terapi aktivitas kelompok 01 ok

22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008). Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan. Penatalaksanaan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang

Upload: izzan-hafizh

Post on 20-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TAK

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan

sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan

koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan

jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan

kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan

tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang

dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat

menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008).

Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal.

Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu

penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan.

Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat

kemiskinan terlalu menekan.

Penatalaksanaan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah

pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok

(TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang

dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan

yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai

target asuhan (Fortinash & Worret, 2004).

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam

rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus

terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan

interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.

Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan dan

dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi,

interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart &

Sundeen, 1998).

Page 2: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terhadap kemampuan

pasien berinteraksi sosial.

2.  Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kemampuan klien berinteraksi sosial sebelum dilakukan

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi.

b. Mengidentifikasi kemampuan klien berinteraksi sosial setelah diberikan

dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi.

c. Menganalisis pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi terhadap

kemampuan pasien berinteraksi sosial.

Page 3: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi

psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan

meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).

Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas

hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart

& Sundeen, 1998).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang

dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan

yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai

target asuhan (Kelliat, 2005)

B. TUJUAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara

rinci sebagai berikut:

1.    Tujuan Umum

a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh

pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.

b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,

berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan

tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.

c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri

dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa

tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.

d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti

fungsi kognitif dan afektif.

2.    Tujuan Khusus

a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri

tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.

b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan

oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok

Page 4: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk

didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.

c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,

terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi

yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.

C.    JENIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

b. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi tiga (menurut Rawlin, Williams, dan

Beck: 1993) yaitu:

c. 1.      Terapi kelompok

d. Adalah metode pengobatan untuk membuat sadar diri (self

awereness),peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau

ke tiganya.

e. 2.      Kelompok  Terapeutik

f. Untuk membantu mengatasai stres emosi,penyakit fisik krisis,tumbuh

kembang,atau penyesuaian social misalnya individu yang kehilangan dan

penyakit terminal.

g. 3.      Terapi Aktivitas Kelompok

h. Aktivitas kelompok  digunakan sebagai terapi tambahan.sejalan dengan hal

tersebut,maka Lancaster mengemukakan aktivitas yang di gunakan pada

TAK,yaitu menggambar,membaca puisi,mendengarkan

music,mempersiapkan meja makan ,dan kegiatan sehari-hari.

i. Wilson dan Kneisl 1992 menyatakan bahwa TAK adalah manual,rekreasi,dan

teknik kreatif,untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan

respon sosial dan harga diri.aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam

kelompok, yaitu membaca puisi,seni,music,menari,dan literatur.

D. DAMPAK TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat

memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985)

dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat

dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah :

Page 5: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

1. Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang mempunyai

masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya

dapat dimengerti oleh orang lain.

2. Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain

yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional

yang diberikan oleh kelompok lainnya.

3. Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan dukungan

satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide

dari yang lainnya.

4. Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk

kebanyakan klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota

lainnya dapat jadi resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.

5. Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk

menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat

memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan

melatih cara baru berinteraksi.

6. Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi

tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku

orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.

7. Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau

anggota lainnya memberikan model peran yang baik.

8. Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam

kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya

rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi perasaan

memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan

seseorang.

9. Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar

pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai

pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.

10.Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi

ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam

kelompok.

11.Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui keterbatasan

seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.

Page 6: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

E. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI

(1997) adalah :

1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas

kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan

autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.

2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas

kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah

tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu

berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas

kelompok.

3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan

pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi,

diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan

pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan

problem yang sama.

F. KOMPONEN KELOMPOK

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :

i. Struktur kelompok.

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses

pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur

kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan

interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan

anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan

diambil secara bersama.

ii. Besar kelompok.

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang

anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar

akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan

perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup

variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).

Page 7: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

iii. Lamanya sesi.

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi

kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi.

Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali

perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat,

2005).

G. PROSES TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada

terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman

dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian

otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok.

Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana

yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri

dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap

permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis

karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota

kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain.

Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan

memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan

kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila

ada anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis

kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga

masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat

ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas

membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis

sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan

sebagai perintah.

Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara.

Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh

karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada

indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga

terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang

kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan.

Page 8: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan

dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan

penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan

yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi

dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit.

Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa

tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang

terdiri dari individu-individu.

Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat

pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin

dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk

pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005).

H. PERKEMBANGAN KELOMPOK

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan

kembang. Pemimpin akan mengembangkan kelompok melalui empat fase (Kelliat,

2005) yaitu :

1. Fase prakelompok.

Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah

tujuan dari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku

pemimpin dan pelaksana kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk itu perlu disusun panduan pelaksanaan kegiatan kelompok.

2. Fase awal kelompok.

Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru. Dan

peran yang baru. Fase ini terbagi dalam tiga fase (Kelliat, 2005) yaitu:

a. Tahap orientasi.

Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi

pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada tugas

utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasian, waktu

pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan komunikasi, misalnya hanya

satu orang yang berbicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa

memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk

pada fase orientasi.

Page 9: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

b. Tahap konflik.

Peran dependen dan independent terjadi pada tahap ini, sebagian

ingin pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih

mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai pemimpin.

Adapula anggota yang netral dan dapat membantu menyelesaikan konflik

peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antara

kelompok maupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini.

Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun

negative dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta

mencegah perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh anggota tertentu

sebagai penyebab konflik.

c. Tahap kohesif.

Setalah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang

kuat satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan.

Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang

informasi dan lebih intim satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya

memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan

penyelesaian masalah. Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota kelompok

belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan, mereka belajar

persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu

pencapaian tujuan yang menjadi suatui realitas.

3. Fase kerja kelompok.

Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim, walaupun mereka bekerja

keras, tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok. Kelompok

menjadi stabil dan realistis.

Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan

dan tetap menjaga kelompok kea rah pencapaian tujuan, serta mengurangi

dampak dari factor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas kelompok.

Selain itu pemimpin juga bertindak sebagai konsultan.

Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-

desclosure,dan resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab,

berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi kerahasian karena

keterbukaan sangat tinggi dan keengganan berubah perlu didefinisikan

pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi.

Page 10: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan

kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase

ini kelompok segera masuk ke fase berikutnya yaitu perpisahan.

4. Fase terminasi

Terminasi dapat sementara atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi

karena anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.

Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian, baik kelompok

maupun individu. Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan instrument evaluasi

kemampuan individual dari anggota kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada

akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan paket dengan

memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi yang sukses ditandai oleh

perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual

pada kehidupan sehari-hari.

I. JENIS TERAPI KELOMPOK

Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai

tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat, 2005

membagi kelompok menjadi tiga yaitu :

1. Terapi kelompok.

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam

rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.

Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan hubungan

interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.

2. Kelompok terapeutik.

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik

krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya kelompok ibu hamil

yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal.

Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan

dari kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah masalah kesehatan,

mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok, meningkatkan

kualitas kelompok. antara anggota kelompok saling membantu dalam

menyelesaiakan masalah.

Page 11: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

3. Terapi aktivitas kelompok (TAK).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang

menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau

kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat

berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.

Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh

paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan khususnya adalah klien dapat

mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien

dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

Aktivitas terapi kelompok stimulasi persepsi dibagi dalam empat (4)

bagian yaitu :

a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari.

Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan

perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri yang telah

mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Aktivitas dibagi dalam

beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton televisi,

aktivitas membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat gambar.

b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang dialami dalam

kehidupan.

Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan

perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa

sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang

biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik,

aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi social asertif,

aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat,

aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.

c. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan harga diri

rendah.

Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien gangguan

konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang

tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengidentifikasikan aspek yang

membuat harga diri rendah dan aspek positif kemempuan yang dimiliki

Page 12: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

selama hidup (di rumah dan di rumah sakit), aktivitas melatih kemampuan

yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah.

d. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami

dalam kehidupan.

Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien yang

mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi. Aktivitas ini dibagi

dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal

halusinasi, aktivitas mengusir/menghardik halusinasi, aktivitas mengontrol

halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap, aktivitas mengontrol halusinasi dengan patuh

minum obat.

Sesi 1 Mengenal Halusinasi:

1. Tujuan

a. Klien dapat mengenal halusinasi.

b. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.

c. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi.

d. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

2. Setting

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

b. Tempat tenang dan nyaman.

3. Alat

a. Spidol.

b. Papan tulis/whiteboart/flipchat.

4. Metode

a. Diskusi dan Tanya jawab.

b. Bermain peran/stimulasi.

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan persepsi

sensori : halusinasi, khususnya klien dengan halusinasi pendengaran fase II :

condemning. Membuat kontrak dengan klien, mempersiapkan alat dan tempat

pertemuan.

Page 13: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

b. Orientasi

Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien, perkenalkan nama dan panggilan terapis

(pakai papan nama), menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri

papan nama).

Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini.

Kontrak

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

mengenal suara-suara yang didengar.

Terapis menjelaskan aturan main berikut : jika ada klien yang ingin

meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis, lama kegiatan 45

menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap kerja

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu

terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.

Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi

yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari

klien yang sebelah kanan, secara berurutanpai semua klien mendapat giliran.

Hasilnya tulis di whiteboard. Beri pujian kepada klien yang melakukan dengan

baik.

Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara

yang biasa didengar.

d. Tahap terminasi

Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

Tindak lanjut.

Terapis meminta klien melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaannya jika

terjadi halusinasi.

Kontrak yang akan datang

Page 14: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi,

menyepakati waktu dan tempat

6. Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlansung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK. Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan klien.

Format Evaluasi Terapi Aktivitas Kelompok

Stimulasi Persepsi Sesi 1:

1. No

2. Nama klien

3. Menyebut isi halusinasi

4. Menyebut waktu terjadi halusinasi

5. Menyebut situasi terjadi halusinasi

6. Menyebut perasaan saat halusinasi

Page 15: Terapi Aktivitas Kelompok 01 Ok

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk

identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang

maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang

dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan

yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai

target asuhan (Kelliat, 2005).

Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara

rinci sebagai berikut:

2. Tujuan umum

a. Meningkatkan kemampuan menguji.

b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,

berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan

tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.

c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan

prilaku defensif.

d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi

kognitif dan afektif.

3. Tujuan khusus

a. Meningkatkan identifikasi diri.

b. Penyaluran emosi.

c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari.

B. SARAN

Diharapkan bagi tenaga perawat menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah

gangguan jiwa karena TAK Sosialisasi merupakan tindakan keperawatan yang

efektif.