mapri ph ok

Upload: muhammadlinggaprimananda

Post on 29-Feb-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Puskesmas Ambacang

TRANSCRIPT

Makalah Pribadi

PENANGANAN ANAK KURANG GIZIDI PUSKESMAS AMBACANG

Oleh :Muhammad Lingga Primananda1110312008

Preseptor :Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc., Ph.D, Sp.GKDr. Yuniar Lestari, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG2015BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPuskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan status pelayanan kesehatan Indonesia khususnya di wilayah kerjanya.Puskesmas memiliki enam program pokok (basic six) dalam pelaksanaan kegiatannya yang salah satu diantaranya adalah Program Perbaikan Gizi. Program ini bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan status gizi masyarakat secara efektif dan efisien melalui agendanya yang meliputi pemantauan perkembangan bayi dan balita, pemberian vitamin A untuk balita, pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, pemberian makanan pendamping ASI, serta pendataan dan perawatan balita gizi kurang. Dari data Riskesdas 2007, prevalensi gizi buruk yang berada diatas rerata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran gizi buruk dan gizi kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional sebesar 18,4%. Masalah gizi mikro di 10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xerophtalmia pada balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber: Depkes RI 2004.

2.4Masalah GiziMasalah gizi berupa gizi kurang dapat dilihat secara makro dan mikro, 4 gizi kurang yang tersering di Indonesia adalah Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).2.4.1Kurang Energy Protein (KEP)Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.Berikut klasifikasi KEP menurut % Median WHO-NCHS: KEP Ringan : BB/U 70 80 % Median WHO-NCHS KEP Sedang : BB/U 60 70 % Median WHO-NCHS KEP Berat : BB/U < 60 % Median WHO-NCHSKEP ringan bila tidak ditangani dengan baik, maka akan jatuh ke status gizi yang lebih buruk (marasmus,kwashiorkor, marasmic-kwashiorkor).2.4.2Kekurangan Vitamin A (KVA)Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan gangguan yang timbul dalam tubuh akibat kekurangan vitamin A yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam darah dan barakibat terhadap gangguan pada mata. Salah satu penyebabnya adalah kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A seperti sayuran, buah-buahan dan lauk-pauk.Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan pada mata yang disebut xeropthalmia yang ditandai dengan :Pada tahap awal, terjadi buta senja atau rabun senja, yaitu kurang dapat melihat pada senja hari.Bagian putih mata kering, kusanm dan tidak bersinar yang disebut xerosis kunjungtiva.Kemudian pada bola mata timbul bercak putih (bercak bitot).Bagian hitam mata kering, kusam dan tidak bersinar (xerosis kornea).Sebagian hitam mata melunak seperti bubur (keratomalasia).Seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur (ulserasi kornea).Bola mata mengecil/mengempis dan akhirnya buta.

2.4.3Anemia Gizi Besi (AGB)Anemia Gizi Besi (AGB) adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal akibat kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi (Fe). Kelompok yang rawan menderita AGB adalah anak balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah. AGB pada anak dapat menimbulkan anak mudah lelah, lesu, dan penurunan produktivitas serta kecerdasan (Almatsier, 2002). Berikut adalah batas normal kadar Hb: Anak prasekolah= Hb 11 gr% Anak sekolah= Hb 12 gr% Wanita hamil= Hb 11 gr% Ibu menyusui= Hb 12 gr% Wanita dewasa= Hb 12 gr% Pria dewasa= Hb 13 gr%2.4.4Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah suatu gejala yang diakibatkan tubuh kekurangan yodium secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Penyebab GAKY diantaranya adalah: Makan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari tidak/kuarang mengandung yodium. Kebisaan keluarga yang tidak mengunggunakan garam beryodium dalam makanan sehari-hari, khususnya di daearah endemis GAKY. Makanan yang bersifat goitrogenetik, yaitu jenis makanan yang dapat menghambat penyerapan yodium dala tubuh, seperti kobis, singkong dan lobak.Berikut adalah akibat yang dapat timbul dari GAKY: Perkembangan kemampuan anak dan tingkat kecerdasan terhamabat (IQ rendah). Pertumbuhan jasamani terhambat, antar lain: tinggi badan terhambat, gangguan pada syaraf gerak hingga gerakan menjadi lamban, gangguan pendengaran (tuli), dan pada tingkat berat dapat mengalami kretin. Terjadi pembesaran kelenjar gondok. Pada ibu hamil dapat menyebabkaan keguguran atau bayinya meninggal saat melahirkan.

