tak stimulasi sensori
Post on 02-Jan-2016
319 views
Embed Size (px)
DESCRIPTION
avfsTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Alam Perasaan: Mania tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah kami ini.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat bermanfaat seperti yang kami harapkan. sebagai akhir kata, kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, 26 April 2012
DAftar isi1KATA PENGANTAR
2DAftar isi
3BAB I
3PENDAHULUAN
3A.Latar belakang
4B.Rumusan Masalah
4C.Tujuan
5D.Manfaat
5E.Metode Penulisan
5F.Sistematika Penulisan
6BAB II
6PEMBAHASAN
6A.Landasan teori
6B.Tujuan
7C.Aktivitas dan Indikasi
7D.Jenis Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensori
8Terapi Stimulasi Sensori Suara Mendengar Musik
12Terapi Stimulasi Sensori Menggambar
16Terapi Stimulasi Sensori Menonton TV/Video
20Pengorganisasiaan Dan Role Play
20A.Pengorganisasian
20Peran Dan Tugas
22B.Role Play
27BAB III
27PENUTUP
27A.Simpulan
27B.Saran
28DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas sebagai bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok klien dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin dan diarahkan seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. Salah satu jenis terapi aktivitas kelompok untuk klien gangguan interaksi sosial : menarik diri adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respon yang adekuat.(Kelliat B.A & Akemat,2004). Terapi ini diberikan karena klien tidak mampu berespon dengan lingkungan sosialnya.
Rumah sakit jiwa Propinsi Bali merupakan pusat rujukan dalam merawat klien dengan gangguan jiwa di Bali. Berdasarkan data yang peneliti didapatkan di RS Jiwa Propinsi Bali, pada bulan Juli sampai dengan Desember tahun 2008 rata-rata jumlah klien yang dirawat tiap bulan sebanyak 274 orang. Dari jumlah tersebut 266 orang atau 97,1% mengalami skizoprenia, dari 266 klien tersebut 52 orang atau 20% mengalami kerusakan interaksi sosial.
Kerusakan interaksi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain atau suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (Rawlins, 1993). Kerusakan interaksi sosial terjadi apabila individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta dan tidak mampu berespon dengan lingkungan sosialnya, kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan menghindar dari orang lain. Apabila tingkah laku tersebut tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa yang lebih berat seperti munculnya halusinasi, risiko mencederai diri dan orang lain dan penurunan minat kebutuhan dasar psikologis. Asuhan keperawatan klien dengan kerusakan interaksi sosial dilakukan dengan pendekatan individu dan pendekatan kelompok. Hal ini dapat dilakukan terapi aktivitas kelompok, penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan kekambuhan serta pemulihan harga diri klien selama dirawat di Rumah Sakit. Dinamika kelompok membantu klien meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Berdasarkan uraian diatas penggunaan terapi aktivitas kelompok dapat memberikan dampak positif dan dapat membantu klien meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif terutama pada pasien dengan kerusakan interaksi sosial yang salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan berespon dengan lingkungan sosialnya.
Salah satu terapi aktivitas kelompok yang mempunyai tujuan agar klien mampu memberikan respon dan dapat mengekspresikan perasaan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori. Dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori klien dapat menggunakan semua panca inderanya untuk merespon stimulus yang diberikan, sehingga klien dapat memberi respon yang adekuat, dengan kemampuan memberi respon terutama terhadap lingkungan diharapkan klien mampu meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori sebagai tindakan terapeutik asuhan keperawatan jiwa?
C. Tujuan
Untuk mengetahui prinsip terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori sebagai tindakan terapeutik dalam asuhan keperawatan jiwaD. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai prinsip terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori sebagai tindakan terapeutik dalam asuhan keperawatan jiwaE. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-buku literattur penunjang masalah yang dibahas.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
A. Simpulan
B. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
G. Landasan teori
1. Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk menstimulasi semua pancaindera (sensori) agar memberi respon yang adekuat (Keliat, 2009)
2. Terapi aktivitas kelompok:stimulasi sensori merupakan aktivitas yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan pancaindera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal (Purwaningsih, 2009).
Jadi, terapi stimulasi sensori merupakan jenis terapi dengan menstimulasi sensori klien untuk mendapatkan reaksi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi, dan ucapan.
H. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum klien dapat berespon terhadap stimulus pancaindera yang diberikan
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan kemampuan sensoris
b. Meningkatkan uupaya meningkatkan pusat perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan
3. Tujuan khusus berdasarkan jenis Terapi Stimulasi Sensori:
a. Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar
b. Klien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat
c. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.
I. Aktivitas dan Indikasi
Klien yang mempunyai indikasi TAK-Stimulasi Sensori adalah klien isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurang komunikasi verbal. Aktivitas Stimulasi sensori dapat berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian, dan nyanyian.
Hal yang harus diperhatikan:
1. Jika klien pergi atau meninggalkan ruangan terapis mengingatkan kontrak yang telah disepakati.
2. Jika pasien diam fasilitator membujuk klien untuk berbicara jika klien tetap tidak mau berbicara terapis atau leader meningkatkan motivasi klien dengan mengatakan Yang lain bisa pasti Bapak bisa
3. Jika klien melakukan hal hal yang tidak di inginkan (amuk, Mengganggu pasien lain, ribut ) terapis mengingatkan tentang aturan permainan.
J. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Sensori
TAK stimulasi sensori memiliki 3 sesi yaitu:
a) Sesi 1 : mendengarkan musik
b) Sesi 2 : Menggambar
c) Sesi 3 : Menonton TV/video
Terapi Stimulasi Sensori Suara Mendengar Musik
Sesi 1 : mendengar musik
I. Pengertian
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku.
II. Tujuan
1. Klien mampu mengenali musik yang didengar
2. Klien mempu memberiirespon terhadapmusic
3. Klien mampu menceritakan perasannya setelh mendengarkan music
III. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
IV. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset lagu dangdut, slow music, rohani (religius)
V. Metode
1. Diskusi
2. Sharing persepsi
VI. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi menarik diri, harga diri rendah dan tidak mau bicara
b) Mempersiakan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Salam dari terapis kepada klien
c) Evaluasi atau validasi
d) Menanyakan perasaan klien saat ini
e) Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaiu mendengarkan music
Terapis menjelaskan aturan main berikut :
Jika ada klien yang ingin men