20 gBB + Isoproterenol 20 mg/ 100 gBB3206,23

Sumber: Data Primer, 2010

Keterangan :

K = Kelompok kontrol yang diberikan diet standarP1 = Kelompok perlakuan 1 yang diberi diet standar dan isoproterenol

20mg/100 gBB mencit per subkutan

P2 = Kelompok perlakuan 2 yang diberi diet standar, isoproterenol

20mg/100gBB mencit per subkutan, dan minyak wijen 0,02 ml/20gBB

mencit peroralP3 = Kelompok perlakuan 3 yang diberi diet standar, isoproterenol

20mg/100 gBB mencit per subkutan, dan minyak wijen 0,04 ml/20gBB

mencit peroral

P4 = Kelompok perlakuan 4 yang diberi diet standar, isoproterenol

20mg/100 gBB mencit per subkutan, dan minyak wijen 0,08 ml/20gBB

mencit peroralData hasil penelitian dianalisis dengan uji One Way Anova yang kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD. Data diolah dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for windows.

Hasil uji One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelima kelompok perlakuan.Tabel 3. Ringkasan hasil perhitungan dengan uji One Way Anova (=0,05) pada kelompok sampel.

Variabel terikatNilai pKeterangan

CK-MB0,037Perbedaan bermakna

SGOT0,111Perbedaan tidak bermakna

Sumber : Data Primer, 2010

Tabel 4. Ringkasan hasil perhitungan kadar CK-MB dengan uji Post Hoc LSD (=0,05) pada kelompok sampel.

KelompokNilai pKeterangan

K-P10,04Perbedaan bermakna

K-P20,93Perbedaan tidak bermakna

K-P30,42Perbedaan tidak bermakna

K-P40,96Perbedaan tidak bermakna

P1-P20,00Perbedaan bermakna

P1-P30,02Perbedaan bermakna

P1-P40,00Perbedaan bermakna

P2-P30,32Perbedaan tidak bermakna

P2-P40,91Perbedaan tidak bermakna

P3-P40,45Perbedaan tidak bermakna

Sumber : Data Primer, 2010

B. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian, pada uji statistik One Way Anova diperoleh hasil perbedaan bermakna kadar CK-MB pada seluruh kelompok perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik Post Hoc LSD didapatkan hasil perbedaan bermakna antara kelompok K dengan kelompok P1, kelompok P1 dengan kelompok P2, kelompok P1 dengan kelompok P3, kelompok P1 dengan kelompok P4. Pada kelompok P1 dilakukan pemberian isoproterenol sebagai induksi terjadinya infark miokardium. Pemberian minyak wijen diberikan kepada kelompok P2, P3, dan P4. Pada kelompok K tidak mendapatkan pemberian isoproterenol maupun minyak wijen. Adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok K dengan kelompok P1 menunjukkan bahwa isoproterenol dapat menginduksi terjadinya kerusakan pada jaringan otot jantung atau miokardium.Pemberian isoproterenol sebagai induktor terjadinya infark miokardium tanpa adanya penambahan kardioprotektor mengakibatkan kerusakan jaringan otot jantung pada kelompok P1 yaitu didapatkan hasil rata-rata pengukuran enzim CK-MB sebesar 62,50 IU/l yang mempunyai niali lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil rata-rata pengukuran enzim kelompok kontrol (K), yaitu sebesar 9,2 IU/l. Hasil rata-rata pengukuran enzim SGOT kelompok P1 sebesar 203,05 IU/l yang mempunyai nilai lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (K) yaitu sebesar 105,28 IU/l. Hal ini sesuai dengan teori bahwa isoproterenol dapat menyebabkan stres yang berat pada otot jantung sehingga menimbulkan kerusakan atau nekrosis seperti infark (proses kematian sel) pada otot jantung (Suchalatha dan Shyamala, 2004; Sasikumar dan Shyamala, 2000). Kerusakan otot jantung ditandai dengan peningkatan kadar enzim jantung terutama enzim creatine kinase-MB (CK-MB) (Poppy, 2003).