2.5Program Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat di Puskesmas2.5.1Pemantauan Pertumbuhan BalitaAntropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia yang dapat dilakukan pada berbagai kelompok usia, berupa usia (U), berat badan (BB), panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB), lingkar lengan (LILA), lingkar kepala, dan tebal lipatan kulit (TLK).KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak.KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN. SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:S = adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,K = jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,D = jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,N = jumlah balita yang naik berat badanya.Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). (Suhardjo. 1996).2.5.2Perhitungan SKDNPemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %). Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan.Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.2.5.2.1Balita yang Datang dan Ditimbang (D/S)Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat badannya.2.5.2.2Balita yang Naik Berat Badannya (N/D)Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS.2.5.3Pengolahan SKDNDalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg, ketika data berat tersebut dipindahkan ke KMS ternyata tidak naik mengikuti pita warna, pada contoh ini anak tidak dikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat buku pemantau pertumbuhan). Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau dalam bentuk proporsi N/D, D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-masing posyandu. Biasanya setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau di pos penimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas sukarela) melakukan analisis SKDN.2.5.3.1Balita yang Naik Berat Badannya (N/D)Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Langkah kegiatan: 1. Pengadaan dan pemeliharaan sarana terdiri dari alat timbang, pengadaan daftar tilik, formulir rujukan, R1 Gizi; 2. Perencanaan logistik, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan laporan; 3. Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu; 4. Bimbingan teknis. 2.5.3.2Balita Bawah Garis Merah (BGM)Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Langkah Kegiatan:1. Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan dan KMS, pengadaan daftar tilik dan formulir rujukan;2. Perencanaan penyiapan logistik;3. Pelacakan BGM melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu;4. Bimbingan teknis. 2.5.4Pelayanan Gizi2.5.4.1Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahunBalita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A yang diberikan adalah kapsul vitamin A dosis tinggi yang terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I. yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12- 59 bulan. Langkah Kegiatan:a. Pendataan Sasaran Balita (Baseline data); b. Perencanaan kebutuhan kapsul vitamin A; c. Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A; d. Sweeping pemberian kapsul vitamin A; e. Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis; f. Monitoring dan Evaluasi.2.5.4.2Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet FeIbu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III. Tablet Fe yang diberikan merupakan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet untuk menanggulangi anemia gizi besi pada ibu hamil. Langkah Kegiatan:1. Pendataan Sasaran Ibu Hamil (Baseline data); 2. Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi); 3. Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe; 4. Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;5. Monitoring dan Evaluasi.2.5.4.3Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari Keluarga MiskinCakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari. Langkah Kegiatan:1. Pendataan sasaran; 2. Penyusunan Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan MP-ASI untuk bayi usia 6-11 bln dan anak usia 12-23 bln; 3. Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI; 4. Sosialisasi program MP-ASI; 5. Distribusi MP-ASI; 6. Pencatatan/Pelaporan; 7. Monitoring dan Evaluasi.2.5.4.4Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup:a) Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, dan hipotermi; b) Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TB; c) Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi; d) Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta; e) Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score -1; f) Konseling gizi kepada orang tua / pengasuh tentang cara memberi makan anak.

BAB 3ANALISIS SITUASI3.1Sejarah PuskesmasPuskesmas Ambacang diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15 orang staf dan dipimpin oleh Dr. Dewi Susanti Febri. Pada Maret 2009 beliau digantikan oleh Dr. Hj. May Happy, kemudian pada September 2012 kepemimpinan puskesmas diberikan kepada Trice Erwiza, SKM dengan 43 orang staf.Awalnya pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerjanya sebelumnya merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Namun sekarang program kerja Puskesmas Ambacang telah dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan. Misi dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, sedangkan strateginya adalah mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat, menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat.

