pengaruh terapi aktivitas kelompok ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/naskah publikasi.pdfpengaruh...

12
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: VIVIN ROY WARDANA PUTRA 201310201200 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2015

Upload: trinhtuong

Post on 31-Mar-2018

241 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN

ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA

YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

VIVIN ROY WARDANA PUTRA

201310201200

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2015

Page 2: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN

ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA

YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melangkapi Gelar Sarjana Keperawatan pada

Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan

di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah

Yogyakarta

Disusun Oleh:

VIVIN ROY WARDANA PUTRA

201310201200

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2015

Page 3: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN

ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA

YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

VIVIN ROY WARDANA PUTRA

201310201200

Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Pada tanggal :

5 Februari 2015

Pembimbing

Mamnu‟ah, M.Kep., Sp. Kep. J.

Page 4: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN

ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA

YOGYAKARTA1

Vivin Roy Wardana Putra2 , Mamnuah

3, Tiwi Sudyasih

4

STIKES „Aisyiyah Yogyakarta

Email : [email protected]

Abstract : This research aims at knowing the influence of socialization group

activity therapy over social interaction ability of social isolation patient at Grhasia

mental hospital of Yogyakarta. This research is pre-experimental design research

with pre-test and post-test design. Sampling technique in this research used

purposive sampling with 14 samples of respondents which fulfilled all the inclusive

criteria. In order to analyze the relationship of 2 used variables, thus Wilcoxon

Signed Rank Test is used in the research. According to the research result, it is

obtained that statistic test is p, 0,001 which is smaller than 0,05 (0,001<0,05). Based

on the research result, it can be concluded that the influence of socialization group

activity therapy over social interaction ability of social isolation patient is exist.

There is influence of socialization group activity therapy over social interaction

ability of social isolation patient at Grhasia mental hospital of Yogyakarta.

Keyword : Socialization group activity therapy, social interaction ability, social

isolation

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas

kelompok sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial pada pasien isolasi sosial

di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian pre-

experiment design dengan rancangan pre test dan post test. Sampel peneltian ini

adalah 14 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk menganalisis hubungan

dua variable digunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian diketahui

bahwa didapatkan hasil uji statistik nilai p, 0,001 lebih kecil daripada 0,05

(0,001<0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh terapi aktivitas kelompok

sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial pasien isolasi sosial.

Kata Kunci : Terapi aktivitas kelompok sosialisasi, kemampuan interaksi sosial,

isolasi sosial.

____________________________________________

1 Judul skripsi

2 Mahasiswa PPN-PSIK STIKES „Aisyiyah Yogyakarta

3 Dosen PPN-PSIK „Aisyiyah Yogyakarta

4 Dosen PPN-PSIK „Aisyiyah Yogyakarta

Page 5: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi, pikiran,

kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang menjadi kelompok gejala klinis

yang disertai oleh penderita dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik

individu (Dalami dkk, 2009). Gangguan jiwa dikarakteristikkan sebagai respon

maladaptif diri terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan pikiran, perasaan,

tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma setempat dan kultural sehingga

mengganggu fungsi sosial, kerja dan fisik individu (Townsend, 2005). Gangguan kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan kegagalan individu

dalam mencapai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup yang

menyebabkan penderita menjadi beban keluarga dan masyarakat (Chandra, 2004).

Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah terjadinya

kemunduran sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila seseorang mengalami

ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri (maladaptif) terhadap

lingkungannya, seseorang tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau

kelompok lain secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan yang

mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif terhadap lingkungan di sekitarnya. Menurut World Health Organization (WHO) bahwa masalah gangguan

kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO

memperkirakan sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami gangguan kesehatan

jiwa (Widyasih, 2008). Diperkirakan satu dari empat penduduk Indonesia mengidap

penyakit ganggguan kesehatan jiwa. Jumlah ini cukup besar, artinya 50 juta atau

25% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa

(Widyasih, 2008). Angka ini menunjukkan bahwa gangguan kesehatan jiwa memiliki

proporsi yang tinggi dalam masalah kesehatan masyarakat secara umum. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun

2007 juga diketahui bahwa masalah kesehatan jiwa di Indonesia dengan Gangguan

Mental Emosional (Depresi dan Ansietas) sebesar 11,6% atau sekitar 19 juta orang

dan Gangguan Jiwa Berat (Psikosis) sebesar 0,46% sekitar 1 juta orang. Prevalensi

gangguan jiwa berat di Yogyakarta sebesar 3,8 % (Depkes RI, 2008). Berdasarkan

dari hasil tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa

selalu meningkat. Hal ini menjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi

Kementerian Kesehatan kerena merupakan tantangan yang besar dengan

kompleksitas tinggi di berbagai lapisan dan aspek kehidupan. Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercantum dalam

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam pasal

147 (1) Upaya penyembuhan penderita gangguan kesehatan jiwa merupakan tanggug

jawab pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. (2) Upaya penyembuhan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

berwenang dan di tempat yang tepat dengan tetap menghormati hak asasi penderita.

(3) Untuk merawat penderita gangguan kesehatan jiwa, digunakan fasilitas pelayanan

kesehatan khusus yang memenuhi syarat dan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pasal 148 (1) Penderita gangguan jiwa mempunya hak yang

sama sebagai warga Negara. (2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

persamaan perlakuan dalam setiap aspek kehidupan, kecuali peraturan perundang-

undangan menyatakan lain. Salah satu gejala negatif pada gangguan jiwa yaitu isolasi sosial. Isolasi Sosial

adalah kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh

keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam. Pasien

mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

1

Page 6: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

2

hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial disebabkan oleh harga diri

rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa

gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri

sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan

martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (NANDA, 2012). TAK merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan interaksi pasien sehingga diharapkan pasien dapat kembali

berisosialisasi di masyarakat. Jenis TAK yang paling tepat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan interaksi pasien isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi

(TAKs). TAKs adalah upaya memfasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan

perilaku menarik diri secara kelompok (Keliat, 2005). Walaupun penelitian mengenai

TAK telah terbukti banyak memberikan manfaat dalam mengatasi berbagai masalah

gangguan jiwa, namun TAK masih sangat jarang dilakukan di rumah sakit jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan oktober 2014 di

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta terdapat 23 jumlah pasien yang mengalami

isolasi sosial di ruang Shinta, Nakula, Sadewa dan Arimbi.Berdasarkan latar

belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana

pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial

pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta Tahun 2014 ?” Tujuan umum untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi

terhadap kemampuan interaksi sosial klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa

Grhasia Yogyakarta Tahun 2014. Tujuan khusus, mengetahui kemampuan interaksi sosial pasien isolasi sosial di

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta sebelum diberikan intervensi TAKs., mengetahui kemampuan interaksi sosial pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa

Grhasia Yogyakarta sesudah diberikan intervensi TAKs, mengetahui perbedaan

kemampuan interaksi sosial pasien sebelum dan sesudah dilakukan TAKs. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pemenuhan tanggung jawab perawat

terhadap profesi dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap kelas III RSU

PKU Muhammadiyah Bantul”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitiaan pre-eksperiment design dengan

rancangan pre test dan post test yaitu suatu rancangan yang diukur atau diobservasi

sebelum eksperimen (O1) dan sesudah eksperimen (O2). (Arikunto, 2013). Rancangan

penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding, tetapi paling tidak sudah

dilakukan observasi pertama (Pretest) yang memungkinkan penelitian dapat menguji

perubahan-perubahan yang terjadi setelah eksperimen (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Oktober 2014 populasi dalam

penelitian ini adalah pasien yang mengalami isolasi sosial di RSJ Grhasia

Yogyakarta di Ruang Shinta, Nakula, Sadewa dan Arimbi yang berjumlah 23 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami isolasi sosial di

RSJ Grhasia Yogyakarta yang berjumlah 14 orang.