Perlakuan pada kelompok P2 bertujuan untuk membuktikan apakah pemberian minyak wijen dosis I (0,02 ml/20 gBB) dapat menurunkan kadar enzim CK-MB dan enzim SGOT akibat induksi isoproterenol. Pada kelompok ini didapatkan hasil rata-rata pengukuran enzim CK-MB sebesar 10,33 IU/l, nilai hasil rata-rata pengukuran enzim CK-MB ini lebih rendah dibandingkan dengan kelompok P1, dan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K. Hasil rata-rata pengukuran enzim SGOT kelompok P2 sebesar 269,8 IU/l yang mempunyai nilai sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (K) dan kelompok P1. Hasil uji statistik antara kelompok K dengan P1 (p=0,04) menunjukkan ada perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan pemberian minyak wijen dosis I dapat menurunkan kadar enzim CK-MB tetapi belum dapat menurunkan kadar enzim SGOT.

Perlakuan pada kelompok P3 dengan pemberian minyak wijen dosis II (0,02 ml/20 gBB) dan isoproterenol (20 mg/100 gBB) didapatkan hasil rata-rata pengukuran enzim CK-MB sebesar 20 IU/l, nilai hasil rata-rata pengukuran enzim CK-MB ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K dan P2, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok P1. Hasil rata-rata pengukuran enzim SGOT kelompok P3 sebesar 371,9 IU/l yang mempunyai nilai lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok K, P1 dan P2. Hasil uji statistik antara kelompok P3 dengan P1 (p=0,02) menunjukkan ada perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian minyak wijen dosis II dapat menurunkan kadar enzim CK-MB tetapi belum dapat menurunkan kadar enzim SGOT.

Pemberian minyak wijen dosis III (0,08 ml/20 gBB) pada kelompok P4 menunjukkan hasil rata-rata pengukuran enzim CK-MB sebesar 8,67 IU/l lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P1, P2, dan P3. Sedangkan hasil pengukuran enzim SGOT sebesar 206,23 IU/l lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P3, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K dan P1. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian minyak wijen dosis III dapat menurunkan kadar enzim CK-MB tetapi belum dapat menurunkan kadar enzim SGOT. Hasil uji statistik antara kelompok P4 dengan P1 (p=0,00) menunjukkan ada perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian minyak wijen dosis III dapat menurunkan kadar enzim CK-MB tetapi belum dapat menurunkan kadar enzim SGOT.Pemberian minyak wijen dosis I pada kelompok P2, dosis II pada kelompok P3 dan dosis III pada kelompok P4 dapat menurunkan kadar enzim CK-MB tetapi belum dapat menurunkan kadar enzim SGOT mencit yang diinduksi isoproterenol. Hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan enzim SGOT merupakan enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan hati. Enzim ini dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan seperti infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel otot jantung dan hati. Kadar dalam serum akan meningkat dalam 8-12 jam setelah onset infark miolardium, mencapai puncaknya pada 18-36 jam dan mulai turun kembali ke normal setelah sampai 3-4 hari (Poppy, 2003) sedangkan enzim CK-MB mulai meningkat dalam waktu 3 jam setelah onset infark, mencapai puncaknya pada 10-24 jam dan umumnya akan kembali ke normal dalam waktu 2-4 hari (Alwi, 2006).VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemberian minyak wijen (Sesamun indicum L.) dapat menurunkan kadar enzim jantung creatine kinase-MB (CK-MB) tetapi belum dapat menurunkan kadar enzim serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) pada mencit (Mus musculus) model infark miokardium yang diinduksi dengan isoproterenol.

B. Saran

1. Dilakukan penelitian serupa dengan rancangan penelitian pre and post test controlled grup design.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian minyak wijen dalam mengurangi kerusakan organ tubuh.

DAFTAR PUSTAKAAlwi, Idrus. 2006. Tatalaksana Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1632.

Andra. 2007. Simposia. Farmacia Vol. 6 No.7, Februari 2007.

Anna, C., Pal, P., Gabor, K., dan Zoltan, U. 2005. Role of Oxidative and Nitrosative Stress, Longevity Genes and Poly (ADP-ribose) Polymerase in Cardiovascular Dysfunction Associated with Aging. Curr Vasc Pharmacol. 3(3): 285291.