3.2Kondisi GeografisSecara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu:Utara: Wilayah kerja Puskesmas Kuranji.

Timur: Wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Selatan: Wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Barat: Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.

Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23' 50.14" Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2, mewilayahi 4 Kelurahan yaitu: Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan.

Gambar 3.1Geomapping Sarana Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji

3.3Kondisi DemografiJumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang selama tahun 2014 adalah 48.552 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut :Tabel 3.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2014NoKelurahanJenis KelaminJumlah

Laki-lakiPerempuan

1Psr Ambacang8.6708.74117.411

2Anduring6.9146.97013.884

3Lb Lintah5.0195.06010.079

4Ampang3.5763.6027.178

5Puskesmas24.17924.47348.552

3.4Sasaran PuskesmasSasaran puskesmas Ambacang dengan penduduk yang berjumlah 48.552 Jiwa adalah bayi 972 jiwa, balita 4.972 Jiwa, bumil 1.070 Jiwa, dan lansia 4.059 Jiwa.

3.5Sarana dan PrasaranaPuskesmas Ambacang pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana yang relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana gedung dengan 2 lantai mampu dimanfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan administrasi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar gedung seperti posyandu, UKS dan UKGS serta pembinaan desa siaga.Tabel 3.2 Fasilitas Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas AmbacangKELURAHANPUSKESMASPUSTUPUSKELRODA 2KLINIK BERSALINB.P

PASAR AMBACANG1-1411

ANDURING--

AMPANG--

LUBUK LINTAH-11

JUMLAH111422

Data Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang menurut Kelurahan.Tabel 3.3 SDM Wilayah Kerja Puskesmas AmbacangKELURAHANPOSYANDU BALITAPOSYANDU LANSIAKELURAHAN SIAGA

PASAR AMBACANG921

ANDURING711

AMPANG521

LUBUK LINTAH711

JUMLAH2864

3.6KetenagaanTabel 3.4 Tenaga Kerja Kesehatan Puskesmas AmbacangNOJenis PetugasStatus PegawaiPendidikan Terakhir

PNSPTT

1Dokter Umum4-

2Dokter Gigi2-

3Sarjana Kesmas2-

4Bidan126

5Perawat 6-

6Perawat Gigi1-

7Kesling3-

8Analis2-

9Asisten Apoteker3-

10Nutrition (AKZI/SKM)2-

11RR2-

12Sopir--

Jumlah376

3.7Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk3.7.1Kondisi Sosial dan BudayaSuku terbesar yang ada di Kecamatan Kuranji adalah Suku Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya adalah Islam.3.7.2 Kondisi EkonomiMata Pencaharian Penduduk :a. Tani: 45%b. Pegawai Negeri: 20%c. Buruh: 5%d. Swasta: 2%e. Lain-lain: 18%

BAB 4PEMBAHASAN

4.1Pencapaian D/S, N/D dan BGM/DSalah satu kegiatan perbaikan gizi yang ada di masyarakat adalah UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) yang dilakukan Puskesmas melaui posyandu. Posyandu merupakan ujung tombak puskesmas karena kegiatan pelayanan posyandu langsung berhubungan dengan masyarakat melalui peran aktif kadernya. Puskesmas Ambacang memiliki 28 posyandu yang tersebar di 4 kelurahan. Pelaksanaan posyandu diadakan serentak selama 5 hari pada minggu ke 2 setiap bulannya.Salah satu kegiatan UPGK adalah penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan di posyandu. Beberapa indikator yang digunakan dari hasil penimbangan balita antara lain sebagai berikut:4.1.1Peran Serta Masyarakat (D/S)Sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah 4972 balita dengan targetan kunjungan balita ke posyandu yang harus dicapai adalah sebanyak 85 %. Kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja puskesmas Ambacang dapat dilihat dari tabel berikut :Grafik 4.1 Pencapaian D/S balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Januari-Maret 2015