Alat yang digunakan untuk terapi aktivitas kelompok yaitu pedoman

instrument yang disesuaikan dengan SOP dari buku keperawatan jiwa tentang terapi

aktivitas kelompok dari buku Keliat (2005). Alat yang digunakan untuk mengukur

kemampuan interaksi menggunakan lembar observasi dengan bantuan check list.

Check list adalah pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, dimana peneliti

hanya memberikan jawaban atau dengan tanda-tanda tertentu (Arikunto, 2013).

Lembar observasi terdiri dari 11 pernyataan mengenai aspek tingkah laku sosial

Page 7: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

3

dengan alternativ jawaban menggunakan tanda (√), skor (1) untuk jawaban “Ya” dan

skor (0) untuk jawaban “Tidak”.

Adapun cara pengumpulan data yaitu dengan mengambil data primer dengan

melakukan observasi secara langsung terhadap kemampuan interaksi sosial. Dalam

pengumpulan data peneliti mengobservasi kepada responden dengan bantuan check

list. Satu hari sebelum diberikan perlakuan TAKs sesi-1 dilakukan pre test

pengukuran kemampuan interaksi sosial dengan cara mengobservasi langsung

kemampuan interaksi pasien menggunakan lembar observasi, pengukuran dilakukan

pada shift pagi sampai shift sore kemudian setelah melakukan pre test, keesokan

harinya dalam satu hari dilakukan perlakuan satu sesi, yaitu dimulai dari sesi-1

sampai sesi-7 dalam hal ini terapi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh asisten

peneliti yaitu perawat Grhasia yang berjumlah 3 orang dan perawat Profesi

berjumlah 3 orang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Grhasia, yang merupakan

lembaga teknis daerah milik pemerintah Provinsi DIY dan bertanggung jawab

langsung kepada kepala Daerah melalui sekretariat Daerah Provinsi DIY, dengan

klasifikasi Rumah Sakit khusus dengan tipe A berkapasitas 210 tempat tidur milik

Pemerintah Provinsi DIY.

Rumah Sakit Jiwa Grhasia memiliki 7 ruang rawat inap yang memiliki

fasilitas cukup memadai, diantaranya kelas I (VIP) hingga kelas III. Selain itu

Rumah Sakit Jiwa Grhasia memiliki fasilitas instansi gawat darurat, klinik gigi,

rehabilitasi ketergantungan NAPZA dan poliklinik sebagai fasilitas pendukung

lainnya. Selama 77 tahun (1938-2015) telah mengalami beberapa perubahan yang

semuanya mempunyai makna tersendiri dalam peran sertanya memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, khususnya dibidang Kesehatan Jiwa. Rumah Sakit

Jiwa Grhasia memiliki Visi "Menjadi pusat pelayanan kesehatan jiwa dan NAPZA

paripurna yang berkualitas dan beretika".

Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden yang Mengalami Isolasi

Sosial di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta 2015

Batasan Karakteristik Frekuensi Prosentase

1. Umur

a. 21-30 3 21,4

b. 31-40 7 50,0

c. 41-50 4 28,6

2. Jenis Kelamin

a. Pria 0 0

b. Wanita 14 100,0

3. Pekerjaan

a. Bekerja 3 21,4

b. Tidak Bekerja 11 78,6

4. Pendidikan

a. SD 7 50,0

b. SLTP 7 50,0

Page 8: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

4

Berdasarkan tabel 1. Didapatkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah

usia 31-40 tahun sebanyak 7 responden (50,0%) dan yang paling sedikit adalah

berumur 21-30 tahun sebanyak 3 responden (21,4%). Berdasarkan kelompok jenis

kelamin, terbanyak adalah wanita sebanyak 14 responden (100%) dan 0 responden

pria (0,00%). Berdasarkan pekerjaan, terdapat 11 responden tidak bekerja (78,6%)

dan 3 responden bekerja (21,4%). Berdasarkan kelompok pendidikan lulusan SLTA

sebanyak 7 orang (50,0%) dan SD sebanyak 7 orang (50,0%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi

Sosial Sebelum Perlakuan TAKs di Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Yogyakarta

Kemampuan Interaksi Sosial Sebelum

F %

Baik 0 0

Cukup 12 85,7

Kurang 2 14,3

Total 14 100,0

Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan dengan

memberikan perlakuan TAKs kepada 14 responden selama dua minggu dan

pengukuran kemampuan interaksi sosial didapatkan data sebelum perlakuan ada 12

responden (85,7%) memiliki kemampuan interaksi sosial cukup dan ada 2 responden

(14,3) yang memiliki kemampuan interaksi sosial kurang.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi

Sosial Sesudah Perlakuan TAKs di Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Yogyakarta

Kemampuan Interaksi Sosial Sebelum

F %

Baik 14 100,0

Cukup 0 0

Kurang 0 0

Total 14 100,0

Berdasarkan tabel 3. Menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan dengan

memberikan perlakuan TAKs kepada 14 responden selama dua minggu dan

pengukuran kemampuan interaksi sosial didapatkan data sebelum sesudah perlakuan

dari 14 responden (100%) memiliki kemampuan interaksi sosial baik.

Tabel 4. Hasil Uji Analisis Wilcoxon

Sebelum Sesudah

Asymp. Sign (2-tailed) -3,336 0,001

Page 9: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

5

Hasil pengujian statistik diketahui bahwa terdapat perbedaan kemampuan

interaksi sosial pada pasien isolasi sosial sebelum dan sesudah perlakuan yang

setelah diberi terapi aktivitas kelompok sosialisasi mengalami peningkatan sebanyak

14 responden. Hasil analisa data uji statistik Wilcoxon Match Pairs Test kemampuan

interaksi sosial didapatkan nilai signifikan sebesar 0,001. Untuk mengetahui

hipotesis diterima atau ditolak maka besarnya taraf signifikan dibandingkan dengan

taraf kesalahan 5%. Jika p lebih kecil daripada 0,005 maka hipotesis diterima dan

jika p lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis ditolak. Hasil uji statistik

memberikan nilai p 0,001 lebih kecil daripada 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya terapi aktivitas

kelompok sosialisasi meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada pasien isolasi

sosial di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.

Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi Sosial Sebelum dilakukan

TAKs di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.

Hasil penelitian sebelum perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada

14 Responden, didapatkan hasil paling banyak memiliki kategori cukup dalam

bersosialisasi yaitu sebanyak 12 responden (85,7%). Hasil uraian diatas

menunjukkan bahwa pasien isolasi sosial belum mampu berinteraksi dengan orang

lain ataupun lingkungannya secara baik. Hal tersebut disebabkan karena selama

pasien dirawat ada pasien baru yang belum pernah mendapatkan TAKs, terapi

aktivitas kelompok sosialisasi belum optimal apabila pasien tidak mengikuti kegiatan

sampai selesai dari sesi satu sampai sesi tujuh, hal ini sesuai dengan teori dari Yosef

(2009), agar proses TAKs dapat berhasil sesuai tujuan, perlu konsisten dalam

pemberian TAKs. Oleh karena itu menjaga konsistensi pelaksanaan TAKs sehingga

hasil yang diharapkan bisa tercapai.

Adapun mayoritas kemampuan interaksi sosial yang nampak pada klien

adalah menyendiri dan kesulitan membuka komunikasi. Klien juga tidak mampu

mengungkapkan perasaan saat komunikasi bersama peneliti dan ada klien mengalami

kesulitan konsentrasi, kontak mata kurang. Hasil ini sesuai dengan teori Yosef (2009)

yang menyebabkan bahwa tanda dan gejala perilaku isolasi sosial adalah klien tidak

mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, klien banyak diam dan tidak mau

bicara, kontak mata kurang.

Isolasi sosial sering disebabkan oleh perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri dan

kemampuan diri. Menurut Keliat (2010) menyebutkan penyebab dari perilaku isolasi

sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang

kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya

perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan

hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat

mencederai diri.