Begum, S., dan Akhter, N. 2007. Cardioprotective effect of amlodipine in oxidative stress induced by experimental myocardial infarction in rats. Bangladesh J Pharmacol. 2: 55-60.

Debashis, B., Aindrila, C., Goutam, G., dan Asoke, G.D. 2004. Oxidative stress-induced ischemic heart disease protected byantioxidant. Curr Med Chem. 11: 369-87.

Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Hal: 72.

Handajani, Sri. 2006. The Queen of Seeds: Potensi Agribisnis Komoditas Wijen. Yogyakarta: Andi.

Hardono, Joko. 1997. Obat Tradisional dalam Zaman Teknologi. Majalah Kesehatan Masyarakat. 56: 3-6.

Indonesian Nutrition Network. 2007. Serangan Jantung Cegah dengan Suplemen Pembersih Darah. http://www.gizi.net.

(21 Oktober 2009).

Jeng, K.C.G. dan Hou, R.C.W. 2005. Sesamin and Sesamolin: Natures Therapeutic Lignans. http://www.bentham.org/cei/samples/ceil-1/D0003E.pdf.

(20 Oktober 2009).

Kang, Myung-Hwa. 1998. Sesamolin Inhibits Lipid Peroxidation in Rat Liver and Kidney. http://jn.nutrition.org/cgi/reprint/128/6/1018.pdf.

(20 Oktober 2009).

Lukitasari, Rizkina. 2006. Efek Protektor Ekstrak Pegagan (Centell asiatica L. Urban) terhadap Kerusakan Sel-Sel Hepar Mencit Akibat Paparan Karbon Tetraklorida. FK UNS. Skripsi.

Medicastore. 2007. Seminar RS Jantung Harapan Kita: Makan Enak Jantung Sehat. http://www.medicastore.com.

(21 Oktober 2009).

McIntyre, Anne. 2006. The Therapeutic Value of Sesame Oil. http://www.positivehealth.com/permit/Articles/Regular/mcintyre81.htm.

(21 Oktober 2009).

Moazzami, Ali. 2006. Sesame Seed Lignan. http://dissepsilon.slu.se/archive/0000126401/Thesis_Ali_Moazzami_2006_Final.pdf. (21 Oktober 2009).

Pl, P., Anne, V., Rita, B., Jon, G.M., Lucas, L., Gyrgy, H., Anita, M., Sndor, M. Mrk, K., dan Csaba, S. 2004. A New, Potent Poly(ADP-ribose) Polymerase Inhibitor Improves Cardiac and Vascular Dysfunction Associated with Advanced Aging. J Pharmacol Exp Ther. 311(2): 485491.

Poppy, R.S. 2003. Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyakit Kardiovaskuler in Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Gaya Baru. Hal: 67-68.

Sasikumar, C.S., dan Shyamala Devi C.S. 2000. Protective effect of Abana, a poly-herbal formulation, on isoproterenol-induced myocardial infarction in rats. Ind J Pharmacol. 32:198-201.

Suchalatha S., dan Shyamala Devi C.S. 2004. Effect of arogh - A polyherbal formulation on the marker enzymes in isoproterenol induced myocardial injury. Indian J Clin Biochem. 19:184-9.

Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2003. Obat-obat penting, khasiat, pengguanaan dan efek-efek sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal: 458.

Trilaksani, Wini. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja Dan Peran Terhadap Kesehatan. Term Paper Intoductory Science Philosophy (Pps702) Graduate Program / S3 Institut Pertanian Bogor.

Thygesen, K., Alpert J.S., dan White, H.D. 2007. Universal Definition of Myocardial Infarction. European Heart Journal 28, 2525-2538.

Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

Enzim Jantung

Kerusakan Otot Jantung

Creatine Kinase-MB (CK-MB)

Inflamasi

Peroksidasi Lipid

Kerusakan DNA

Karoten

Tokoferol

Stres Otot Jantung

Minyak Wijen

Otot Jantung Mencit

Sesamin

Sesamolin

Sesaminol

Sesamolinol

Keterangan :: Merangsang

: Menghambat

Mencit Swiss Webster Jantan

Isoproterenol

12