Sumber: Laporan Penapaian Program Gizi TM.I Tahun 2015 Puskesmas Ambacang

Tabel 4.1 Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-Maret 2015PS.AMBANDLB.LTHAMPHC

PENCAPAIAN88,2790,5991,6989,2789,78

TARGET85%85%85%85%85%

GAP+3,27+5,59+6,69+4,27+4,78

Sumber: Laporan Penapaian Program Gizi TM.I Tahun 2015 Puskesmas Ambacang

Dari diskusi dan pengamatan di lapangan, didapatkan bahwa terjadi penurunan pencapaian D/S yang diakibatkan karena honor kader sebagai petugas lapangan yang langsung berinteraksi dengan masyarakat tidak sebanding dengan beban tugas yang harus diembannya, sehingga banyak kader yang mulai tidak aktif lagi dalam menjalankan posyandu di daerahnya. Selain itu, pihak puskesmas juga mengeluhkan kurangnya sarana yang memadai untuk melaksanakan kegiatan Posyandu, seperti dacin timbangan bayi yang kebanyakan sudah tidak cukup layak lagi untuk digunakan. Aktivitas pengawasan oleh bidan penanggung jawab wilayah serta perhatian dari pihak PKK juga dirasakan semakin berkurang sehingga dorongan untuk peningkatan kinerja posyandu juga melemah.4.1.2Keberhasilan Program (N/D)Balita yang naik berat badannya (N) adalah Balita yang ditimbang (D) di Posyandu maupun di luar Posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Target dari N/D yang harus dicapai adalah 80%.

Capaian N/D = jumlah balita yang ditimbang yang naik berat badannya x 100%Jumlah balita yang ditimbang

Grafik 4.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-Maret 2015

Sumber: Laporan Penapaian Program Gizi TM.I Tahun 2015 Puskesmas Ambacang

Tabel 4.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-Maret 2015PS.AMBANDLB.LTHAMPHC

PENCAPAIAN95,9787,2692,5290,0194,19

TARGET80%80%80%80%80%

GAP+15,97+7,26+10,01+12,52+10,01

Sumber: Laporan Penapaian Program Gizi TM.I Tahun 2015 Puskesmas AmbacangBerdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2015, program N/D sudah mencapai target yang ditetapkan oleh DKK. Namun demikian, kenaikan capaian tiap tahunnya cukup lambat sehingga pihak puskesmas khususnya petugas program gizi harus lebih giat lagi meningkatkan pelaksanaan program posyandu dan mereaktivasi serta memotivasi kembali semua kader posyandu di wilayah kerjanya.Kendala program ini juga hampir sama dengan kendala program D/S karena hampir semua kegiatan program bertumpu pada kunjungan balita ke posyandu. Namun, hal yang juga dikhawatirkan adalah keminiman pendataan balita yang tidak pernah datang sama sekali ke posyandu yang mungkin termasuk balita dengan status gizi kurang bahkan mungkin buruk. Hal ini masih merupakan tugas bersama petugas puskemas dengan bidan penanggung jawab wilayah serta kader posyandu, ditambah dukungan pejabat pemerintah setempat, yakni lurah dan camat.4.1.3Balita Bawah Garis Merah (BGM/D)Data Balita Bawah Garis Merah secara umum didapatkan dari pendataan kunjungan balita ke posyandu, puskesmas, bidan di wilayah kerja puskesmas Ambacang, maupun rumah sakit. Meskipun demikian, pendataan utama tetap didapatkan dari posyandu karena pemantauan dan perekapan data posyandu dilakukan secara rutin. Skrining awal balita yang dicurigai mengalami malnutrisi juga lebih berpedoman pada posyandu. Hal ini dikarenakan kebanyakan balita yang datang ke puskesmas atau ke bidan atau ke rumah sakit adalah setelah anak tersebut sakit. Target dari BGM/D yang harus dicapai adalah