Akibat yang ditimbulkan pada klien yang mengalami perilaku isolasi sosial

yaitu defisit perawatan diri, halusinasi yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya

kekerasan dan tindakan bunuh diri (Keliat, 2005). Perasaan tidak berharga

menyebabkan pasien semakin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang

lain. Hal ini menyebabkan pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami

penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan

kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa

lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut

Page 10: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

6

menjadi halusinasi, resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan

(Dalami dkk, 2009).

Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi Sosial Sesudah dilakukan

TAKs di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.

Hasil penelitian sesudah perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dan

pengukuran kemampuan interaksi sosial didapatkan data sesudah perlakuan dari 14

responden (100 %) memiliki kemampuan interaksi sosial baik. Hasil pengukuran dari

14 responden yang memiliki kemampuan interaksi cukup mengalami peningkatan

kemampuan interaksi menjadi baik dan 2 responden yang memiliki kemampuan

interaksi sosial kurang juga mengalami peningkatan kemampuan interaksi sosial

menjadi baik. Hasil pengukuran kemampuan interaksi tersebut menunjukkan bahwa

dengan adanya pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi berpengaruh terhadap

kemampuan interaksi pada pasien isolasi sosial. Hasil ini sejalan dengan pendapat

Videbeck (2008) bahwa tujuan TAKs memungkinkan klien saling mendukung,

belajar menjalin hubungan interpersonal, merasakan kebersamaan dan dapat

memberikan masukan terhadap pengalaman masing-masing klien, sehingga akan

meningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan orang lain.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Joko (2008)

hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok meningkatkan

kemampuan perilaku menarik diri. Sedangkan pada penelitian ini menunjukkan

bahwa kemampuan interaksi pada responden mengalami peningkatan sesudah

mendapat perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Hal ini sesuai dengan teori

Keliat (2005) yang mengatakan bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi juga

berpengaruh besar terhadap perubahan kemampuan interaksi sosial yang dimiliki

oleh pasien. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi memfasilitasi kemampuan klien

untuk melakukan sosialisasi dengan orang lain.

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan

Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Yogyakarta

Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan saat

observasi hasil sebelum dan sesudah perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi,

dimana saat sesudah perlakuan responden memiliki kemampuan interaksi lebih besar

dibandingkan saat sebelum perlakuan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p, 0,001

lebih kecil dari 0,005 (0,001 <0,05) sehingga data disimpulkan bahwa Ha diterima

dan Ho ditolak yang artinya terapi aktivitas kelompok sosialisasi berpengaruh dalam

meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada pasien isolasi sosial di Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Yogyakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan yang terjadi

karena diberikannya perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi, dimana

kemampuan interaksi pada responden akan meningkat setelah perlakuan terapi

aktivitas kelompok sosialisasi.

Hasil penelitian juga membuktikan bahwa terapi aktivitas kelompok yang

diberikan oleh peneliti pada 14 responden terbukti berhasil meningkatkan

kemampuan interaksi sosial, sehingga responden lebih mampu bersosialisasi

dibandingkan sebelumnya. Responden yang sebelum diberikan perlakuan masih

belum bisa diajak untuk berbicara, ketika pelaksanaan pada sesi-1 responden

diajarkan untuk mampu memperkenalkan diri dengan cara menyebutkan nama, hobi

dan juga asalnya. Responden yang sebelumnya tidak mau berbicara perlahan-lahan

mengikuti apa yang telah diajarkan oleh terapi, dan mau memperkenalkan diri

Page 11: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

7

meskipun dengan bantuan. Hal iniah yang akan membuat pasien merasa percaya diri

dengan apa yang telah mereka ungkapkan, pasien belajar berinteraksi dengan

keberanian yang mereka dapatkan selama berada dalam kelompok terapi. Hasil

tersebut sejalan dengan pendapat Keliat (2005), bahwa terapi aktivitas kelompok

sosialisasi merupakan suatu bentuk terapi yang meliputi sekelompok individu yang

setiap kali mengadakan pertemuan dengan terapi akan berfokus pada kesadaran dan

mengerti diri sendiri, memperbaiki hubungan interpersonal dan merubah perilaku.

