petani rasional
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TRANSCRIPT

SOSIOLOGI PEDESAAN
“PETANI RASIONAL”“PETANI RASIONAL”

MORAL (Scott ) RASIONAL (Popskin)Petani mendasarkan tindakan
pada prinsip2 moralPetani mendasarkan tindakan
pada prinsip2 rasional
Motifnya didasarkan pada kepentingan sosial
Tindakan kolektif utk kebutuhan bersama didasarekan atas
pertimbangan2 individu dan kepentingan utk menikmati hasil
dari kerja kolektif
Petani tradisional lebih menggantungkan hidupnya
pada keluargannya atau kelompok kecil, utk
menegaskan jaminan subsistensinya.
Lebih didominasi utk mendapatkan keuntungan pribadi, bukan kelompok.

Pandangan Scott sejalan dengan pandangan
Geertz dan Boeke
Bahwa aspek moral ternyata sangat
mendominasi kehidupan masyarakat petani.

MENURUT BOEKE
• Petani tradisional di Indonesia tidak mempunyai rasionalitas ekonomi yang cukup memadai sehingga tidak responsif terhadap kebijakan yang rasional.
• Kebutuhan dan kebanggaan sosial dinilai lebih menonjol dibanding kepentingan ekonomi.

Menurut Boeke
• Motif moral dan tindakan sosial menjadi dasar paling tepat utk mengarahkan keputusan – keputusan yg diambil
• Soal2 yang berkaitan dengan masalah ekonomi sebagai persoalan sekunder yg tidak diutamakan.
• Hukum2 rasional tentang penawaran dan permintaan tidak akan relevan dikembangkan kedalam sistem masy yg tradisional

Persamaan antara Scott dan Boeke
• Sistem rasionalitas tidak berlaku pada masyarakat tradisional;
• Penetrasi kapitalisme merusakkan organisasi kemasyarakatan yg kohesif yg mendasarkan pada interaksi sosial dan prinsip-prinsip moral

Boeke ScottBahwa petani tradisional bersikap pasrah sekali terhadap perusakan2 lembaga tradisional sebagai akibat dari penetrasi kapitalisme
Melihat penetrasi kapiotalisme membangkitkan resistensi atau perlawanan dari petani tradisional dalam rangka mempertahankan pola subsistensi
PERBEDAAN

• Lembaga-lembaga tradisional pedesaan tidak efektif dalam menjamin kebutuhan subsistensinya.
• Di dalam masyarakat tradisional, eksternalitas produksi dan biaya informasi yg sedmikian tinggi. Oleh karena itu pemanfaatan pranata-pranata nonpasar dianggap memberikan keuntungan lebih besar. Misal mempekerjakan tetangga berdasarkan azas gotong royong dan hub patron-client
Menurut Popskin

Dalam kenyataannya sekarang, usahatani mandiri yang murni sebagaimana yang digambarkan itu sudah jarang sekali dapat dijumpai. Yang ada tinggalah berbagai bentuk peralihan dari usahatani mandiri ke usahatani komersial, yaitu usahatani yang menjual sebagian atau seluruh produksinya kepada pihak luar.
Usahatani komersial

Popkin (1979), mengemukakan ciri-ciri usahatani komersial, sebagai berikut:
1. MENYUKAI PERUBAHAN
2. MEMERLUKAN PASAR

Berbeda dengan kehidupan masyarakat yang masih subsiten, hubungan patroon-client antara elit-masyarakat dan warganya, antara pemilik lahan dan penyakap/penggarap, dan antara petani pengelola dengan buruh-taninya, dalam masyarakat yang telah melakukan usahatani komersial sudah tidak dapat dijumpai lagi.
Yang terjadi hanyalah hubungan bisnis atau untung-rugi atau bahkan saling mengeksploitasi, demi peningkatan efisiensi dan pendapatan/ keuntungannya.
Hubungan Eksploitatif

Dalam masyarakat petani komersial, masing-masing selalu saling berusaha memperoleh manfaat setinggi-tingginya dari setiap korbanan yang dilakukan.
Dalam hubungan ini, kehar-monisan kehidupan
antar warga masyarakat sudah dikalahkan dengan kepentingan pribadi, dan kesejahteraan hanya dapat dinikmati dari banyaknya pendapatan/ keuntungan yang dapat dijadikan alat-tukar atau alat pembelian produk (barang dan atau hasa) yang menjadi kebutuhan keluarganya.

Petani Sebagai Manusia Petani sebagai manusia, ia juga rasional, memiliki harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan kemauan untuk hidup lebih baik.
Di samping itu, petani seperti halnya manusia yang lain juga memiliki harga diri dan tidak bodoh, sehingga memiliki potensi yang dapat dikembangkan guna memper-baiki kehidupannya.
Mosher(1967) memberikan gambaran yang agak luas tentang "petani", yakni:

Petani sebagai manusia, umumnya adalah KEPALA KELUARGA di dalam rumah tangganya.
Karena itu, sebenarnya tidak ada satupun petani yang tidak selalu ingin memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan keluarganya.
Sehingga, mereka juga mau dan selalu ingin mencoba setiap peluang yang dapat dilaku-kannya untuk memperbaikikehidupan keluarga.

Petani sebagai manusia, biasanya memiliki IKATAN KEKERABATAN serta memegang teguh adat-istiadat masyara katnya. Dengan demikian, seringkali penyuluhan agak lamban diterima, karena mereka memang butuh pertimbangan dan legitimasi dari anggota masyarakatnya..

Seperti halnya dengan manusia yang lain, sebenarnya juga memiliki sikap untuk selalu ingin maju, inovatif dan tidak ada satupun di antara mereka yang tidak ingin memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan keluarganya sesuai dengaan adat dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakatnya

PETANI SEBAGAI JURUTANI
Petani sebagai jurutani, adalah petani yang melakukan kegiatan bertani, yang memiliki pengalaman dan telah belajar dari pengalamannya.
Hasil belajarnya itu, tercermin dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka terapkan dalam kegiatan bertani.

Kebiasaan-kebiasaan yang mendukung penyuluhan adalah: 1. Kebiasaan memperhatikan gejala-
gejala alam, yang dapat dijadikan pedoman bertani.
2. Kebiasaan "ingin tahu" atau bertanya "mengapa" tentang banyak hal yang berkaitan dengan kegiatannya bertani maupun yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari.

Kebiasaan - kebiasaann yang mendukung penyuluhan adalah:3. Kebiasaan untuk menghitung-
hitung (menganalisis) jumlah pengeluaran dan penerimaan yang diperolehnya.
4. Kebiasaan untuk "meniru" dan "mencoba" (trial dan error) tentang segala sesuatu yang dinilainya sebagai peluang baru yang dapat meningkatkan produksinya.

Kebiasaan - kebiasaan yang kurang mendukung penyuluhan adalah:1. Tidak mudah percaya pada orang lain, terutama orang luar yang belum dikenalnya. 2. Memegang teguh adat-istiadat,
sehingga setiap inovasi yang ditawarkan kepadanya selalu dikajinya terlebih dahulu, apakah memang tidak menyalahi kebiasaan-kebia saannya yang dinailai baik itu

Petani Sebagai Pengelola Usahatani berarti bahwa, petani adalah orang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sendiri tentang usahataani yang dikelolanya, serta terbiasa memper tanggungjawabkan hasil pengelolaannya itu kepada keluarga serta masyarakat lingkungannya.