Responden yang diberikan perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi

selama tujuh sesi untuk melatih kemampuan interaksi sosial pasien, terapi aktivitas

kelompok sosialisasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan interaksi

sosial pada responden menjadi baik, adanya pengaruh terapi aktivitas kelompok

sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial menunjukkan bahwa dibutuhkan

terapi untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada pasien gangguan jiwa.

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang dilakukan oleh peneliti bersama subyek

eksperimen adalah terapi modalitas yang dilakukan peneliti kepada sekelompok

pasien yang mempunyai masalah hubungan sosial, pasien dibantu untuk melakukan

sosialisasi dengan lingkungan sekitar, sehingga terjadi dinamika interaksi yang saling

bergantung, membutuhkan dan memperbaiki perilaku yang maladaptif menjadi

adaptif (Keliat,2005).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok

sosialisasi pada 14 responden, didapatkan hasil 12 responden (85,7%) memiliki

kemampuan interaksi cukup dan ada 2 responden (14,3%) yang memiliki

kemampuan sosialisasi kurang. Hasil penelitian sesudah dilakukan terapi aktivitas

kelompok sosialisasi pada 14 responden, didapatkan hasil 14 responden (100%)

memiliki kemampuan interaksi baik. Ada perbedaan sebelum dan sesudah pemberian

terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada pasien isolasi sosial terhadap kemampuan

interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Ada pengaruh terapi

aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial pada pasien

isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.

Saran

Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta hasil penelitian ini hendaknya terus dipertahankan oleh perawat dengan terus

melanjutkan dan memberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi secara rutin atau

setiap hari mulai dari sesi satu sampai sesi tujuh untuk upaya dalam memperbaiki

Pelayanan Kesehatan. Bagi instansi Stikes „Aisyiyah Yogyakarta hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi khususnya

bagi pembaca di perpustakaan. Bagi Pasien hasil penelitian ini diharapkan agar

pasien lebih aktif lagi mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Bagi

Peneliti Selanjutnya hendaknya perlu meneliti pada responden kelompok pria,

mengendalikan variabel pengganggu yaitu faktor perkembangan, biologis, faktor

sosiokultural dan faktor keluarga.

Page 12: PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ...digilib.unisayogya.ac.id/251/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chandra, L.S. (2004). Schizophrenia Anonymous, A Better Future. dalam

http://www.kompas.com.html. diakses tanggal 4 September 2014.

Dalami, (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.

Trans Info Media.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007). Profil kesehatan Indonesia 2007

dalam http://www.depkes.go.id/article/view/13010200024/download-pusdatin-

profil-kesehatan-indonesia-2007.html, diakses tanggal 4 September 2014.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Profil kesehatan Indonesia 2007

dalam http://www.depkes.go.id/article/view/13010200023/download-pusdatin-

profil-kesehatan-indonesia-2008.html, diakses tanggal 4 September 2014.

Joko. (2008). Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1 da

Sesi 2 Terhadap Perubahan Perilaku Menarik Diri Pasien di Ruang Abimanyu,

Ruang Mespati, dan Ruang Pringgodani daerah Surakarta. Jurnal profesi:

media publikasi penelitian

Keliat, B.A., & Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.

Jakarta: EGC.

Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa: CMHN.

Jakarta: EGC.

Kompas. (2014). Berkawan dengan Depresi, Cegah Bunuh Diri dalam

http://health.kompas.com/read/2014/09/10/102159123/Berkawan.dengan.Depr

esi.Cegah.Bunuh.Diri diakses tanggal 15 Oktober 2014.

NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugiono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Townsend, M.C. (2005). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing. Davis

Company. Philadelpia.

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta

Widyasih. (2008). Penderita Gangguan Jiwa dalam http://wordpress.html diakses

tanggal 4 September 2014.

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.